Pengaruh Pengetahuan dan Tindakan Higiene Pribadi terhadap Kejadian Penyakit Skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan
Oleh:
HAJRIN PAJRI ASRA 070100333
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
PENGARUH PENGETAHUAN DAN TINDAKAN HIGIENE PRIBADI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PESANTREN
AR-RAUDHATUL HASANAH MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
HAJRIN PAJRI ASRA NIM: 07010033
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Pengetahuan dan Tindakan Higiene Pribadi terhadap Kejadian Penyakit Skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan
Nama : Hajrin Pajri Asra NIM : 070100333
Pembimbing Penguji I
(dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM,MPd.Ked) (dr. Tri Widyawati, MSi)
Penguji II
(dr. Rodiah Rahmawaty, Sp.M)
Medan, Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(4)
ABSTRAK
Latar Belakang: Skabies dibeberapa negara berkembang termasuk indonesia mempunyai prevalensi yang cukup tinggi yaitu 6%- 27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak sampai dewasa. Sekitar 300 orang setiap tahun dilaporkan terserang skabies.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan tindakan siswa tentang higiene pribadi terhadap kejadian penyakit skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan disain studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 84 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik chi-square.
Hasil: Hasil uji kejadian skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan yang pernah mengalami skabies sebesar 75%. Hasil uji pengetahuan siswa mengenai higiene pribadi sebesar 66% dikategorikan baik, sedangkan untuk hasil uji tindakan siswa sebesar 92,9% dikategorikan sedang.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian tersebut yang lebih dominan dalam kejadian skabies adalah tindakan, maka pihak pesantren dapat memperbaiki kesadaran siswa dalam disiplin dalam tindakan kebersihan pribadi.
(5)
ABSTRACT
Inroduction: Scabies is an illness that spreads more in developing country. As a developed country, Indonesia also has a quiet high scabies percentage like the other countries. The percentage of the scabies in Indonesia reaches until 6% - 27%. The victims of this illness are children and young adults. About three hundred (300) persons are reported that claim as victims of scabies.
Methods: This observation is aimed to define influences of the knowledge and student actions about the personal hygiene towards scabies creation at Ar-Raudhatul Hasanah Pesantren Medan. This survey uses analytic method with study cross sectional designed. The amount of the sample is eighty four (84) persons. The collection data was executed with questionnaires and analyzed data which did with chi-square statistic.
Result: The result of the collected data at Ar-Raudhatul Hasanah Pesantren Medan shows that there are 75% of the students that claimed have been infected of scabies. The result of the hygiene knowledge scale proves that 66% from the population are claimed in the good condition. While, from the actions category shows that most of the students (92,9%) at pesantren (boarding school) have normal scale.
Discussion: In conclusion, this observation shows that action category is a caused that more dominated for the scabies infections. Hence, the party from pesantren (boarding school) should fix the discipline of the students in personal hygiene.
(6)
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan rasa syukur saya kepada Allah SWT yang mana telah merealisasikan doa dalam bentuk kesehatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Tindakan Higiene Pribadi terhadap Kejadian Penyakit Skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan”, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Terimakasih yang tak terhingga kepada perwakilan tuhan yang ada di dunia yaitu kedua orang tua saya, dan adik-adik saya yang telah membantu secaramoril maupun material serta semua motivasi yang tidak putus-putusnya pada saat proses penyelesaian karya tulis ini.
Dan tidak lupa pula kepada orang-orang yang berjasa dalam penulisan karya tulis ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan bantuan, semuanya sangat membantu saya dalam proses penyelesain karya tulis ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya dengan rendah hati ingin mengabadikan nama yang telah berjasa pada penyelesaian tugas ini dalam bentuk ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah, atas kesabaran yang luar biasa dalam mendidik saya dan waktu yang diluangkan kepada saya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, Sp.M selaku dosen penguji, atas waktu yang telah diluangkan dalam memenuhi undangan saya serta teman-teman dalam membantu mengoreksi dalam memperbaiki karya tulis ilmiah saya.
3. dr. Tri Widyawati, Msi selaku dosen penguji, atas waktu yang telah diluangkan dalam memenuhi undangan saya serta teman-teman dalam membantu mengoreksi dalam memperbaiki karya tulis ilmiah saya.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu dalam proses surat menyurat yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian karya tulis ini.
5. Drs. Rsyidin Bina selaku direktur Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah medan, atas bantuan yang diberikan hingga selesainya penelitian.
6. Ustad Andi selaku kepala divisi Litbang pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan, atas bantuan yang telah diberikan dalam menjadwalkan pertemuan dengan siswa selam penelitian.
7. dr. Raja selaku dokter poliklinik di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan, atas bimbingan selama penelitian.
(7)
8. Senior-senior yang telah memberikan saran dan bantuan motivasi.
9. Teman-teman peneliti, terutama M irfan, Nurul, dan Dini selaku kelompok atau teman seperjuangan, atas motivasi, saran, dan kesabaran dalam sama menyelesaikan karya tulis ilmiah.
10.Teman-teman lainya yang membantu yaitu Adelia, Hilna, Ria, R ismail, Dwiansyah, Amalia, Amelia dan teman-teman yang lainya, atas seluruh bantuan, saran, motivasi dan materi.
Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penyusunan karya tulis ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti bagi kualitas karya tulis ini.
Semoga hasil karya tulis ini dapat memberi sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Bangsa dan Negara kita Indonesia, serta pengembangan ilmu yang berhubungan dengan kesehatan.
Medan, 20 Nopember 2010
Peneliti,
(8)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1.Tujuan Umum ... 2
1.3.2.Tujuan Khusus ... 2
1.4. Manfaat penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Higiene Pribadi ... 4
2.1.1. Definisi ... 4
2.1.2. Etiologi ... 5
2.1.3. Tanda dan Gejala ... 7
2.2. Skabies ... 8
2.2.1. Definisi ... 8
2.2.2. Etiologi ... 9
2.2.3. Patogenesis ... 10
2.2.4. Cara Penularan ... 11
2.2.5. Gejala Klinis ... 12
(9)
2.2.7. Diagnosis ... 15
2.2.8. Terapi ... 15
2.2.9. Prognosis ... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18
3.2. Definisi Operasional ... 18
3.3. Hipotesis ... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
4.1. Rancangan Penelitian ... 21
4.2. Waktu dan Tempat ... 21
4.3. Populasi dan Sampel ... 21
4.3.1. Populasi ... 21
4.3.2. Sampel ... 21
4.4. Besar sampel Penelitian ... 22
4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 22
4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23
4.6. Pengolahan dan Analisa Data ... 24
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25
5.2. Karakteristik Individu ... 25
5.3. Hasil Penelitian ... 26
5.3.1. Hasil Univariat ... 26
5.3.2. Hasil Bivariat ... 28
5.4. Pembahasan ... 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1. Kesimpulan ... 34
(10)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.2 Definisi Operasional 20
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 24
Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden Berdasarkan Karakteristik
Pengetahuan tentang Rokok 25
Tabel 5.2 Distribusi kejadian skabies pada responden berdasarkan
pernah atau tidak terkena skabies 26
Tabel 5.3 Distribusi jawaban responden pada variabel pengetahuan 26 Tabel 5.4 Distribusi hasil tingkat pengetahuan 27
Tabel 5.5 Distribusi jawaban responden pada variabel tindakan 27
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tindakan 27
Tabel 5.7 Distribusi tingkat kejadian skabies berdasarkan pengetahuan 28
Tabel 5.8 Distribusi tingkat kejadiaan berdasarkan tindakan 29 Tabel 5.8 Distribusi tindakan responden berdasarkan pengetahuan 29
(12)
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup 2. Kuesioner
3. Lembar Penjelasan
Informed Consent
4. Surat Izin Meneliti
Ethical Clearance
(13)
ABSTRAK
Latar Belakang: Skabies dibeberapa negara berkembang termasuk indonesia mempunyai prevalensi yang cukup tinggi yaitu 6%- 27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak sampai dewasa. Sekitar 300 orang setiap tahun dilaporkan terserang skabies.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan tindakan siswa tentang higiene pribadi terhadap kejadian penyakit skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan disain studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 84 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik chi-square.
Hasil: Hasil uji kejadian skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan yang pernah mengalami skabies sebesar 75%. Hasil uji pengetahuan siswa mengenai higiene pribadi sebesar 66% dikategorikan baik, sedangkan untuk hasil uji tindakan siswa sebesar 92,9% dikategorikan sedang.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian tersebut yang lebih dominan dalam kejadian skabies adalah tindakan, maka pihak pesantren dapat memperbaiki kesadaran siswa dalam disiplin dalam tindakan kebersihan pribadi.
(14)
ABSTRACT
Inroduction: Scabies is an illness that spreads more in developing country. As a developed country, Indonesia also has a quiet high scabies percentage like the other countries. The percentage of the scabies in Indonesia reaches until 6% - 27%. The victims of this illness are children and young adults. About three hundred (300) persons are reported that claim as victims of scabies.
Methods: This observation is aimed to define influences of the knowledge and student actions about the personal hygiene towards scabies creation at Ar-Raudhatul Hasanah Pesantren Medan. This survey uses analytic method with study cross sectional designed. The amount of the sample is eighty four (84) persons. The collection data was executed with questionnaires and analyzed data which did with chi-square statistic.
Result: The result of the collected data at Ar-Raudhatul Hasanah Pesantren Medan shows that there are 75% of the students that claimed have been infected of scabies. The result of the hygiene knowledge scale proves that 66% from the population are claimed in the good condition. While, from the actions category shows that most of the students (92,9%) at pesantren (boarding school) have normal scale.
Discussion: In conclusion, this observation shows that action category is a caused that more dominated for the scabies infections. Hence, the party from pesantren (boarding school) should fix the discipline of the students in personal hygiene.
(15)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah lapisan tubuh yang paling luar dan cukup sensitif terhadap berbagai macam benda asing yang datang dari luar tubuh, yang menyebabkan penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya faktor lingkungan dan pola tingkah laku sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Sebaliknya, lingkungan kotor yang tidak terjaga kebersihannya bisa menjadi penyebab timbulnya berbagai macam penyakit (Faulkner, 2008). Pada lingkungan yang padat penduduk dan kebersihan perorangan yang buruk sering dijumpai penyakit diare, disentri, penyakit cacingan, polymielitis, hepatitis A, kolera, typhoid,
leptospirosis, malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan skabies.
Skabies dapat di temukan di setiap negara dengan angka kejadian yang berbeda-beda. Di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia, prevalensi skabies 6%-27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak sampai dewasa (Sungkar, 2008). Sekitar 300 orang setiap tahun dilaporkan terserang skabies (Wardhana, 2006). Tidur dalam ruangan yang sama dengan penderita skabies bisa menjadi salah satu faktor penularan penyakit skabies.
Pesantren adalah salah satu bentuk pendidikan yang bersatu antara sekolah dan pemondokan. Pada beberapa pesantren pemondokannya mempunyai ruangan tidur yang dihuni oleh beberapa siswa dengan luas kamar yang kurang memadai (Rahmawati, 2009).
Salah satu kebiasaan buruk yang sering dilakukan siswa atau santrinya dibeberapa pesantren secara umum adalah sering menggunakan alat-alat atau pakaian secara bersama, contohnya tempat tidur, bantal, baju, handuk,
(16)
dan sebagainya, sehingga hal inilah yang menyebabkan skabies sering dihubungkan dengan pesantren (Handri, 2008). Kondisi pesantren dapat mempengaruhi penularan skabies apabila para siswa tidak paham dan tidak sadar tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, maupun kebersihan pribadi. Untuk mencegah kejadian tersebut, pemahaman kepada siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi adalah penting.
Dari uraian di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh pengetahuan siswa tentang higiene pribadi dengan kejadian penyakit skabies di Pesantren Ar-Radhatul Hasanah Medan, dikarenakan lingkungan yang banyak penghuninya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah bagaimana pengaruh pengetahuan dan tindakan siswa tentang higiene pribadi dengan timbulnya kejadian penyakit skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan tindakan siswa tentang higiene pribadi terhadap kejadian penyakit skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasnah Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik siswa di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
2. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang higiene pribadi di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
3. Untuk mengetahui tindakan siswa tentang higiene pribadi di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
(17)
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan higiene pribadi terhadap kejadian skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
5. Untuk mengetahui hubungan tindakan higiene pribadi terhadap kejadian skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan siswa.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti
Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di perguruan tinggi pendidikan dokter, dan sekaligus untuk menambah wawasan yang dapat memberikan ilmu serta pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pada kulit.
2. Siswa
Sebagai tambahan pengetahuan atau pemahaman tentang kesehatan, dan dapat meningkatkan kebersihan lingkungan pada umumnya dan kebersihan diri sendiri pada khususnya.
3. Pesantren
Sebagai salah satu tambahan pengetahuan dalam meningkatkan kesehatan yang nantinya bisa mendukung kelancaran proses belajar mengajar pada pesantren tersebut.
4. Profesi Dokter
Dapat menambah informasi dari pengaruh pengetahuan siswa tentang kebersihan diri terhadap penyakit skabies pada Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Higiene Pribadi
2.1.1. Definisi
Dari penelitian Denny W. Lukman (2008), kata higiene berasal dari Bahasa Yunani "hygieine" (artinya healthfull = sehat), nama seorang dewi kesehatan Yunani (Hygieia).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Beberapa definisi higiene adalah:
1. Higiene adalah seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan (a condition or practice which promotes good health). 2. Higiene adalah tindakan-tindakan pemeliharaan kesehatan (the
maintenance of healthfull practices).
3. Higiene adalah ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan (the sciene concerned with the prevention of illness and maintenance of health).
(19)
4. Pengertian higiene saat ini terkait teknologi mengacu kepada kebersihan (cleanliness). Higiene juga mencakup usaha perawatan kesehatan diri (higiene personal), yang mencakup juga perlindungan kesehatan akibat pekerjaan.
2.1.2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi perawatan diri adalah kurang/penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
(20)
Menurut Depkes (2000) Faktor–faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya
Pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 7. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak sering timbul pada masalah personal hygiene. 1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
(21)
yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Jenis–jenis kurang perawatan diri :
1. Kurang perawatan diri mandi/kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. Seharusnya kita mandi setiap hari, minimal 2 kali sehari.
2. Kurang perawatan diri mengenakan pakaian/berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri toileting.
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004 ).
2.1.3. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan kurang perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau dan pakaian kotor. b. Rambut dan kulit kotor. c. Kuku panjang dan kotor
(22)
d. Gigi kotor disertai mulut bau e. Penampilan tidak rapi 2. Psikologis
a. Malas dan tidak ada inisiatif. b. Menarik diri atau isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial
a.Interaksi kurang. b. Kegiatan kurang
c.Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah : 1. Data subjektif
a. Pasien merasa lemah b. Malas untuk beraktivitas c. Merasa tidak berdaya. 2. Data objektif
a. Rambut kotor, acak – acakan b. Badan dan pakaian kotor dan bau c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat.
2.2. Skabies
2.2.1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabieivarian hominis dan produknya (Handoko, 2001).
(23)
2.2.2. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari (Handoko, 2001).
(24)
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya, sedangkan tungau sekabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka akan mati (Graham-Brown dan Burns, 2005).
Menurut Admin (2009) di dalam Andrianto dan Tie (1989),
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7–14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.
2.2.3. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan kulit timbul (papul) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah inpestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2001).
(25)
2.2.4. Cara Penularan
Menurut Admin (2009) di dalam Brown.T.Y. et al (1999), penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan pribadi dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disuatu tempat yang relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada (Benneth, 1997).
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya adalah fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Pada beberapa sekolah didapatkan kasus gatal-gatal selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan anti skabies (Meyer, 2000).
(26)
2.2.5. Gejala Klinis
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, 2001) :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dengan rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan
stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
(27)
Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu terowongan dan ruam (Graham-Brown dan Burn, 2005), yaitu:
1. Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki
2. Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama terdapat di aksila, umbilikus, dan paha. Ruam adalah reaksi alergi dari tubuh terhadap tungau.
2.2.6. Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada
genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
(28)
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4–8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena
S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi di muka sering terjadi (Harahap, 2000).
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas (Harahap, 2000).
(29)
2.2.7. Diagnosis
Diagnosis skabies ditegakkan atas dasar (Harahap, 2000):
1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula atau pustula. 2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan
tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita immunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical
yang efektif.
4. Adanya gatal hebat pada malam hari, dan bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, maka harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
2.2.8. Terapi
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan hidupnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:
1. Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih.
(30)
2. Malation.
Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian (Harahap, 2000).
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai (Handoko, 2001).
4. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam (Harahap, 2000).
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2–3 bagian dari air dan digunakan selama 2–3 hari (Harahap, 2000).
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian (Handoko, 2001).
Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal (Handoko, 2001).
(31)
Cara pemberantasan atau pencegahan terkenanya skabies (American Akademik of Dermatology, 2005) adalah:
1. Perhatikan segera tanda dan gejala klinis skabies. 2. Tingkatkan higiene pribadi anda.
3. Menghindari individu yang terpapar dengan skabies.
4. Cuci pakaian dengan air bersih dan dijemur sampai kering di bawah sinar matahari.
5. Pakai yang tidak dicuci, dijemur di bawah sinar matahari lebih kurang selama 30 menit, atau digosok dengan setrika panas. 6. Bersihkan tempat tidur dari debu, dan vakum seluruh ruangan
rumah.
2.2.9. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000).
(32)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan siswa tentang higiene pribadi terhadap kejadian penyakit skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur
1. Siswa Siswa adalah pelajar laki-laki atau santriwan kelas 1 sampai 3 MTsS Pesantren Ar-Raudatul Hasanah.
Wawancara Kuesioner Jumlah Orang
Nominal
2 Pengetah Segala Wawancara Kuesioner Pengeta Ordinal Pengetahuan dan
Tindakan Siswa Tentang Higiene Pribadi
(33)
uan dan tindakan higiene Pribadi
pengetahuan tentang prilaku dan tindakan sehari-hari yang berhubungan dengan kegiatan yang
meningkatkan kebersihan dan mencegah datangnya penyakit huan: Jika jawaba n benar nilainya = 1,
Jika jawaba n salah nilainya = 0.
Total jawaba n yang benar di kategor ikan menjadi : pengeta huan
Baik = >80%
Sedang = 50%-80%
(34)
= <50%
3 Skabies Skabies (Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo) adalah penyakit yang
timbul di
akibatkan
parasit sarcoptes scabiei varian hominis, timbul dengan gejala gatal terutama pada malam hari (suhu lembab), yang didiagnosa berdasarkan anamnesis (Handoko, 2001).
Wawancara Silabus anamnesis penyakit kulit khusus skabies
Ya dan Tidak.
Nominal
Tabel 3.2. defenisi oprasional.
3.3. Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan dan tindakan siswa tentang higiene pribadi dengan terjadinya penyakit skabies.
(35)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan disain studi Cross-Sectional, dan penelitian ini dilakukan untuk mencari pengaruh pengetahuan dan tindakan siswa tentang higiene pribadi terhadap kejadian penyakit skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan pada satu saat tertentu.
4.2. Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 1 Agustus hingga 31 November. Sedangkan untuk tempat dilakukanya penelitian ini adalah di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Jl Letjen Jamin Ginting Km 11 Medan.
Adapun pemilihan tempat tersebut didasarkan atas: 1. Lingkungan yang padat penghuninya.
2. Jumlah kejadian skabies.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswa laki-laki atau santriwan dari kelas 1-3 MTsS (setingkat SMP) Pesantren Ar-Raudatul Hasanah Medan dengan jumlah siswa sebanyak 623 orang.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Metode ini digunakan karena peneliti menghitung terlebih dahulu jumlah populasi lalu, kemudian dipilih secara acak.
(36)
4.4. Besar Sampel Penelitian
Besar sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan:
N.Z½ 2 . P . Q n =
(N – 1) d2 + Z½ 2 . P. Q
Keterangan: n = Besar sampel minimal
N = Jumlah populasi (623 orang)
Z½ 2 = Tingkat kepercayaan ( = 95%, maka Z½ 2= 1,96)
P = Proporsi di populasi (P= 0.50)
Q = 1 – P ( Q= 1-0,50 = 0,50)
d = presisi (d= 0.10)
623 . (1,96)2 . 0.50 x 0,50 n =
(623 – 1) (0,10)2 + (1,96)2 . 0,5 x 0,5
598,3292
n = = 83,98 Orang
7,1246
(37)
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur, yang terdiri dari pertanyaan pengetahuan dan tindakan sebanyak 8 pertanyaan. Setiap jawaban kemudian diberi skor 1 bila jawaban benar dan skor nol bila jawaban salah. Total jawaban yang benar kemudian dikategorikan menjadi pengetahuan baik bila nilainya >80%, sedang 50-80%, dan buruk<50% dari total skor. Selain itu untuk menegakkan diagnosis pernah terkena skabies, dilakukan anamnesis riwayat penyakit kulit sesui dengan tuntunan skills lab blok Dermatomusculoskeletal System
2007.
Data yang di gunakan adalah : 1. Primer
Data yang didapat dari responden melalui kuesioner. 2. Sekunder
Data yang didapat dari pihak sekolah yang bersangkutan dengan jumlah siswa.
4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabelitasnya dengan menggunakan teknik korelasi
“product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 17.0. Sampel yang di gunakan dalam validitas ini memiliki memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 10 orang. Setelah melakukan uji validitas, soal yang dinyatakan valid dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.
(38)
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Variabel No Total Pearson
Correlation
Status Alpha status
Pengetahuan 1 0,941 valid 0,776 Reliabel
2 0,960 valid Reliabel
3 0,941 valid Reliabel
4 0,941 valid Reliabel
5 0,823 valid Reliabel
Tindakan 1 0,941 valid Reliabel
2 0,960 valid Reliabel
3 0,941 valid Reliabel
4.6. Pengolahan dan Analisa Data
Pada penelitian ini hasil nilai yang didapat dihubungan dengan tingkat kejadian penyakit skabies. Hasilnya disajikan dalam bentuk diagram maupun tabel. Analisis statistik yang di gunakan adalah analisis chi square
(39)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan berdiri pada 15 Januari 1981. Pesantren ini terletak pada Jl. Setia Budi No. 25 Medan.
5.2. Karakteristik Individu
Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 84 orang, seluruh responden laki-laki dan terdiri dari kelas 1 sampai kelas 3 MTsS/SMP.
Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi: usia dan pernah atau tidak terkena skabies. Data lengkap bila ditinjau dari segi usia dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi usia responden pada karakteristik
Umur/usia F %
<12 1 1,2
12-14 80 95,3
>14 3 3,6
Dari tabel di atas maka kelompok terbesar pada usia 12-14 tahun yaitu sebanyak 95,3% dan terendah pada usia di bawah 12 tahun yaitu 1,2%. Selanjutnya data lengkap bila ditinjau dari pernah atau tidak terkena skabies dapat dilihat pada tabel 5.2.
(40)
Tabel 5.2. Distribusi kejadian skabies pada responden berdasarkan pernah atau tidak terkena skabies.
Hasil Anamnese F %
Ya (pernah skabies) 63 75
Tidak (tidak pernah) 21 25
Total 84 100
Dari tabel 5.2., didapat hasil bahwa yang pernah menderita skabies selama di Pesantren adalah sebanyak 75%, sedangkan yang tidak pernah terkena skabies selama di Pesantren adalah sebanyak 25%.
5.3. Hasil Penelitian
5.3.1. Hasil Univariat
Data lengkap distrubusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi jawaban responden pada variabel pengetahuan
No. Pernyataan
Jawaban Responden
Benar Salah
F % F %
1 Pernah mendengar tentang higiene pribadi 84 100 0 0
2 Pengertian higiene pribadi secara umum 74 88,1 10 11,9
3 Ekonomi mempengaruhi higiene pribadi 73 86,9 11 13,1
4 Penyakit yang terjadi pada higiene pribadi yang kurang
80 95,2 4 4,8
5 Manfaat menyetrika pakaian 59 70,2 25 29,8
Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan yang paling dijawab benar adalah pada nomor 1 yaitu sebesar 100%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pada pertanyaan nomor 5 yaitu sebanyak 29,8%.
Berdasarkan hasil tersebut maka tingkat pengetahuan tentang higiene pribadi dapat dikategorikan pada tabel 5.4.
(41)
Tabel 5.4. Distribusi hasil tingkat pengetahuan
Pengetahuan F %
Baik 46 54,8
Sedang 38 45,2
Kurang 0 0
Total 84 100
Dari tabel 5.4., dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 54,8%. Tingkat pengetahuan yang di kategorikan sedang sebesar 45,2%, dan tingkat yang dikategorikan kurang sebesar 0%.
Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel tindakan dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi jawaban responden pada variabel tindakan
No. Pernyataan
Jawaban Responden
Benar Salah
F % F %
1 Frekuensi mandi setiap hari 80 95,2 4 4,8
2 Menggosok pakaian sebelum dipakai 70 83,3 14 16,7
3 Menjemur peralatan tidur 80 95,2 4 4,8
Dari tabel di atas terlihat bahwa jawaban dari pertanyaan nomor 1 dan 3 yang paling tinggi skornya atau yang paling banyak benarnya yaitu masing-masing sebesar 95,2%. Sedangkan pertanyaan yang angka kesalahan paling tinggi adalah pertanyaan nomor 2 yaitu sebesar 16,7%.
Berdasarkan hasil tersebut maka tingkat tindakan higiene pribadi dapat dikategorikan seperti ditabel 5.6.
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi tindakan
Tindakan F %
Baik 63 75,0
Sedang 20 23,8
Kurang 1 1,2
(42)
Dari tabel 5.6., dapat dilihat bahwa tindakan yang dikategorikan baik yang paling tinggi yaitu sebesar 75%, diikuti dengan sedang sebesar 23,8%, sedangkan kategori kurang sebesar 1,2%.
5.3.2. Hasil Bivariat dan Multivariat
1. Untuk memudahkan apakah ada hubungan pengetahuan dengan kejadian skabies maka dapat dilihat tabel 5.7 di bawah ini.
Tabel 5.7. Hubungan kejadian skabies dan pengetahuan
Diagnosa Tingkat Pengetahuan
Baik Sedang Kurang Nilai p*
F % F % F %
Ya 35 76,1 28 73,7 0 0 0,8
Tidak 11 23,9 10 26,3 0 0
Total 46 100 38 100 0 0
* Uji Statistik Pearson Chi-Square
pada tabel 5.7., tingkat pengetahuan baik memiliki angka yang tertinggi, dan mempunyai angka kejadian yang tinggi pula. Nilai p sebesar 0,8 (nilai p lebih besar dari 0,1) maka ini menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan timbulnya kejadian skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
2. Untuk memudahkan apakah ada hubungan antara tindakan dengan kejadian skabies maka dapat dilihat pada tabel 5.8 selanjutnya.
(43)
Tabel 5.8. Hubungan kejadiaan skabies dan tindakan
Diagnosa Tingkat tindakan
Baik Sedang Kurang Nilai p*
F % F % F %
Ya 48 76,2 14 70 1 100 0,7
Tidak 15 23,8 6 30 0 0
Total 63 100 20 100 1 100
* Uji Statistik Chi-Square
Pada tabel 5.8 menunjukkan tingkat kejadian sekabies paling tinggi dikategori baik, nilai p sebesar 0,7 (lebih besar dari 0,1) maka ini menunjukkan tidak ada hubungan antara tindakan dengan terjadinya angka kejadian skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
3. Untuk mengetahuai apakah ada hubungan antara pengetahuan dan tindakan maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.8.
Tabel 5.8. Hubungan tindakan responden dan pengetahuan
Tingkat Pengetahuan
Tingkat Tindakan
Baik Sedang Kurang Nilai p*
F % F % F %
Baik 35 55,6 10 50 1 100 0,534
Sedang 28 44,4 10 50 0 0
Kurang 0 0 0 0 0 0
Total 63 100 20 100 1 0
*Uji Statistik Chi-Square
Pada tabel di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan baik berada pada posisi yang paling tinggi. Nilai p juga masih lebih besar dari 0,1 , dan ini menggambarkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan.
Tabel 5.9. Hubungan pengetahuan dan tindakan terhadap kejadian skabies
Tindakan Kejadian skabies Nilai
p*
Ya Tida
(44)
*Uji Statistik Chi-Square
Pada tabel di atas dapat dilihat hasil yang paling tinggi angka kejadiannya adalah tindakan baik dengan pengetahuan baik yaitu sebesar 29 orang, lalu pada tindakan baik dengan pengetahuan sedang sebesar 19 orang, dan pada tindakan sedang dengan pengetahuan sedang sebesar 9 orang. Sedangkan pada tindakan kurang dengan pengetahuan baik hanya 1 orang.
5.4. Pembahasan
5.4.1. Pengetahuan
Pada tabel 5.3., dapat kita lihat bahwa sebanyak 84 orang (100%) pernah mendengar mengenai higiene pribadi ini bisa diartikan bawa semua siswa menjawab pernah. Pada petanyaan mengenai pengertian higiene pribadi secara umum yang menjawab benar lebih banyak yaitu 74 orang (88,1%), dan yang menjawab salah sebanyak 10 orang (11,9%). Hal ini mungkin dipengaruhi karena siswa mungkin pernah mendapatkan informasi dari media masa, pesantren atau pihak keluarga.
Pada pertanyaan ekonomi mempengaruhi higiene pribadi yang paling banyak menjawab benar sebanyak 73 orang (86,9%)
F % F %
Baik Pengetahuan Baik 29 4 6 40,0 0,165
Sedang 19 9,6 9 60,0
Kurang 0 0 0 0
Total 48 100 15 100
Sedang Baik 5 35,7 5 83,3 0,051
Sedang 9 64,3 1 16,7
Kurang 0 0 0
Total 14 100 6 100
Kurang Baik 1 100 0 0 -
Sedang 0 0 0 0
Kurang 0 0 0
(45)
dan yang menjawab salah sebanyak 11 orang ( 13,1%). Hal ini mungkin disebabkan karena siswa menjawab sesui dengan keadaan sehari-hari.
Pertanyaan tentang penyakit yang terjadi pada higiene pribadi mendapatkan hasil bahwa pada jawaban benar yaitu sebanyak 80 orang (95,2%), dan yang menjawab salah sebanyak 4 orang (4,8%). Hal ini terjadi karena siswa di pesantren banyak melihat kasus yang berhubungan dengan penyakit kulit dan berhubungan dengan higiene yang kurang.
Pada pertanyaan manfaat menyetrika pakaian jawaban yang benar sebesar 59 orang (70,2%) dan yang menjawab salah sebanyak 25 0rang (29,8%). Ini karena sibuknya kegiatan dan jika ada waktu luang hanya digunakan untuk menyalurkan bakat baik itu olah raga maupun kegiatan jam luar sekolah lainya. Namun dari semua hasil pertanyaan yang paling tinggi angka kesalahannya pada pertanyaan tentang manfaat menyetrika pakaian. penyakit skabies sering ditemukan pada pesantren karena siswa pesantren gemar sekali bertukar atau pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal, guling, dan kasurnya kepada sesamanya (Handri, 2008). Akibat hal tersebut maka angka kesalahan yang tinggi pada tabel pengetahuan menyetrika pakaian tersebut bisa mengakibatkan faktor penularan penyakit skabies. Hal tersebut di dukung berdasarkan American Academik of Dermatology
(2005) salah satu pencegahan penularan skabies adalah pakaian yang tidak dicuci agar dapat dijemur di bawah sinar matahari minimal 30 menit atau digosok dengan setrika yang panas.
(46)
Hasil jumlah pengetahuan siswa dapat dilihat bahwa pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 54,8%. Tingkat pengetahuan yang di kategorikan sedang sebesar 45,2%, dan tingkat yang dikategorikan kurang sebesar 0%.
Dari sudut pandang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan angka kejadian sekabies maka pengetahuan baik memiliki angka yang tertinggi, dan mempunyai angka kejadian yang tinggi pula. Nilai p sebesar 0,8 (nilai p lebih besar dari 0,1) maka ini menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan timbulnya kejadian skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
5.4.2. Tindakan
Pertanyaan pada tindakan tentang frekuensi mandi setiap hari mendapat hasil benar yaitu sebesar 80 orang (95,2%) dan yang menjawab salah sebanyak 4 orang (4,8%). Hal ini mungkin disebabkan akibat pertanyaan behubungan dengan kegiatan sehari-hari dan banyak yang sudah paham semenjak mereka masih di lingkungan keluarga.
Pada pertanyaan menyetrika pakaian sebelum dipakai mendapat hasil yang benar sebanyak 70 orang (83,3%), dan yang menjawab salah sebanyak 14 orang (16,7%). Dari pertanyan tentang tindakan, angka kesalahan pertanyaan menyetrika pakaian yang paling tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebaran parasit yang mengakibatkan skabies, sesui dengan hasil pertanyaan pengetahuan nomor 5.
Pada pertanyaan menjemur peralatan tidur pertanyaan yang dijawab benar sebanyak 80 orang (95,2%) dan jawaban yang
(47)
salah sebesar 4 orang (4,8%). Namun hal ini di lakukan 1 minggu sekali sesui dengan hari libur mingguan sehingga mungkin behubungan dengan perkembang biakan skabiesnya.
Dari tabel 5.6., dapat dilihat bahwa tindakan yang dikategorikan baik yang paling tinggi yaitu sebesar 75%, diikuti dengan sedang sebesar 23,8%, sedangkan kategori kurang sebesar 1,2%.
Pada angka hubungan antara tindakan dengan kejadian sekabies sesui dengan tabel 5.8 menunjukkan tingkat pengetahuan dan kejadian sekabies paling tinggi dikategori baik, nilai p sebesar 0,7 (lebih besar dari 0,1) maka ini menunjukkan tidak ada hubungan antara tindakan dengan terjadinya angka kejadian skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
Pada hubungan antara tindakan berdasarkan pengetahuan dapat dilihat tingkat pengetahuan dan tindakan baik berada pada posisi yang paling tinggi. Nilai p juga masih lebih besar dari 0,1 , dan ini menggambarkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan.
Pada hubungan pengetahuan dan tindakan dengan kejadian skabies yang paling tinggi angka kejadiannya pada tindakan baik yaitu sebesar 29 orang (60,4%), lalu diikuti dengan tindakan baik dengan pengetahuan sedang sebesar 19 orang (39,6%), pada tindakan baik dengan pengetahuan kurang tidak ada. Selanjutnya pada tindakan sedang dengan pengetahuan sedang paling tinggi yaitu sebesar 9 orang (64,3%), diikuti dengan tindakan sedang dengan pengetahuan baik sebesar 5 orang (35,7%), dan pada tindakan sedang dengan pengetahuan kurang 0. Lalu pada tindakan kurang
(48)
dengan pengetahuan baik sebesar 1 orang (100%) sedangkan pada tindakan kurang dengan pengetahuan sedang dan kurang 0.
Hubungan pengetahuan dan tindangan dengan kejadian skabies pada tindakan baik yaitu tidak ada hubungan karena p lebih dari 0,1 sedangkan pada tindakan sedang p dibawah 0,1 sehingga ada hubungan tindakan sedang dengan kejadian skabies.
5.4.3. Faktor Lain yang Mempengaruhi Angka Kejadian Skabies Menurut asumsi peneliti hal lain yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kejadian skabies adalah sistem pembagian jumlah penghuni dalam satu ruangan atau kamar. Berdasarkan informasi yang didapat peneliti dari wawancara atau anamnese pada Pasantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan, setiap kamar siswa yang berukuran 10 x 5m dihuni sebanyak 15 sampai 20 orang. Menurut depkes RI (1999) luas kamar yang ideal minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam 1 ruangan tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun. Luas kamar yang terlalu sempit disertai dengan jumlah penghuni yang banyak akan mengakibatkan peningkatan penyakit skabies sesuai dengan pernyataan lubis (1985) bahwa ruangan yang di dalamnya banyak orang akan mengakibatkan hal-hal yang buruk pada kesehatan dan menambah potensi buruk terhadap penyakit-penyakit infeksi.
(49)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kelompok terbesar pada usia 12-14 tahun yaitu sebanyak 95,3% dan terendah pada usia di bawah 12 tahun yaitu 1,2%. Dan Tingkat kejadian skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan sebanyak 63 orang (75%) pernah menderita penyakit skabies, dan sisanya 21 orang (25%) tidak pernah menderita penyakit skabies.
2. Tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 63,1%. Tingkat pengetahuan yang di kategorikan sedang sebesar 36,9%, dan tingkat yang dikategorikan kurang sebesar 0%.
3. Tindakan yang dikategorikan baik yang paling tinggi yaitu sebesar 75%, diikuti dengan sedang sebesar 23,8%, sedangkan kategori kurang sebesar 1,2%.
4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan timbulnya kejadian skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
5. Tidak ada hubungan antara tindakan dengan terjadinya angka kejadian skabies di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
(50)
7. Hubungan pengetahuan dan tindangan dengan kejadian skabies pada tindakan baik yaitu tidak ada hubungan, sedangkan pada tindakan sedang dengan pengetahuan sedang mempunyai hubungan.
6.2. Saran
1.Bagi pihak Pesantren agar dapat memperbaikan sistem asrama, baik itu dari bidang disiplin kebersihan seperti mewajibkan menjemur peralatan tidur minimal 3 kali seminggu, lalu wajib lapor bagi yang terkena skabies, sehingga dapat diobati denngan cepat dan tidak menular lebih banyak ke santri yang lainya, Dengan ini mudah-mudahan penekanan angka kejadian skabies dapat terlaksana dengan maksimal.
2.Untuk peniliti selanjutnya di harapkan agar dapat memperluas variabel-variabel lainya, misalnya prilaku. Atau dapat menhubungkan antara kelas, umur, jenis kelamin, lingkungan, pergaulan, status ekonomi, dengan terjadinya skabies.
(51)
DAFTAR PUSTAKA
Isa M, Soedjadi K, dan Hari B. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Skabies (studi Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan). Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2 (1): 11-18. Surabaya: FKM Universitas Air Langga.
Handri, I. 2008. Skabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren. Available from: http://www.drhandri.com/?=380. [03 April 2010].
Hidayat, 2009. Konsep Personal Hygiene. Available from : http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/20/23/. [Accesed 04 April 2010]. Kangwahiid, 2008. Defisit Perawatan Diri. Available from:
http://kangwahiid.wordpress.com/. [Accesed 07 April 2010].
Deny W. L, 2008. Defenisi Higiene, Sanitasi, dan Higiene Pangan. Available from: http://higienepangan.blogspot.com/2008/10/definisi higiene-sanitasi-dan-higiene.html. [Accesed 04 April 2010].
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
(52)
Medical Information for Patients,2004. Treatment Scabies. Available from: http://www.medinfo.co.uk/condition/scabies.html. [Accesed 05 April 2010]. .
Carpenito, Lynda J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Admin, 2009. Skabies. Available from:http://medlinux.blogspot.com/ 2009/02/skabies.html. [Accesed 04 April 2010].
American Academy of Dermatology, (2005). Scabies. Available from: http://www.aad.org/public/publications/pamphlets/common_scabies.html. [Accesed 05 April].
R,P,Handoko, 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Adhi Djuanda Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Graham-Brown, Burns, 2005. Lecture Note on Dermatology. 2005. Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Sastroasmoro, Sudigdo, dan Ismael, Sofyan, 2008. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi Ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Adryl, A.H., 2007. Anamnese Mengenai Kelainan Kulit. Dalam: Alya,A,F. 2007.
Buku Rancangan Pengajaran Blok Dermatology dan Musculoskeletal system. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Medan: 89-90
(53)
Correlation
Sig. (2-tailed) .545 .000 .000 .242 .242 .004 .040 .004 1.000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertanyaan2 Pearson Correlation
-.218 1 -.218 -.218 -.089 -.089 .089 .524 .089 .802** -.072
Sig. (2-tailed) .545 .545 .545 .807 .807 .807 .120 .807 .005 .844
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertanyaan3 Pearson Correlation
1.000** -.218 1 1.000** .408 -.408 .816** -.655* .816** .000 .939**
Sig. (2-tailed) .000 .545 .000 .242 .242 .004 .040 .004 1.000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertanyaan4 Pearson Correlation
1.000** -.218 1.000** 1 .408 -.408 .816** -.655* .816** .000 .939**
Sig. (2-tailed) .000 .545 .000 .242 .242 .004 .040 .004 1.000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertanyaan5 Pearson Correlation
.408 -.089 .408 .408 1 -.250 .250 -.535 .250 .167 .374
Sig. (2-tailed) .242 .807 .242 .242 .486 .486 .111 .486 .645 .288
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertanyaan6 Pearson Correlation
-.408 -.089 -.408 -.408 -.250 1 -.167 .356 -.167 -.250 -.249
Sig. (2-tailed) .242 .807 .242 .242 .486 .645 .312 .645 .486 .488
(54)
pertanyaan8 Pearson Correlation
-.655 .524 -.655 -.655 -.535 .356 -.356 1 -.356 .356 -.481
Sig. (2-tailed) .040 .120 .040 .040 .111 .312 .312 .312 .312 .159
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertanyaan9 Pearson Correlation
.816** .089 .816** .816** .250 -.167 1.000** -.356 1 .250 .920**
Sig. (2-tailed) .004 .807 .004 .004 .486 .645 .000 .312 .486 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertanyaan10 Pearson Correlation
.000 .802** .000 .000 .167 -.250 .250 .356 .250 1 .134
Sig. (2-tailed) 1.000 .005 1.000 1.000 .645 .486 .486 .312 .486 .712
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
ptotal Pearson
Correlation
.939** -.072 .939** .939** .374 -.249 .920** -.481 .920** .134 1
Sig. (2-tailed) .000 .844 .000 .000 .288 .488 .000 .159 .000 .712
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(55)
pertany aan12
Pearson Correlation .000 1 .816 .816 -.200 .816 .200 1.000 .000 -.218 .939
Sig. (2-tailed) 1.000 .004 .004 .580 .004 .580 .000 1.000 .545 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan13
Pearson Correlation .167 .816** 1 .667* -.408 .667* .408 .816** .250 .089 .805**
Sig. (2-tailed) .645 .004 .035 .242 .035 .242 .004 .486 .807 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan14
Pearson Correlation -.167 .816** .667* 1 .000 1.000** .000 .816** -.250 -.535 .920**
Sig. (2-tailed) .645 .004 .035 1.000 .000 1.000 .004 .486 .111 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan15
Pearson Correlation -.408 -.200 -.408 .000 1 .000 -1.000** -.200 -.408 -.655* -.141
Sig. (2-tailed) .242 .580 .242 1.000 1.000 .000 .580 .242 .040 .698
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan16
Pearson Correlation -.167 .816** .667* 1.000** .000 1 .000 .816** -.250 -.535 .920**
Sig. (2-tailed) .645 .004 .035 .000 1.000 1.000 .004 .486 .111 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan17
Pearson Correlation .408 .200 .408 .000 -1.000** .000 1 .200 .408 .655* .141
Sig. (2-tailed) .242 .580 .242 1.000 .000 1.000 .580 .242 .040 .698
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan18
Pearson Correlation .000 1.000** .816** .816** -.200 .816** .200 1 .000 -.218 .939**
Sig. (2-tailed) 1.000 .000 .004 .004 .580 .004 .580 1.000 .545 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan19
Pearson Correlation .250 .000 .250 -.250 -.408 -.250 .408 .000 1 .356 .010
Sig. (2-tailed) .486 1.000 .486 .486 .242 .486 .242 1.000 .312 .979
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pertany aan20
Pearson Correlation .535 -.218 .089 -.535 -.655* -.535 .655* -.218 .356 1 -.338
Sig. (2-tailed) .111 .545 .807 .111 .040 .111 .040 .545 .312 .340
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
ptotal Pearson Correlation -.010 .939** .805** .920** -.141 .920** .141 .939** .010 -.338 1
(56)
(57)
Nama : Hajrin Pajri Asra Tempat/Tgl. Lahir : Kutacane, 04 juli 1989
Agama : Islam
Alamat : Komplek Taman Setia Budi Indah Blok GG No 51 Medan
Jumlah Bersaudara : 4 orang Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Muhammaddiya kutacane 1995-2001
2. SLTP Negeri 1 Kutacane 2001-2004
3. SMA Negeri 1 Kutacane 2004-2007
Riwayat Pelatihan :
1. Latihan Kader 1 HMI Cabang Medan tahun 2008
Riwayat Organisasi :
1. ketua PASKIBRA SMA Negeri 1 kutacane Periode tahun 2005-2006 2. Ketua OSIS SMA Negeri 1 Kutacane Periode tahun 2005-2006
3. Wakil Bendahara Umum bidang Pembinaan Anggota (PA) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FK USU periode 2007-2008
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTK/P) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FK USU Medan Priode 2009-2010.
5. Ketua Umum Ikatan Pelajar Mahasiswa Aceh Tenggara (IPMAT) Periode 2008-2010.
(58)
Terhadap Kejadian Penyakit Skabies (kudis, the itch, gudik, budukan, gatal agogo) di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
Identitas Responden
1. Nomor Urut :
2. Nama :
3. Kelas :
Pengetahuan
Pilihlah jawaban yang menurut anda benar
1. Pernahkah kamu mendengar tentang Higiene/kebersihan Pribadi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Apa yang dimaksud dengan higiene/kebersihan pribadi secara umum?
a. Ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan.
b. Ilmu yang mempelajari tentang mencuci suatu benda pribadi sampai bersih dan kumanya hilang.
3. Apa saja faktor-faktor yang memepengaruhi tentang higiene/kebersihan pribadi berdasarkan status sosial ekonomi?
(59)
4. Penyakit apa saja yang dapat di temukan pada higiene/kebersihan pribadi yang kurang?
a. Penyakit kulit seperti panu dan skabies(Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo).
b. Sakit perut, gatal-gatal, dan demam.
5. Mengapa kita harus menggosok baju sebelum memakainya?
a. Agar pakaian rapi, wangi, keliahatan baru, dan licin.
b. Agar pakai rapi, kuman mati, dan wangi.
Tindakan
Pilihlah jawaban dengan jujur
1. Berapa kali minimal kita harus mandi dalam 1 hari?
a. 1 kali
b. 2 kali
2. Apakah kamu menggosok baju sebelum dipakai?
a. Ya
b. Tidak
3. Pernahkah kamu menjemur atau membersihkan tempat tidur?
a. Pernah
(60)
Assalammualaikum Wr.Wb
Saya Hajrin Pajri Asra, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan dan Tindakan Siswa tentang Higiene Pribadi terhadap Kejadian Penyakit Skabies (Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo) di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan”. Saya mengikutsertakan Adik-adik siswa Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan tindakan siswa tentang higiene pribadi terhadap kejadian penyakit skabies di pondok pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Saya mengharapkan jawaban yang sebenar-benarnya dan kerja sama dari adik Siswa pesantren. Informasi yang Adik-adik siswa berikan akan digunakan untuk mengembangkan perilaku dan tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.
Partisipasi adik Siswa dalam penelitian ini bersifat sukarela, Adik-adik bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Kerahasiaan data Siswa akan dijamin sepenuhnya.
Jika selama menjalankan penelitian ini ada masalah yang timbul silahkan menghubungi saya Hajrin Pajri Asra ( HP: 085276679525).
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Adik-adik sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Medan, .... Oktober 2010
Peneliti,
(61)
Nama :
Umur :
Kelas :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta saya memahami sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian : “Pengaruh Pengetahuan dan Tindakan Siswa tentang Higiene Pribadi terhadap Kejadian Penyakit Skabies di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan ”.
Nama Peneliti : HAJRIN PAJRI ASRA
Jenis Penelitian : Analitik dengan desain Cross-Sectional
Jangka Waktu Penelitian : Oktober 2010
Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran USU
Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebagai subjek penelitian
Medan, Oktober 2010
(_____________________ )
(62)
Valid <12 tahun 1 1.2 1.2 1.2
12-14tahun 80 95.2 95.2 96.4
>14tahun 3 3.6 3.6 100.0
Total 84 100.0 100.0
hasil anamnese(wawancara)/diagnosa
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ya 63 75.0 75.0 75.0
tidak 21 25.0 25.0 100.0
Total 84 100.0 100.0
Hasil Uji Variabel Pengetahuan
pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 84 100.0 100.0 100.0
pertanyaan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 10 11.9 11.9 11.9
1 74 88.1 88.1 100.0
Total 84 100.0 100.0
pertanyaan 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 11 13.1 13.1 13.1
1 73 86.9 86.9 100.0
(63)
Total 84 100.0 100.0
pertanyaan 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 25 29.8 29.8 29.8
1 59 70.2 70.2 100.0
Total 84 100.0 100.0
hasil anamnese(wawancara)/diagnosa * kategori pengetahuan Crosstabulation kategori pengetahuan
Total baik sedang
hasil
anamnese(wawancara)/dia gnosa
ya Count 35 28 63
% within kategori pengetahuan
76.1% 73.7% 75.0%
tidak Count 11 10 21
% within kategori pengetahuan
23.9% 26.3% 25.0%
Total Count 46 38 84
% within kategori pengetahuan
(64)
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .064 1 .800
Fisher's Exact Test .806 .498
N of Valid Cases 84
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Hasil Uji Variabel Tindakan
pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 4 4.8 4.8 4.8
1 80 95.2 95.2 100.0
Total 84 100.0 100.0
pertanyaan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 14 16.7 16.7 16.7
1 70 83.3 83.3 100.0
Total 84 100.0 100.0
pertanyaan 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 4 4.8 4.8 4.8
1 80 95.2 95.2 100.0
(1)
Lampiran 5
DATA INDUK PENGETAHUAN
Nama Umur Kelas P1 P2 P3 P4 P5 P6 Ptotal Kategori Jawaban Hasil Anamnese Kategori Umur
ZM II 13 1 1 1 1 1 1 6 baik tidak 12-14tahun
MH III 14 1 1 0 1 0 1 4 sedang ya 12-14tahun
FH II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
AA II 14 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya 12-14tahun
KHAS III 14 1 0 0 1 0 1 3 sedang ya 12-14tahun
MJR III 14 1 1 0 1 0 0 3 sedang ya 12-14tahun
TFPH II 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
FH II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
QM I 12 1 0 1 1 1 1 5 baik tidak 12-14tahun
MAW III 13 1 0 0 1 0 1 3 sedang ya 12-14tahun
MFH II 12 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MRC II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MTS II 13 1 1 1 1 0 0 4 sedang tidak 12-14tahun
FSA III 13 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya 12-14tahun
IZP I 13 1 1 0 1 1 1 5 baik ya 12-14tahun
MR II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
FI I 12 1 1 1 1 1 1 6 baik tidak 12-14tahun
NA II 13 1 0 1 0 0 1 3 sedang tidak 12-14tahun
AS I 12 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
AM II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik tidak 12-14tahun
AQ III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
RFN III 14 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya 12-14tahun
MAR III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MAA III 14 1 0 1 1 0 1 4 sedang ya 12-14tahun
(2)
FSSS III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MAAH III 14 1 1 1 0 0 1 4 sedang ya 12-14tahun
AS III 15 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya >14tahun
AA III 15 1 1 1 1 1 0 5 baik ya >14tahun
HP III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MDP III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
JT I 12 1 1 1 1 1 0 5 baik ya 12-14tahun
MTE III 14 1 0 1 1 0 0 3 sedang ya 12-14tahun
MF I 12 1 1 1 1 1 1 6 baik tidak 12-14tahun
CDK II 13 1 1 0 1 0 1 4 sedang ya 12-14tahun
AAH I 12 1 1 1 1 0 1 5 baik tidak 12-14tahun
ME II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
ANB III 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MA I 12 1 1 0 1 1 0 4 sedang tidak 12-14tahun
MAR II 13 1 1 1 1 1 0 5 baik tidak 12-14tahun
AGN III 14 1 0 0 1 0 1 3 sedang ya 12-14tahun
MUIH I 12 1 1 1 1 0 0 4 sedang tidak 12-14tahun
RZC III 14 1 0 1 1 0 0 3 sedang ya 12-14tahun
MRA III 13 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya 12-14tahun
AZ II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MRQR II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
IF II 13 1 0 1 1 0 0 3 sedang ya 12-14tahun
AZ I 12 1 1 1 1 1 1 6 baik ya 12-14tahun
RIB I 12 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
ASH II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MFA I 12 1 1 1 1 1 0 5 baik ya 12-14tahun
AJB III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
LM III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MAS III 14 1 0 1 1 0 0 3 sedang ya 12-14tahun
AG I 12 1 1 1 1 0 1 5 baik tidak 12-14tahun
VAA I 12 1 1 1 1 0 0 4 sedang tidak 12-14tahun
(3)
APP II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MAR II 12 1 1 0 1 0 1 4 sedang ya 12-14tahun
MF II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MAH II 13 1 1 1 0 0 1 4 sedang ya 12-14tahun
MRS III 14 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya 12-14tahun
FAMD I 12 1 1 0 1 0 0 3 sedang tidak 12-14tahun
HA II 14 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya 12-14tahun
ANL III 15 1 1 1 1 0 1 5 baik ya >14tahun
RM I 12 1 1 1 1 0 1 5 baik tidak 12-14tahun
HFH I 12 1 1 1 1 1 1 6 baik tidak 12-14tahun
MK I 12 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
SH I 13 1 1 1 1 0 0 4 sedang ya 12-14tahun
HEH I 12 1 1 1 0 0 0 3 sedang tidak 12-14tahun
ME III 14 1 1 0 1 0 1 4 sedang ya 12-14tahun
NA III 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
AMA III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
WI III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
GR I 12 1 1 1 1 1 0 5 baik tidak 12-14tahun
HH II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
ISS II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
HA II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik tidak 12-14tahun
RH II 13 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
AMZ I 12 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
MWAD I 12 1 1 1 1 1 1 6 baik ya 12-14tahun
MF II 13 1 1 1 1 1 1 6 baik tidak 12-14tahun
AR III 14 1 1 1 1 0 1 5 baik ya 12-14tahun
(4)
DATA INDUK TINDAKAN
Nama Kelas Umur P1 P2 P3 Ptotal Kategori Jawaban Hasil Anamnese Kategori Umur
ZM II 13 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
MH III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
FH II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
AA II 14 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
KHAS III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MJR III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
TFPH II 14 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
FH II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
QM I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
MAW III 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MFH II 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MRC II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MTS II 13 1 0 1 2 sedang tidak 12-14tahun
FSA III 13 0 1 1 2 sedang ya 12-14tahun
IZP I 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MR II 13 0 1 1 2 sedang ya 12-14tahun
FI I 12 1 1 0 2 sedang tidak 12-14tahun
NA II 13 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
AS I 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
AM II 13 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
AQ III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
RFN III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MAR III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MAA III 14 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
(5)
FSSS III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MAAH III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
AS III 15 1 1 1 3 baik ya >14tahun
AA III 15 1 1 1 3 baik ya >14tahun
HP III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MDP III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
JT I 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MTE III 14 1 1 0 2 sedang ya 12-14tahun
MF I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
CDK II 13 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
AAH I 12 1 0 1 2 sedang tidak 12-14tahun
ME II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
ANB III 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MA I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
MAR II 13 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
AGN III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MUIH I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
RZC III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MRA III 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
AZ II 13 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
MRQR II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
IF II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
AZ I 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
RIB I 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
ASH II 13 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
MFA I 12 1 1 0 2 sedang ya 12-14tahun
AJB III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
LM III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MAS III 14 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
(6)
VAA I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
MFF I 13 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
APP II 13 0 0 1 1 kurang ya 12-14tahun
MAR II 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MF II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MAH II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MRS III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
FAMD I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
HA II 14 1 0 1 2 sedang ya 12-14tahun
ANL III 15 1 1 1 3 baik ya >14tahun
RM I 12 1 0 1 2 sedang tidak 12-14tahun
HFH I 12 0 1 1 2 sedang tidak 12-14tahun
MK I 12 1 1 0 2 sedang ya 12-14tahun
SH I 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
HEH I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
ME III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
NA III 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
AMA III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
WI III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
GR I 12 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
HH II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
ISS II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
HA II 13 1 0 1 2 sedang tidak 12-14tahun
RH II 13 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
AMZ I 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MWAD I 12 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun
MF II 13 1 1 1 3 baik tidak 12-14tahun
AR III 14 1 1 1 3 baik ya 12-14tahun