Pada stroke haemorragic pembulih darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Hampir 70
kasus stroke ini terjadi pada penderita hipertensi. C.
Patofisiologi Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400 mcmeter
mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-
cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus talamo perforate arteries dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilaris mengalami perubahan-perubahan
degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan
sore hari. Berikut ini Asuhan keperawatan pada masalah gangguan mobilitas yaitu:
1. Pengkajian
Pengakajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah sebagai berikut Aziz Alimul, 2009
1. Keperawatan Sekerang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasasn klien yang menyebabkan terjadigangguan dalam mobilisasi, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan ,
tingkat mobilisasi dan gangguan mobilisasi, daerah terganggunya mobilisasi dan lama terjadinya gangguan mobilisasi.
2. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis kecelakaan
cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, miastenia gravis, guilain barre, cedera medula spinalis, dan lai-lain, riwayat penyakit sistem
kardiovaskular infark miokard, gagal jantung kognestif, riwayat penyakit sistem muskuloskeletal osteoporosis, fraktur, arthritis, riwayat penyakit sistem pernafasan
penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.
4. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian mobilisasi dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemapuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Tingkat AktivitasMobilisasi
Tingkat AktivitasMobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
penuh. Tingkat 1
Memerlukan penggunaan alat. Tingkat 2
Memerlukan bantuan
atau pengawasan orang lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain dan peralatan. Tingkat 4
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi
dalam perawatan.
5. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak range of motion-ROM dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan pnggul dan kaki.
6. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem pernafasan, antara lain : suara nafas, analisa gas darah, gerakan dindiing thorak,
adanya mukus, batuk yang produktif di ikuti panas, nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskuler, seperti nadi dan
tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
7. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam menguji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Tabel 2.2 Derajat Kekuatan Otot Skala
Persentase Kekuatan Normal
Karakteristik
Paralisis Sempurna 1
10 Tidak ada gerakan , kotraksi
otot dapat di palpasi atau dilihat
2 25
Gerakan yang
normal melawan gravitasi dengan
topangan 3
50 Gerakan
yang normal
melawan gerakan gravitasi 4
75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi
dan melawan tahanan minimal
5 100
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh.
8. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilisasi antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping dan
lain-lain. Selain itu pengkajian keperawatan harus berfokus pada area fisiologis. Berikut sistem yang
harus dikaji pada gangguan mobilisasi yaitu : 1.
Sistem Metabolik Ketika mengkaji sistem metabolik, perawat menggunakan pengukuran antropometrik
untuk mengevaluasi atrifi otot, menggunakan pencatatan asupan dan haluaran serta laboraturium untuk mengevaluasi status cairan, elektrolit, maupun kadar serum
protein, mengkaji penyembuhan luka dan mengevaluasi perubahan transport nutrien, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi untuk menentukan fungsi
gastrointestinal. Pengukuran asupan dan haluaran membantu perawat untuk menentukan apakah
terjadi ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi dan edema dapat meningkatkan laju kerusakan pada klien gangguan mobilisasi.
Apabila klien gangguan mobilisasi mempunyai luka, maka kecepatan penyembugan menunjukkan indikasi nutrient yang di bawa kejaringan. Kemajuan penyembuhan
yang normal mengindikasikan kebutuhan metabolik jaringan luka terpenuhi Potter Perry, 2006.
2. Sistem Respiratori
Pengkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal setiap 2 jam pada klien yang mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat meninspeksi pergerakkan dinding dada
selam siklus inspirasi-ekspirasi penuh. Jika klien mempunyai area aletektasis, gerakan dadanya menjadi asimetris. Selain itu perawat mengauskultasi seluruh area paru-paru
untuk mengidentifikasi ganguan suara nafas, crackles, atau mengi. Pengkajian sistem respiratori lengkap mengidentifikasi adanya sekresi dan menentukan tindakan
keperawatan yang di butuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori Potter Perry, 2006.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien gangguan mobilisasi termasuk memantau tekanan darah. Tekanan darah harus diukur terutama jika berubah dari
berbaring ke duduk atau berdiri akibat resiko terjadi hipotensi ortostatik. Dengan cara ini, kemampuan mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji Potter Perry, 2006.
4. Sistem Muskuloskeletal
Kelainan muskuloskeletal utama dapat diidentifikasi selama pengkajian keperawatan meliputi penurunan tonus otot , kehilangan masa otot dan kontraktur Potter Perry,
2006.
5. Sistem Integumen
Perawat harus terus menguji kulit klien terhadap tanda-tanda kerusakan. Kulit harus di observasi ketika klien bergerak dan di perhatikan higenisnya Potter Perry,2006.
6. Sistem Eliminasi
Status eliminasi klien harus dievaluasi. Total asupan dan haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Tidak kuat asupan, haluaran cairan dan elektrolit meningkatkan risiko
gangguan sistem ginjal, bergeser dari infeksi berulang menjadi gagal ginjal. Dehidrasi juga meningkatkan resiko kerusakan kulit, pembentukan trombus, infeksi pernafasan,
dan konstipasi. Komplikasi fisik dapat menurunkan keseluruhan tingkat mobilisasi Potter Perry, 2006.
2. Analisa data