BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang menderita atau mengalami suatu Penyakit Peredaran Darah Otak PPDO atau Stroke. Penyebab kecacatan utama pada
penyakit ini adalah pada golongan umur 45 tahun keatas . Penyakit ini ditandai dengan muncul nya tanda kehilangan rasa pada tubuh atau lemah pada bagian muka, bahu atau kaki,
terutama hanya terjadi pada sebagian tubuh. Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi mauoun sosial serta memerlukan penganan
yang komprehensif termasuk upaya pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa waktu pasien.
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern ini. Badan kesehatan dunia memprediksikan bahwa kematian stroke akan meningkat seiring
dengan kematian akibat dari penyakit jantung kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 dan akan menjadi 8 juta pada tahun 2030. Negara Amerika mencatat hampir setiap 45 detik terjadi
kasus stroke dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Yayasaan Stroke indonesia atau Yastroki menyebutkan, angka kejadian stroke menurut data dasar Rumah Sakit 63,52
penduduk usia diatas 65 tahun, sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa.
Di Indonesia
masih belum
terdapat epidemiologi
tentang insidensi
dan prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian yang minim pada
populasi masyarakat didapatkan angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5 Darmojo , 1990 dan angka insidensi penyakit stroke pada darah rural sekitar
50100.000 penduduk Suhana, 1994. Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga 1995 DepKes RI, menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab
kematian pertamadiIndonesia
Dari segi Neurologik , tindakan medis dan upaya pemilihan yang dilakukan berdasarkan pada usaha untuk mencegah kerusakan sel otak yang lebih luas , kemungkina terbentuknya
sirkuit- sirkuit lintasan penghubung yang baru dan fungsi yang lebih aktif dari sel – sel otak yang semula pasif. Dengan kata lain berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin kapasitas
sel-sel otak yang masih sehat.
Stroke terdiri dari beberapa macam stroke yaitu stroke hemoragik dan non hemoragik. Banyak masyarakatluas hanya memahami stroke hemoragik daripada stroke
non hemoragik.
Namun stroke hemoragik lebih berbahaya karena adanya perdarahan. USA menjelaskan bahwa kurang lebih 82 dari stroke adalah stroke non hemoragik. Stroke Hemoragik terjadi
umumnya pada penderita darah tinggi karena stroke hemoragik terjadi apabila terjadi nya perdarahan di otak pecah. Untuk mencegah terjadi nya komlikasi dan masalah lain maka
diperlukan adanya pelayanan kesehatan yang memadai kepada masyarakat dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standart keperawatan dan ikutkan peran serta keluarga klien
untuk memotivasi dan berikan dorongan kepada klien untuk semangat dalam melawan peyakit yang di derita nya.
Pada penderita stroke hemoragik klien sudah pasti mengalami gangguan pergerakan yaitu gangguan mobilisasi. Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang
dengan keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstermitas atau lebih.
Setelah mengalami gangguan mobilisasi biasanya pasien juga mengalami masalah kesehatan lainnya, seperti masalah defisit perawatan diri, karena pada umumnya pasien yang
mengalami gangguan mobilisasi akan susah atau tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri , misalnya : mandi, makan, kebersihan diri , dressing, dan toiletting. Jika hal-
hal tersebut tidak terpenuhi maka kemungkinan terjadi masalah kesehatan seperti kerusakan integritas kulit yang akan memicu timbulnya luka decubitus.
Penggunaan proses keperawatan memungkinkan perawat mengembangkan rencana keperawatan secara individual untuk klien yang mengalami gangguan mobilisasi dan juga
yang berisiko. Rencana keperawatan di buat untuk meningkatkan status fungsioal klien. Meningkatkan perawatan mandiri , mempertahankan kondisi, meningkatkan mobilisasi dan
mengurangi bahaya ganggauan mobilisasi. Dari latar belakang tersebut penulis mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan laporan
komprehensif dan mengambil judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Masalah Gangguan Moilitas di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas”.
B. Tujuan