C. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Saat hal yang patut kita terima ialah kesepakatan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka. Pengertian secara umum Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
ideologi yang terbuka kepada perubahan-perubahan yang datang dari luar, tetapi memiliki kebebasan dan integritas untuk menentukan manakah nilai-nilai dari luar
yang mempengaruhi dan mengubah nilai-nilai dasar yang selama ini sudah ada dan manakah yang tidak boleh berubah.
121
Terlepas dari pernyataan perumusan dan pengkalimatan formalnya sebagaimana terpateri dalam Mukaddimah UUD 1945,
masing-masing nilai yang lima itu menciptakan suatu sosial-politk yang potensi sangat dan selaras antara semua anggota masyarakat, mengikuti commonsense
masing-masing pribadi. Pandangan sosial-politik yang dihasilkan itu semua absah belaka, sepanjang sejarah tidak menghalangi jiwa dan semangat dan titik temu
kebaikan bersamaan antara semua golongan, tanpa diskriminasi atau pembedaan satu dari yang lain secara tidak benar.
Sebagai ideologi terbuka, maka Setiap orang dapat memberikan kontribusi tentang arti sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Sebagai sumber legitimasi politik
dan mengandung cita-cita nasional yang tinggi, Pancasila tidak mungkin di buatkan penjabarannya sekali untuk selamanya. Pelaksanaan nilai-nilai itu akan menyatu
dengan proses, dan proses yang progresif terus menerus membuat kemajuan hanya akan terjadi jika dijiwai dengan semangat keterbukaan sebagai ideologi yang juga
121
Omcivics. “Panvasila Sebagai Ideologi Terbuka”. Artikel ini diakses pada 12 November 2009 dari http:www.Slideshare.netomcivicspancasila -sebagai-ideologi-terbuka.
mengandung nilai-nilai universal, Pancasila tidak mungkin diwujudnyatakan dengan semangat napistis dan atapistis. Ini berarti Pancasila harus dipersepsikan sebagai
ideologi yang terbuka, kesanalah muara konpergensi nasional dan nilai Indonesia.
122
Pemahaman yang bisa ditarik dari penjelasan tersebut adalah bahwa Pancasila mempunyai muatan makna yang bersifat terbuka, universal, dan visioner, dengan kata
lain Pancasila mengandung nilai-nilai yang bisa diterjemahkan dan diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
bangsa Indonesia, kapan pun dan dimana pun. Penafsiran ini tentunya harus disesuaikan dengan budaya dan agama masyarakat setempat, sehingga antara nilai-
nilai Pancasila dengan agama yang dianut masyarakat tidak bertentangan. Tidak diragukan lagi bahwa Pancasila diterima sebagai dasar negara, karena
dianggap secara prinsipil dan konsepsional, nilai-nilainya tidak bertentangan dengan Islam, bahkan mempunyai spirit yang sama. Perbedaan dan pertentangan terjadi antar
Islam dan Pancasila tidak dalam konteks nilai-nilainya, tetapi tafsiran yang diberikan terhadap Pancasila melampaui batas-batas dari spirit muatan nilai-nilai Pancasila itu
sendiri, sehingga terjadi pertentangan antara Islam dan Pancasila. Syafii Maarif pun berpendapat bahwa Pancasila sebagai dasar negara harus
bersifat terbuka. Dengan kata lain, bila Pancasila ingin tetap bermakna bagi masyarakat Indonesia, ia harus membuka diri untuk menerima sinar dari agama-
agama yang berorientasi pada nilai-nilai transedental yang lebih tinggi. Dalam
122
Nurchalish Madjid, Islam, Kemoderenan, dan Keindonesiaan Bandung: Mizan, 1987, h. 42
konteks masyarakat indonesia yang mayoritas pemeluknya beragama Islam. Syafii Maarif mengharapkan agar Islam dijadikan sumber moral bagi umat Islam, ini juga
berarti bahwa penganut agama berhak penuh menyinari Pancasila dengan ajaran agamanya masing-masing.
123
D. Relevansi Pemikiran Ahmad Syafii Maarif dalam Konteks Indonesia Dewasa Ini