23 b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan
Modified Unqualified Oponion Pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak
berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tersebut dapat terjadi apabila:
1 Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain.
2 Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK.
3 Laporan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada
tanggal laporan audit. 4 Terdapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. 5 Di antara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang
material dalam penerapan prinsip akuntansi. 6 Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM
namun tidak disajikan.
c. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian Qualified Opinion
Pendapat yang diberikan ketika laporan dapat dikatakan wajar dalam
hal yang
material, tetapi
terdapat sesuatu
penyimpangankurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan.
24 Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila:
1 Bukti kurang cukup. 2 Adanya pembatasan ruang lingkup.
3 Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum SAK.
Menurut SA 508 paragraf 20 IAI, 2002: 508.11, jenis pendapat ini diberikan apabila:
1 Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan. 2 Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan
dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan. Penyimpangan
tersebut dapat
berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam
prinsip akuntansi. d. Pendapat Tidak Wajar Adverse Opinion
Pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum SAK. Hal
ini dapat terjadi apabila auditor harus memberi tambahan paragraf untuk menjelaskan ketidakwajaran atas laporan keuangan, disertai
dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut, pada laporan auditnya.
25 e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of Opinion
Pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi, sehingga auditor tidak dapat melaksanakan pemeriksaan
sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang pembatasan
ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor tidak memberikan pendapat.
PSA No. 30 dalam Petronela 2004 memberikan pedoman kepada auditor
tentang dampak
kemampuan satuan
usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini sebagai berikut: a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus
1 Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut. 2 Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan. b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak
kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya,
auditor mempertimbangkan untuk memberikan pertanyaan tidak memberikan
pendapat.
26 c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan berdasarkan pertimbangannya efektivitas rencana tersebut.
d. Jika auditor berkesimpulan rencana tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat disclaimer.
e. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan,
auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion
. f. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien
tidak mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat tidak wajar adverse
opinion Selain itu, sebelum auditor memberikan pendapat opininya, seorang
auditor harus melaksanakan tahap-tahap audit. Adapun tahap-tahapnya menurut Arens et.al 2008:132 yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan dan pencanangan pendekatan audit b. Pengujian pengendalian dan transaksi
c. Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo d. Penyelesaian dan penerbitan laporan audit
4. Penelitian Sebelumnya a. Risiko Audit
Hasil penelitian oleh Wondabio 2006 tentang evaluasi manajemen risiko kantor akuntan publik dalam keputusan
27 penerimaan klien berdasarkan pertimbangan risiko klien, risiko
audit, dan risiko bisnis KAP menyatakan bahwa manajemen dalam bidang risiko Kantor Akuntan Publik merupakan satu hal yang
sangat penting bagi profesi akuntan publik serta mempunyai dampak terhadap proses penerimaan klien, kekurangan dari
penelitian ini terdapat pada pengujian empiris yaitu tidak terdapat cukup bukti tentang variabel audit fee recovery mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan klien oleh Kantor Akuntan Publik.
b. Independensi Audit Penelitian Alim, Hapsari, dan Purnawati 2007 tentang pengaruh
kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi menyatakan bahwa terdapat
adanya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, kekurangan pada hasil penelitian
ini adalah tidak adanya pembedaan pada auditor sebagai responden yang ditentukan berdasarkan posisi mereka di KAP yunior, senior
dan supervisor.
Supriyono 1988 dalam Wati dan Subroto 2003 telah melakukan penelitian mengenai independensi auditor di
Indonesia. Penelitian
ini mempelajari
faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi auditor yaitu 1 ikatan keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, 2 persaingan antar
KAP, 3 pemberian jasa lain selain jasa audit, 4 lama penugasan audit, 5 besar kantor akuntan, dan 6 besarnya audit fee.
28 c. Opini Audit
Penelitian Christiawan
dan Sawarjuwono
2000 tentang
konsistensi penyajian laporan keuangan perusahaan publik analisis kritis atas opini auditor dan laporan auditan tahun 2000
menyatakan bahwa laporan keuangan yang tidak disajikan secara konsisten akan memberikan dampak pada laporan keuangan tidak
dapat diperbandingkan dan menyesatkan pemakai laporan. Kekurangan pada penelitian ini adalah belum dilakukannya
penelitian secara konfirmasi langsung dengan perusahaan atau akuntan publik perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut peneliti ingin memperbaharui hasil penelitian di atas dengan menggabungkan
variabel-varaibel yang ada menjadi satu tujuan peneliti yaitu tentang pengaruh risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit
yang peneliti tujukan khusus daerah DKI Jakarta. Pengembangan dari pokok pikiran yang bertujuan pada pencapaian hasil opini audit yang
maksimal dengan mencari hubungannya dengan risiko audit dan independensi audit, sehingga opini audit yang akan dibuat oleh auditor
bebas dari kesalahsajian yang material ataupun mengurangi kesalahpahaman pengguna laporan audit untuk menganalisis laporan
keuangan.
29
B. Kerangka Pemikiran