rute dengan jarak yang pendek merupakan rute dengan waktu terpendek tercepat. Seiring dengan makin mahalnya biaya bahan bakar BBM, maka kebutuhan untuk
menempuh rute yang terpendek dari segi waktu tempuh juga semakin mendesak. Dalam pemilihan rute terpendek, metode pemilihan rute yang umum
digunakan adalah Jarak Terpendek Shortest Path yaitu jarak minimum yang diperlukan oleh suatu moda transportasi untuk mencapai suatu tempat dari tempat
tertentu yang didasarkan pada pendekatan terhadap biaya termurah dan waktu tercepat.
Dalam penelitian mengenai rute terpendek jaringan jalan ini, akan dianalisis pemilihan rute dari hasil perhitungan di lapangan dengan persepsi pengguna
perjalanan. Selain itu, juga akan ditinjau apakah pengguna perjalanan memikirkan kondisi alasan tertentu dalam melakukan pemilihan rute atau lebih kepada metode
trial-error coba-coba dengan asumsi bahwasanya rute yang terpilih adalah rute terpendek. Berdasarkan latar belakang inilah penulis ingin mengangkat masalah ini
dalam tugas akhir dengan judul ” Analisa Preferensi Pemilihan Rute Terpendek Jaringan Jalan ”.
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menentukan rute terpendek jaringan jalan berdasarkan persepsi masyarakat dan dari hasil perhitungan.
2. Menganalisa pemilihan rute oleh masyarakat dengan rute yang diperoleh dari
hasil perhitungan, serta latar belakang pemilihan rute oleh pengguna jalan.
Universitas Sumatera Utara
I.4 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada: 1.
Penelitian ini mengambil rute jalan dalam kota Medan, dimana Perumnas Simalingkar A bangkitan sebagai asal dan Pusat Kota Medan tarikan
sebagai tujuan perjalanan. 2.
Penelitian dilakukan untuk menentukan perbandingan waktu tempuh yang paling pendek yang dapat ditempuh dari asal ke tujuan dengan menempuh
berbagai rute jalan dari Perumnas Simalingkar A ke Pusat kota Medan. 3.
Pengambilan data hanya dilakukan di beberapa titik jalan tertentu tidak semua ruas jalan, hanya ruas jalan yang menghubungkan daerah asal Perumnas
Simalingkar A dengan tujuan Pusat Kota Medan 4.
Teori pemilihan rute jalan yang digunakan adalah Jarak Terpendek Shortest Path yaitu didasarkan pada pendekatan terhadap jarak dan waktu rute yang
dilalui suatu moda dari daerah satu ke daerah lainnya.
I.5 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1.
Studi literatur yaitu mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan tugas akhir ini yang bersumberkan buku-buku serta referensi jurnal sebagai
pendekatan teori maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji penelitian ini. 2.
Pengambilan data.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini digunakan dua data sumber yaitu : 1.
Data primer diperoleh melalui metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan teknik wawancara dan survei lapangan.
Teknik wawancara yaitu dengan membagikan kuisioner dan membandingkan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
pemilihan rute jalan, apakah karena kebiasaan, atau memang rute tersebut adalah rute tercepat dengan waktu tersingkat sehingga dengan
melakukan perbandingannya kita dapat menganalisa jaringan jalan mana yang merupakan rute terpendek yang dapat mengefisiensikan
waktu dan tenaga. Survei lapangan dilakukan dengan melibatkan beberapa surveyor menggunakan kenderaanmobil pribadi, melewati
rute yang ditentukan dengan kecepatan kenderaan mengikuti arus lalu lintas sehingga diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk menempuh
rute tersebut. 2.
Data sekunder diperoleh dari data data instansi terkait misalnya, peta jaringan jalan maupun pengamatan lapangan yang berupa data-data
mengenai jarak asal ke tujuan, waktu tempuh, kondisi jaringan jalan, kecepatan rata-rata pada jaringan jalan, banyaknya lampu merah setiap
persimpangan ruas-ruas jaringan tersebut. 3.
Melakukan analisa dan pengolahan data yang menyangkut situasi di lapangan. 4.
Kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Studi Pendahuluan
Kajian Pustaka
Pengumpulan Bahan dan Studi Literatur
Data Primer
• Survei lapangan
• Kuisioner
Data Sekunder
• Peta Jaringan jalan kota Medan
• Hasil Perkiraan Jarak, volume
pada ruas jalan
Kompilasi Data
Analisis Data dan Pembahasan
• Pemilihan rute oleh kuisionerresponden
• Penentuan rute terpendek dengan cara perhitungan
•
Analisis perbandingan pemilihan rute dari kuisioner dengan hasil perhitungan.
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Transportasi II.1.1 Pengertian
Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem adalah gabungan
beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Sedangkan transportasi itu sendiri adalah kegiatan pemindahan barang-barangpenumpang dari suatu tempat ke
tempat lain. Sehingga sistem transportasi dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan dalam hal pengangkutan
barangmanusia oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi. Sistem transportasi berawal dari perangkutan sederhana sejalan dengan sejarah
manusia berpindah bergerak suatu tempat A ke tempat yang lain B dengan membawamengangkut apa saja yang diperlukan namun dalam kondisi yang terbatas.
Pergerakan yang dilakukan manusia kini berkembang dengan menggunakan tenaga hewan. Sehingga daya angkut dan jarak angkut semakin besar. Selanjutnya revolusi
industri, dengan diciptakannya tenaga mesin kendaraan mobil, KA, pesawat terbang dan kapal laut hasil daya angkut, jarak, maupun waktu hampir tak terbatas. Manusia,
hewan, dan kendaraan merupakan perangkutan karena orangkendaraan bergerak dari satu tempat ketempat lain, sehingga timbullah lalu lintas traffic.
Untuk memindahkan barangorang dari satu tempat ke tempat lain diperlukan pengangkutan. Dengan demikian lalu lintas traffic dan pengangkutan adalah dua hal
Universitas Sumatera Utara
yang tidak dapat dipisahkan. Dalam pergerakan lalu lintas dikenal trip bepergian dan travel perjalanan perjalanan, yaitu :
1. Trip bepergian
Berhubungan erat dengan asal origin dan tujuan destination. Trip bepergian adalah pergerakan orangbarang antara dua tempat terpisah
dengan perhitungan berapa kali satu hari mengadakan bepergian. 2.
Travel perjalanan Berhubungan dengan lintasan kecepatan dan kendaraan sarana. Travel
perjalanan adalah proses perpindahanpergerakan dari satu tempat ke tempat lain dengan perhitungan berupa: biaya, waktu, jarak lintasan dan
keadaankondisi sepanjang jalan. Pentingnya sistem transportasi dalam perkembangan dunia bersifat
multidimensi. Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar dari transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat barang
dengan para konsumennya. Dari sudut pandang yang lebih luas, fasilitas transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar dan sarana rekreasi,
serta menyediakan akses ke sarana sarana kesehatan, pendidikan, dan sarana lainnya. Bentuk fisik dari kebanyakan sistem transportasi tersusun atas empat elemen
dasar : 1.
Sarana Perhubungan link : jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua titik atau lebih. Pipa, jalur darat, jalur laut, dan jalur penerbangan juga dapat
dikategorikan sebagai sarana perhubungan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kenderaan : alat yang memindahkan manusia dan barang dari satu titik ke titik
lainnya di sepanjang sarana perhubungan. Mobil, bis, kapal, dan pesawat terbang adalah contoh contohnya.
3. Terminal : titik titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau
berakhir. Contoh : garasi mobil, lapangan parkir, gudang bongkar muat,terminal bis, dan bandara udara.
4. Manjemen dan tenaga kerja : orang orang yang membuat, mengopreasikan,
mengatur, dan memelihara sarana perhubungan, kenderaan, dan terminal. Kempat elemen di atas berinteraksi dengan manusia, sebagai pengguna
maupun non pengguna sistem, dan berinteraksi pula dengan lingkungan.
II.1.2 Pemodelan Transportasi
Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan menyederhanakan suatu realita keadaan sebenarnya secara
terukur. Semua model merupakan penyederhanaan dari realita untuk mendapatkan tujuan tertentu, yaitu penjelasan dan pengertian yang lebih mendalam serta untuk
kepentingan peramalan. Model dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
1. Model fisik, yaitu model yang memperlihatkan dan menjelaskan suatu
objek yang sama dengan skala yang lebih kecil sehingga didapatkan gambaran yang lebih jelas dan rinci serta terukur mengenai prilaku objek
tersebut jika dibangun dalam skala sebenarnya. Misalnya :
Model arsitek model rumah, perumahan, mall, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
Model teknik model pengembangan wilayah, kota, kawasan, dan
lain-lain 2.
Model peta dan diagram, yaitu model yang menggunakan garis lurus dan lengkung, gambar, warna, dan bentuk sebagai media penyampaian
informasi yang memperlihatkan realita objek tersebut. Misalnya, kontur ketinggian, kemiringan tanah, lokasi sungai dan jembatan, gunung, batas
administrasi pemerintah, dan lain-lain. 3.
Model statistik dan matematik, yaitu model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam bentuk persamaan-persamaan dan fungsi matematis sebagai
media dalam usaha mencerminkan realita. Misalnya, menerangkan aspek fisik, sosial-ekonomi, dan model transportasi. Keuntungan pemakaian
model matematis dalam perencanaan transportasi adalah bahwa sewaktu pembuatan formulasi, kalibrasi serta penggunaannya, para perencana dapat
belajar banyak melalui eksperimen, tentang kelakuan dan mekanisme internal dari sistem yang sedang dianalisis.
Semua model tersebut merupakan cerminan dan penyederhnaaan dari realita keadaan sebenarnya untuk tujuan tertentu, seperti memberikan penjelasan, pengertian
dan peramalan. Dalam studi perencanaan transportasi, analisis dampak dari pembangunan suatu prasarana biasanya melibatkan tahap peramalanprediksi
besarnya kebutuhan pergerakan. Tahap ini dapat dilakukan melalui metoda pemodelan yang lebih dikenal dengan pemodelan transportasi.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, metoda pemodelan transportasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Pemodelan simultan simultanuous modeling.
2. Pemodelan bertahap sequential modeling.
Meskipun pemodelan simultan banyak digunakan, namun karena membutuhkan data yang relatif banyak seringkali dianggap kurang fleksibel sehingga
metoda pemodelan bertahap menjadi pilihan yang paling populer. Pemodelan transportasi bertahap terdiri atas model-model yang saling berkaitan secara bertahap,
dalam arti keluaran masing-masing model merupakan masukan bagi model yang berikutnya. Umumnya pemodelan bertahap ini melibatkan empat tahap sub model,
sehingga lebih kenal dengan Four stages transport modeling. Keempat model transportasi tersebut adalah :
a. Pemodelan Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Trip Generation and Trip
Attraction. b.
Pemodelan SebaranDistribusi Perjalanan Trip Distribution. c.
Pemodelan Pemilihan Kendaraan Modal Split. d.
Pemodelan Pemilihan Rute Perjalanan Traffic Assigment
Universitas Sumatera Utara
II.1.2.1 Pemodelan Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Trip Generation and Trip Attraction
Model ini berkaitan dengan asal dan tujuan perjalanan, yang berarti menghitung yang masuk ataupun keluar darike suatu kawasanzona. Model ini pada
umumnya memperkirakan jumlah perjalanan untuk setiap maksud perjalanan berdasarkan karakteristik tata guna lahan dan karakteristik sosio-ekonomi pada setiap
zona. Biasanya tidak ada pertimbangan yang tegas yang diberikan untuk karakteristik sistem transportasi, walaupun menurut teori permintaan perjalanan, biaya dan tingkat
pelayanan transportasi akan mempengaruhi jumlah perjalanan yang dibuat. Model bangkitan lalu lintas adalah suatu model yang dipakai sebagai dasar
untuk menentukan kebutuhan perjalanan yang dibangkitkan dari suatu zona yang diteliti. Pemodelan bangkitan pergerakan memperkirakan besarnya pergerakan yang
dihasilkan dari zona asal dan yang tertarik ke zona tujuan. Besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan merupakan informasi yang sangat berharga yang dapat digunakan
untuk memperkirakan besarnya pergerakan antar zona. Akan tetapi, informasi tersebut tidaklah cukup. Diperlukan informasi lain berupa pemodelan pola pergerakan antar
zona yang sudah pasti sangat dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas jaringan antar zona dan tingkat bangkitan dan tarikan setiap zona.
Pemodelan tarikan perjalanan adalah suatu tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang menuju suatu zonatata guna lahan. Sebagai
tahap yang paling awal dalam melakukan pemodelan transportasi adalah menentukan model tarikan yang merupakan proses untuk menerjemahkan tata guna lahan beserta
intensitasnya kedalam besaran transportasi.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tarikan perjalanan merupakan suatu bagian vital dari proses perencanaan pengangkutan, bahwa apa yang terjadi sekarang merupakan faktor yang
menentukan untuk perkiraan dimasa mendatang. Karakteristik yang penting dari tata guna lahan, penduduk dan pengangkutan mempengaruhi perkiraan identifikasi lalu
lintas, maka hal ini diproyeksikan pada penelitian untuk menghasilkan taksiran- taksiran dari jumlah lalu lintas.
Penelitian tarikan lalu lintas adalah hal yang biasa dilakukan untuk menaksir jumlah perjalanan yang datang tiap zona, yaitu terjadinya perjalanan, jumlah
perjalanan serta daya tarik perjalanan. Tempat-tempat tarikan diidentifikasikan dengan perjalanan yang dibangkitkan oleh pekerjaan, dan kunjungan dengan maksud-
maksud lainnya. Dengan memberikan nilai yang cocok pada peubah bebas dalam persamaan regresi maka peramalan dapat dibuat untuk tujuan perjalanan yang akan
datang untuk tiap zona dengan salah satu metode. Besarnya tarikan perjalanan dihitung langsung dari data zona atau dengan
menerapkan laju tarikan perjalanan berdasarkan kategori pemakaian tanah, misalnya
atas dasar klasifikasi industri standar, luas lantai dan kepadatan pekerja. II.1.2.2 Pemodelan Sebaran Perjalanan Trip Distribution
Didalam model sebaran pergerakan diperkirakan besarnya pergerakan dari setiap zona asal kesetiap zona tujuan. Besarnya pergerakan tersebut ditentukan oleh
besarnya bangkitan setiap zona asal dan tarikan setiap zona tujuan serta tingkat aksesbilitas sistem jaringan antar zona yang biasanya dinyatakan dengan jarak, waktu
atau biaya. Besarnya pergerakan terdistribusikan menujudari masing-masing zona umumnya tergantung pada tingkat keterkaitan antar zona. Umumnya hasil dari
Universitas Sumatera Utara
sebaran perjalanan adalah berupa matriks asal tujuan, yaitu representasi besarnya pergerakan menurut pasangan zona-zona tinjauan.
II.1.2.3 Pemodelan Pemilihan Kendaraan Modal Split
Pemodelan pemilihan modakenderaaan yaitu pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan yang berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan atau
mengetahui jumlah dalam arti proporsi orang dan barang yang akan menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untukmelayani suatu titik asal-
tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula. Pemilihan moda mungkin merupakan model terpenting dalam perencanaan
transportasi. Hal ini disebabkan karena peran kunci dari angkutan umum dalam berbagai kebijakan transportasi. Hal ini menyangkut efisiensi pergerakan di daerah
perkotaan, ruang yang harus disediakan kota untuk dijadikan prasarana transportasi, dan banyaknya pilihan moda transportasi yang dapat dipilih masyarakat.
II.1.2.4 Pemodelan Pemilihan Rute Perjalanan Traffic Assigment
Dasar pemikirannya adalah pemilihan rute bagi pelaku perjalanan terhadap jalur antara sepasang zona dengan suatu moda perjalanan tertentu. Pemodelan ini
memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang memilih berbagai rute dan lalu lintas yang menghubungkan jaringan transportasi tersebut dan menerapkan
sistem model kebutuhan akan transportasi untuk memperkirakan jumlah pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan selama selang waktu tertentu. Salah satu
tujuan utama pemilihan rute adalah mengidentifikasikan rute yang ditempuh pengendara dari zona asal ke zona tujuan dan juga jumlah perjalanan yang melalui
setiap ruas jalan pada suatu jaringan jalan.
Universitas Sumatera Utara
Tahap terakhir dalam estimasi permintaan perjalanan adalah menentukan perjalanan yang akan dibuat diantara setiap pasang zona, dengan moda tertentu atau
dengan rute tertentu di dalam jaringan lalu-lintas yang ada. Ini terutama merupakan suatu persoalan pada moda untuk jalan raya dimana biasanya terdapat banyak rute
yang dapat ditempuh oleh seseorang yang mengadakan perjalanan. Secara konsepsi, perencanaan transportasi empat tahap ini dapat digambarkan
seperti Gambar 2.1 di bawah ini :
Gambar 2.1 Bagan Alir Flowchart Konsep Perencanaan Transportasi Empat Tahap Wells, 1975
Pada jaringan angkutan biasanya jumlah rute alternatif lebih sedikit, hanya terdapat satu jalur gerak saja yang menghubungkan dua zona, dan gerak mempunyai
kualitas yang jauh lebih baik daripada jalur gerak lainnya, sehingga tetap merupakan
Aksesibilitas Accessibility
Bangkitan dan Tarikan Perjalanan
Trip Generation and Trip Attraction
Sebaran Pergerakan Trip Distribution
Pemilihan Moda Angkutan Mode Choise
Pemilihan Rute Trip Assignment
Arus pada jaringan Transportasi Flow at
Transportation Network
Universitas Sumatera Utara
pilihan utama. Asumsi yang biasa diambil dalam penentuan perjalanan adalah bahwa pejalan akan memilih jalur gerak dengan waktu tempuh minimum untuk perjalanan di
jalan raya. Waktu perjalanan untuk sebuah jalan tertentu tergantung pada volume lalu
lintas jalan tersebut, akan tetapi dalam menganalisis sistem transportasi di masa depan, model-model permintaan inilah yang akan digunakan untuk memperkirakan
volume dimasa depan, walaupun pada saat yang sama pemilihan rute untuk pejalan tertentu tergantung pada waktu perjalanan antara berbagai ruas jalan dan karena itu
tergantung pada volume yang harus diramalkan. Rute lalu lintas dipilih dimana setiap orang akan menempuh jalur gerak dengan waktu minimum dari tempat asal ke tujuan,
dan juga memenuhi kondisi dimana waktu perjalanan pada setiap ruas jalan dimana jalur waktu minimum tadi didasarkan konsisten dengan volume lalu lintas di jalan
tersebut karena kedua hal diatas dihubungkan oleh suatu fungsi antara kecepatan dan volume.
Biasanya dianggap bahwa para pengguna jalan akan memilih jalur waktu minimum, dimana waktu yang dimaksud adalah waktu total dari tempat asal ke
tujuan, termasuk waktu untuk berjalan dan menunggu kendaraan angkutan. Dalam pelaksanaannya, biasanya dianggap bahwa para pejalan akan terpengaruh oleh waktu
menunggu rata-rata. Oleh karena itu, rute alternatif melalui jaringan angkutan akan dibandingkan berdasarkan waktu berjalan pada sebelum dan sesudah berkendaraan,
ditambah waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan diantara rute tersebut apabila terdapat perpindahan diantara rute tersebut, ditambahkan waktu yang dibutuhkan
didalam kendaraan.
Universitas Sumatera Utara
II.2 Transportasi dan Masalah Kemacetan