Analisis Gigi Analisis Jaringan Lunak

2.1.4.3 Analisis Gigi

Salah satu faktor yang selalu dipertimbangkan dalam menetapkan estetika wajah pasien adalah inklinasi gigi insisivus. Inklinasi gigi insisivus sentral ditetapkan melalui pengukuran derajat kemiringanangulasi gigi pada sefalogram lateral melalui analisis sefalometri Gambar 7 dan 8. 21 Gambar 7. Perpotongan insisivus Maksila dengan garis NA. 7 Untuk posisi gigi insisivus maksila menurut analisis Steiner, garis NA dihubungkan sedemikian rupa dengan gigi insisivus rahang atas, lalu kecenderungan aksial gigi dihitung. Maka nilai ideal untuk titik mahkota insisivus paling anterior di depan garis NA adalah 4 mm dengan kecenderungan aksial gigi ideal adalah 22 ° . Universitas Sumatera Utara Untuk gigi insisivus bawah, nilai ideal untuk titik mahkota insisivus bawah anterior di depan garis NB adalah 4 mm dengan kecenderungan aksial gigi ideal adalah 25 ° . Daerah dagu juga di evaluasi, karena dagu berkontribusi dengan garis wajah. Idealnya jarak antara garis NB ke titik terluar dagu adalah 4 mm. 7 Gambar 8. Perpotongan sumbu insisivus mandibula dengan garis NB. 7 Perpotongan sumbu insisivus atas dan bawah membentuk sudut interinsisal, besar rata-rata untuk sudut interinsisal adalah 130 ° , Sudut yang lebih besar menggambarkan letak insisivus yang lebih tegak retrusif dan sudut yang lebih kecil berarti insisivus lebih maju protusif. 21 Sudut interinsisal berkaitan dengan kontak insisivus yang dihubungkan dengan kedalaman overbite . Inklinasi gigi insisivus atas yang retrusif menyebabkan sudut interinsisal menjadi lebih besar. Besarnya sudut interinsisal akan mempengaruhi kontak antara gigi insisivus atas dan bawah. 7,22 Universitas Sumatera Utara

2.1.4.4 Analisis Jaringan Lunak

Analisis jaringan lunak pada dasarnya adalah catatan grafis dari pengamatan visual yang dilakukan dalam pemeriksaan klinis pasien. Analisis jaringan lunak mencakup penilaian terhadap adaptasi jaringan lunak dan profil tulang dengan mempertimbangkan ukuran, bentuk, dan postur bibir seperti terlihat pada sefalometri lateral. 4 Steiner, Ricketts, Holdaway, dan Merrifield mengembangkan kriteria dan garis referensi untuk keseimbangan profil wajah. 5,13 Meskipun tidak ada konsep yang seragam tentang apa yang merupakan profil ideal, garis Steiner S-line adalah acuan untuk menentukan keseimbangan wajah pada jaringan lunak secara luas digunakan dalam bidang ortodonti sampai saat ini Gambar 9. Menurut Steiner, bibir atas dan bibir bawah harus menyentuh garis yang membentang dari kontur jaringan lunak dagu ke tengah batas bawah hidung. 13 Gambar 9. Garis S a Ideal b Protrusif c Retrusif. 7 Bibir pada pasien maloklusi skeletal Klas II biasanya terletak di luar garis ini dan cenderung menonjol dalam hal gigi dan rahang, rahang dan gigi ini biasanya membutuhkan perawatan ortodonti untuk mengurangi kecembungan tersebut. Jika Universitas Sumatera Utara posisi bibir di belakang garis ini, profil pasien umumnya ditafsirkan sebagai profil cekung. Koreksi ortodonti biasanya diperlukan untuk memajukan gigi dalam lengkung gigi sehinga menyentuh S-line . 23 Ricketts menggunakan garis estetika Esthetic line = E line yang merupakan garis yang ditarik dari pogonion bagian dagu terdepan ke ujung hidung. Dalam keadaan normal, bibir atas terletak 2-3 mm, dan bibir bawah 1-2 mm di belakang garis estetik Gambar 10. 22,24 Ricketts mengambil titik – titik di dagu dan hidung karena bagian ini merupakan faktor penting dalam perkembangan wajah. Garis ini digunakan untuk meneliti dengan cermat keserasian mulut dan keseimbangan bibir. Metode ini digunakan untuk menentukan protusi bibir. 22 Gambar 10. Analisis profil wajah oleh Ricketts Esthetic line. 13 Holdaway mempergunakan garis H untuk analisis keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak. Garis H ini diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit Pog’ ke Labrale superior Ls Gambar 11. Analisis profil jaringan lunak yang dilakukan Holdaway berbeda dengan Ricketts. Analisis Universitas Sumatera Utara Holdaway tidak mempergunakan puncak hidung sebagai titik penentuan analisisnya. Menurut Jacobson dan Vlachos, analisis Holdaway lebih berani, terperinci, jelas dan luas dalam pembahasannya tentang analisis profil jaringan lunak sehingga Bishara mempergunakan analisis Holdaway khusus untuk analisis profil jaringan lunak dalam tabel normanya. Holdaway melakukan 11 analisis pengukuran untuk memperoleh profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari: Jarak puncak hidung Pr, kedalaman sulkus labialis superior, kedalaman sulkus labialis inferior, jarak bibir bawah ke garis H, tebal bibir atas, kurvatura bibir atas, besar sudut fasial, tebal dagu, s train bibir atas, besar sudut H dan kecembungan skeletal. Pada analisis Holdaway, untuk menentukan kecembungan jaringan lunak wajah apakah cembung, cekung, atau lurus, Holdaway menggunakan besar sudut H untuk penentuannya. 4 Sudut H adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis H dengan garis N’-Pog’. Garis H diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit Pog’ ke Labrale superior Ls’. Idealnya besar sudut H yang harmonis dan seimbang adalah sekitar 7° sampai 15°. Ketika besar sudut H lebih kecil dari 7° maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih ke posterior atau letak titik Ls’ lebih ke anterior, begitu juga sebaliknya apabila besar sudut H lebih besar dari 15° maka bentuk profil wajah adalah cembung. 4 Universitas Sumatera Utara Gambar 10. Gambar 11. Analisa jaringan lunak wajah menurut Holdaway H angle. 4

2.2 Macam-Macam Perawatan Maloklusi

Dokumen yang terkait

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 2

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 4

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

1 7 19

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 3

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 1

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 12

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 1 18

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 1 2

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 5

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

1 3 19