1.2. Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies
sekitar 6 - 27 populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja Sungkar, 1995. Suatu survei yang dilakukan pada tahun 1983
diketahui bahwa disepanjang sungai Ucayali, Peru, ditemukan beberapa desa di mana semua anak-anak dari penduduk asli desa tersebut mengidap skabies.
Behl ada tahun 1985 menyatakan bahwa prevalensi skabies pada anak-anak de desa-desa Indian adalah 100. Di Santiago, Chili, insiden tertinggi
terdapat pada kelompok umur 10-19 tahun 45 sedangkan di Sao Paolo, Brazil insiden tertinggi terdapat pada anak dibawah umur 9 tahun. Di India,
Gulati melaporkan prevalensi tertinggi pada anak usia 5-14 tahun. Hal tersebut berbeda dengan laporan Srivatava yang menyatakan prevalensi
skabies tertinggi terdapat pada anak dibawah 5 tahun. Di negara maju prevalensi skabies sama pada semua golongan umur Maibach, 1997
Pada tahun 1975 terjadi wabah skabies di perkampungan Indian di Kepulauan San Blas, Panama. Penduduk didaerah tersebut hidup dalam
lingkungan yang padat dengan jumlah penghuni tiap rumah 13 orang atau lebih. Pada survei pertama didapatkan prevalensi skabies sebesar 28 pada
suatu kelompok dan pada kelompok yang lain 42. Dua tahun kemudian dilakukan survei pada pulau Van lebih besar yang berpenduduk 2.000 orang.
Pada survei tersebut ditemukan bahwa 90 penduduk mengidap skabies. Pada tahun 1986 survei di Indian lainnya berpenduduk 756 orang didapatkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa prevalensi skabies anak-anak yang berumur 10 tahun adalah 61 dan pada bayi yang kurang dari 1 tahun adalah 84 Orkin, 1997
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia.
Penyakit skabies banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, insidennya sama terjadi pada pria dan wanita. Insiden skabies di negara
berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu endemik dan permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun Harahap, 2000 Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Puskesmas
seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6-12,9, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di Bagian Kulit
dan Kelamin FKUIRSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77 dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990
prevalensi skabies adalah 6 dan 3,9. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan
kebersihan yang kurang memadai Depkes. RI, 2000.
1.3. Etiologi