Ideologi dan Falsafah Pancasila

4. Ideologi dan Falsafah Pancasila

Pengertian Pancasila dapat ditelusuri dari bahasa Sansekerta India, bahasa Kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat jelata ialah Prakerta. Menurut M. Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu: Panca yang berarti “lima” dan Syila dengan huruf i pendek, yang berarti “batu-sendi”, “alasdasar”, atau Syiila dengan huruf i panjang yang dalam berarti “peraturan tingkah laku yang pentingbaiksenonoh”. Dari kata Syiila ini dalam bahasa Indonesia menjadi “susila” yang artinya “tingkah laku yang baik”. 80 Jadi, Pancasila secara etimologi dapat diartikan dengan “lima prinsip dasar, atau bisa juga diartikan dengan “lima aturan tingkah laku yang penting”. Pada awalnya, istilah Pancasila dipergunakan oleh masyarakat India yang memeluk agama Budha. Istilah ini digunakan untuk memberi nama rumusan lima dasar moral dalam agama Budha. Pancasila berarti “lima aturan” atau “five moral principles ” yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa awam agama Budha, yang dalam bahasa aslinya dikenal dengan sebutan Pali “Pancasila”, yang berisi larangan atau lima pantangan yang bunyinya; 1 dilarang membunuh, 2 dilarang mencuri, 3 dilarang berzina, 4 dilarang berdusta, 5 dilarang minum minuman keras. 81 80 Noor Ms. Bakry, Pancasila Yuridis Kenegaraan Yogjakarta: Liberty, 1994, h. 8-9 81 Noor Ms. Bakry, Pancasila Yuridis Kenegaraan, h. 9 Dalam sejarah Indonesia kuno, perkataan Pancasila telah dikenal sejak kerajaan Hindu Majapahit 1296-1478 M abad XIV, yaitu terdapat dalam buku Nagarakertagama karya Empu Pra-panca penulis dan penyair istana dan buku Sutasomo karya Empu Tantular. 82 Istilah Pancasila masuk dalam pembendaharaan kesusteraan Jawa-Kuno pada zaman Majapahit di bawah raja Haym Wuruk dan Patih Gajah Mada. Dalam buku Negarakertagama, istilah Pancasila dikenal dalam bentuk syair pujian ditulis oleh pujangga istana bernama Empu Pra-panca selesai pada tahun 1365, yakni di dalam Sarga 53 bait ke 2 yang berbunyi; “Yatnanggegwani Pancasyiila Kertasangskarabhisekakakrama ”, artinya: Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan Pancasila itu begitu pula upacara-upacara ibadat dan penobatan- penobatan. Sedangkan dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular, istilah Pancasila di samping mempunyai arti “lima batu karang atau lima prinsip moral”, juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima Pancasila Krama, yaitu: 1 tidak boleh melakukan kekerasan; 2 tidak boleh mencuri; 3 tidak boleh berjiwa dengki; 4 tidak boleh berbohong; 5 tidak boleh mabuk minuman keras. 83 Setelah Majapahit runtuh dan Islam tersebar ke seluruh Indonesia, pengaruh ajaran moral Budha yaitu Pancasila, masih dikenal dalam masyarakat Jawa sebagai 82 Darji Darmodiharjo, dkk., Santiaji Pancasila; Suatu Tinjauan Filosofis, Histories dan Yuridis-Konstitusional Surabaya: Usaha Nasional, 1991, h. 15 83 Darji Darmodiharjo, dkk., Santiaji Pancasila; Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis-Konstitusional , h. 15. Lihat juga Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan Jakarta: LP3S, 1996, h. 144 lima larangan pantangan, wewaler, pamali, dan isinya agak lain, yang disebut dengan singkatan “Ma-lima”, yaitu lima larangan, yang dimulai dari awal kata “Ma”, yaitu: 1 Mateni artinya membunuh, 2 Maling artinya mencuri, 3 Madon artinya berzina, 4 Madat artinya menghisap candu, 5 Main artinya berjudi. Lima larangan moral atau “Ma-lima” ini dalam masyarakat Jawa masih dikenal dan juga masih menjadi pedoman moral, tetapi namanya bukanlah Pancasila, tetapi dengan nama “Ma-lima”. 84 Selanjutnya, secara terminologi istilah Pancasila mulai diperkenalkan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Soekarno pada 1 Juni 1945 menyampaikan usulan lima dasar negara republik Indonesia, usulan konsep Soekarno ini diberinya nama atau diistilahkannya dengan Pancasila, dengan muatan makna baru yang berbeda dengan makna dalam pengertian Budha atau pada masa kerajaan Majapahit. Pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya tanggal 17 Agustus 1945, besoknya pada 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 yang sebelumnya masih merupakan rancangan hukum dasar serta dalam pembukaannya memberi nama Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila secara resmi atau secara formal masuk ke dalam bahasa Indonesia walaupun di dalam pembukaan UUD 1945 itu tidak disebutkan nama Pancasila. Pancasila dalam pembukaan ini sebagai dasar negara, karena itu istilah Pancasila artinya “lima dasar” yang dimaksud ialah satu dasar negara yang terdiri atas lima unsur yang menjadi satu kesatuan dasar falsafah negara republik 84 Noor Ms. Bakry, Pancasila Yuridis Kenegaraan, h. 10-11 Indonesia yang isinya sebagaimana tertera dalam alinia ke empat bagian akhir pembukaan UUD 1945, yaitu: 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, 2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, 3 Persatuan Indonesia, 4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam PermusyawaratanPerwakilan, 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. 85 Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya nama Pancasila bukanlah berakar dari budaya Indonesia asli, tetapi berasal dari budaya Sansekerta, yang kemudian diadopsi menjadi pembendaharaan bahasa Jawa-kuno dan bahasa Indonesia. Meskipun istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta, namun muatan makna dan nilai-nilainya sangat jauh berbeda dengan muatan makna Pancasila dalam UUD 1945, makna Pancasila dalam UUD 1945 sarat dengan muatan-mutan budaya masyarakat Indonesia sendiri, bukan berasal dari budaya India atau agama Budha. Soekarno mengambil konsep ini, dengan memberinya isi dan makna baru. Soekarno sendiri menyatakan menggali Pancasila dari bumi dan kepribadian mendalam bangsa Indonesia. Menurutnya Pancasila merupakan refleki konteplatif dari warisan sosio-historis Indonesia kemudian merumuskannya dalam lima prinsip. 86 Ketika menyampaikan usulan konsep dasar negara Indonesia, Soekarno memberinya nama dengan Panca Sila. Pancasila menurutnya, terdiri dari Panca yang berarti lima 85 Noor Ms. Bakry, Pancasila Yuridis Kenegaraan, h. 11-12 86 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, h. 144 dan Sila berarti azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah didirikan negara Indonesia, kekal dan abadi. 87 Menurut sejarawan Anhar Gonggong, secara historis dapat dikatakan bahwa Pancasila merupakan campuran berbagai ide. Namun, Soekarno merumuskan Pancasila berangkat dari sebuah pemahaman kondisi bahwa Indonesia merupakan negara majemuk. Majemuk dalam dua hal; pertama, segi geografis atau kondisi alam, kedua , majemuk dalam arti memiliki ragam latar budaya dan penduduk. Dalam kondisi seperti ini Soekarno sangat menyadari bahwa bangsa ini memerlukan sebuah alat pengikat yang menurut Soekarno tak lain adalah Pancasila. Konsep Pancasila oleh Soekarno yang disampaikan pada 1 Juni 1945, sebenarnya sintesa dari berbagai ideologi Barat, terutama Nasionalisme, Sosialisme, Internasionalisme dan hanya ditambah dengan ide ketuhanan yang berasal dari gerakan keagamaan. Menurut Dawam Rahardjo, ada dua hal yang menarik yang perlu dicatat. 88 Pertama, para perumus lima sila dalam Piagam Jakarta dan UUD 1945, mengganti istilah terknik dalam ideologi Barat, dengan istilah-istilah Indonesia, agar mengandung makna yang berakar kepada nilai-nilai agama tradisi. Misalnya, kemanusiaan yang adil dan beradab, musyawarah yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan atau keadilan sosial. Ini adalah gejala mencari identitas dalam proses menyerap ide-ide modernis. Kedua, gerakan Islam tidak mengajukan konsep 87 Soekarno, ”Pidato Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945”, dalam Wawan Tunggul Alam Ed., Bung Karno Menggali Pancasila Kumpulan Pidato, h. 29-30 88 Dawam Rahardjo, ”Agama, Masyarakat, dan Negara”, dalam Mukti Ali, dkk Ed. Agama dalam Pergumulan , h. 133 tandingan yang kemudian dikenal dengan konsep negara Islam, tetapi hanya ingin agar sila ketuhanan diberi keterangan ”dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, dan ketika permintaan ini ditolak, dan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, Hatta juga beralasan bahwa dihilangkannya anak kalimat itu adalah untuk mencegah masyarakat Kristen di Indonesia Timur memisahkan diri, 89 maka mereka menginginkan predikat ”Yang Maha Esa” di belakang ketuhanan dan agar sila ini ditempatkan pada sila pertama, sebagai nilai paling dasar dan mendasari sila-sila lain. Permintaan untuk mencantumkan Piagam Jakarta tujuh kata-kata itu mempunyai latar belakang yang sederhana yaitu agar umat Islam bisa memperoleh kemerdekaan beragama dengan menjalankan syariat Islam. Dengan kesempatan untuk menjalankan syariat Islam itu, maka para pemimpin gerakan Islam berpikir bahwa umat Islam bisa memelihara dan mengembangkan identitas mereka dalam negara Indonesia. 90 Kelahiran dan perumusan Pancasila mempunyai akar sejarah yang panjang, dan merupakan refleksi dan puncak konstruksi serta solusi terhadap perbedaan budaya, agama dan ideologi. Jadi, Pancasila adalah puncak prestasi kolektif pada cendekiawan Muslim dan non-Muslim dalam membangun identitas dan cita-cita negara Indonesia, yang merdeka. Bisa dikatakan Pancasila adalah miniatur dari perpaduan antara budaya, agama dan modernitas. 89 Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam di Indonesia Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008, h. 58 90 Dawam Rahardjo, ”Agama, Masyarakat, dan Negara”, dalam Mukti Ali, dkk Ed. Agama dalam Pergumulan, h. 136-137 Kini, pancasila sebagai ideologi dan dasar negara indonesia, dapat diterima oleh sebagian besar intelektual Muslim Indonesia, mereka berkeyakinan bahwa pancasila merupakan ideologi terbuka dan tidak bertentangan dengan islam, bahkan pancasila sejalan dengan piagam madinah yang meletakkan dasar-dasar legal dan histories toleransi islam terhadap umat non-Muslim. 91 Menurut Nurchalish Madjid, bahwa kaum muslim Indonesia bisa menerima pancasila dengan dua pertimbangan. Pertama, nilai-nilainya dibenarkan oleh ajaran agama islam. Dalam artian bahwa, nilai-nilai yang tertuang dalam pancasila itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Kedua, fungsinya sebagai nuktah-nuktah kesepakatan antara berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan politik bersama. Nurchalish menganggap bahwa pancasila adalah laksana sebuah dokumen yang di dalamnya bertuliskan perjanjian kesepakatan antara berbagai pihak atau pun golongan untuk membentuk politik Negara yang dibangun dengan landasan kebersamaan. Pancasila dilaksanankan sebuah perjanjian luhur yang telah digariskan sebagai wadah yang membentuk perjalanan dalam mendirikan bangsa dan berlandaskan ideologi. Nurchalish menerima pancasila sebagai landasan ideologi Negara adalah karena melihat sejarah masa silam, sebagaimana “konstitusi madinah” yang diajukan rasulullah ketika memimpin negeri Madinah dulu. Sekalipun itu tidak bisa disamakan, dengan kedudukan serta fungsi pancasila yang diterapkan di Indonesia. Kenapa Piagam Madinah dapat diterima oleh mereka yang non-muslim di bawah 91 Azyumardi azra, fenomena hidayat nurwahid dan politik islam, media Indonesia, 11 oktober 2004 pimpinan seorang rasul islam di kota yastrib semasa dulu? Apakah dikarenakan seorang pemimpin waktu itu dari golongan islam? Jawabannya adalah isi dari piagam madinah itu sangat menarik, bahkan dari sudut tinjauan modern pun sangat mengagumkan. Pandangan Syafii Maarif tetang hubungan Islam dan Pancasila ini layak untuk dipertimbangkan. Bertolak dari historis umat Islam dan bangsa Indonesia, khususnya dalam usaha merumuskan dasar Negara menjelang kemerdekaan sampai perdebatan di Majelis Konstituante, Syafii Maarif berkesimpulan bahwa dalam soal penafsiran terhadap Pancasila umat Islam Indonesia dan golongan lain perlu belajar dari Bung Hatta. Dengan terus terang Syafii Maarif memuji pandangan negarawan yang pernah menjadi Wakil Presiden RI tentang Pancasila. Menurut Syafii Maarif, di banding dengan tafsiran-tafsiran dari tokoh-tokoh Islam maupun golongan non-Islam lainnya, Pancasila versi Hatta lebih masuk akal dan dibenarkan oleh sejarah. Dalam analisisnya tentang Pancasila, Hatta berpendapat bahwa sila ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pembimbing bagi cita-cita kenegaraan di Indonesia. Prinsip spiritual dan etik ini memberikan bimbingan kepada semua yang baik bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seiring dengan prinsip dasar ini, sila kedua, “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, adalah kelanjutan dari sila pertama dalam peraktek. Demikian pula dengan sila ketiga dan keempat. Sedangkan sila kelima, “Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, menjadi tujuan terakhir Pancasila. Dengan berpegang teguh dengan filsafat ini, pemerintah Negara Indonesia tidak boleh menyimpang dari jalan lurus bagi keselamatan masyarakat, ketertiban dunia, serta persaudaraan antar bangsa. Dengan menempatkan sila Ketuhan Yang Maha Esa sebagai sila pertama, Negara memperoleh landasan moral yang kukuh. Demikian inti pokok pandangan Hatta tentang Pancasila, yang didukung dan dibenarkan sepenuhnya oleh Syafii Maarif. 92 Kritik Hatta terhadap golongan islam itu juga di setujui oleh Syafii Maarif dalam Majelis Konstituante yang terus mendesak dasar negara Islam bagi Indonesia. Bahkan Syafii Maarif merasa bersyukur karena usaha tokoh-tokoh Islam yang hendak menjadikan Islam sebagai dasar Negara Indonesia gagal terwujud. 93 Dari pengalaman Historis itu Syafii Maarif menegaskan pendiriannya bahwa usaha-usaha untuk mengubah Indonesia menjadi suatu Negara Islam, sekalipun sah menurut Undang-Undang Dasar pada tahun 1950-an, merupakan “Usaha Prematur dan tidak realistik karena sebuah fondasi intelektual keagamaan yang kukuh bagi bangunan serupa itu belum lagi diciptakan”. Erat kaitannya dengan masalah ini adalah kenyataan bahwa mayoritas rakyat Indonesia belum memahami betul arti Islam bagi manusia, baik bagi individual maupun kolektif. 94 Dalam hubungan Islam dan pancasila Amien Rais tidak berbicara dalam perspektif normatif dan filosofis, tapi lebih melihat pada pelaksanaan Pancasila dalam praktek. Iasangant mengecam keras usaha pihak-pihak tertentu yang mempertentangkan Islam dan Pancasila. Pancasila menurut Amien Rais sama sekali 92 M. Syafii Anwar, Pemikiran Dan Aksi Islam Indonesia, h. 200 93 M. Syafii Anwar, Pemikiran Dan Aksi Islam Indonesia, h. 201 94 M. Syafii Anwar, Pemikiran Dan Aksi Islam Indonesia, h. 202 tidak bertentangan dengan Islam, walaupun peringkatnya berbeda. Islam adalah agama wahyu, sementara pancasila adalah ideologi buatan manusia. Dalam konteks ini, ia mengingatkan, umat Islam telah mengaktualisasikan pancasila dalam kehidupan kesehariannya, kalau tidak hendak dikatakan bahwa Pancasila itu sendiri adalah hadiah terbesar umat Islam bagi bangsa Indonesia. Pandangan Amien Rais di sekitar penerimaan Muhammadiyah terhadap penetapan Pancasila sebagai satu- satunya asas. Menurutnya, penerimaan Pancasila sebagai asas organisasi Muhammadiyah dalam Muktamar di Solo tahun 1985, didasarkan pada pertimbangan rasional, yang berbeda dengan NU. 95 Penerimaan NU terhadap Pancasila bukan semata-mata karena situasi, penerimaan itu benar-benar dipikirkan dari sudut pertimbangan keagamaan dan pemahaman NU terhadap sejarah. Dalam pemahaman keagamaan NU terhadap suatu nilai di dalam masyarakat, sepanjang nilai tersebut tidak bertentangan dengan Islam. Maka, nilai tersebut mempunyai potensi untuk diarahkan atau dikembngkan agar selaras dengan tujuan-tujuan Islam. Dalam pandangan NU, Islam itu bersifat menyempurnakan sehingga bila ada sesuatu yang baik di dalam masyarakat dan tidak bertentangan dengan Islam maka ia termasuk kategori Islami. Apalagi sila pertama dari Pancasila, yang menjiwai sila-sila lainnya dipandang mengandung nilai-nilai kehidupan. Dari pihak lain, Pancasila yang digali dan dipilih merupakan kristalisasi 95 M. Syafii Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, h. 203 dari nilai luhur kebudayaan Indonesia. Termasuk kebudyaan Islam yang dianut dan dipeluk oleh sebagian besar bangsa Indonesia. 96 96 Kacung Marjian, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926, Jakarta: Erlangga, 1992, h.

BAB IV PEMIKIRAN POLITIK AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG IDEOLOGI