Perubahan Penyajian Marsialop Ari

4.3 Perubahan Penyajian Marsialop Ari

Sebagai dasar perbandingan penulis terhadap lagu marsialop ari, maka penulis merekam salah seorang penyanyi Simalungun. Penulis membuat sample melihat perbandingan antara partitur yang telah ditulis oleh Taralamsyah Saragih yang belum dengan inggou dengan rekaman yang dinyanyikan dengan inggou. Dari beberapa etnik di Indonesia Simalungun adalah salah satu yang mempunyai 5 nada yang disebut pentatonik. Alunan nada yang berirama pentatonik menghasilkan alunan yang disebut inggou. Inggou adalah salah satu kata yang menunjukkan identitas seni budaya Simalungun. Inggou adalah cara bernyanyi dengan irama khas Simalungun. Lagu dengan lirik bahasa Simalungun belum tentu ber-inggou Simalungun. Namun inggou Simalungun bukan sekedar menunjukkan ciri khas atau keunikan lagu atau nada musik Simalungun dibandingkan suku atau bangsa lainnya. Inggou dalam lagu Simalungun adalah roh yang menghidupkan lagu Simalungun. Jika dikelompokkan maka jenis lagu Simalungun ada 2 yaitu : 1. Lagu inggou dan 2. Lagu populer Ditengah derasnya terpaan budaya populer yang dengan mudah mengadopsi budaya luar termasuk nada dan lagu, ternyata lagu ber-inggou Simalungun masih banyak peminatnya. Tidak ada pula yang salah jika lagu- lagu populer Simalungun generasi terakhir yang trend, dengan kemasan dangdut, hiphop, rock dsb menjauh dari inggou. Tuntutan dunia industri juga tidak dapat Universitas Sumatera Utara dielakkan. http:rosenmanmanihuruk.blogspot.com201306oppung-taralamsyah- saragih-proud-of.html. Melalui keterangan dibawah ini dapat kita lihat tidak terlalu banyak perbedaan. Perbedaan nya hanya di inggou dan ada beberapa nada dan nada dasar yang berbeda. Karena, menurut buku “Irama Simalungun” Taralamsyah Saragih mengatakan, bahwa sulit menuliskan inggou kalau tidak memakai notasi balok. Maka, dalam lagu nya Ia tidak menuliskan inggou tersebut. Dibawah adalah contoh nyanyian marsialop ari dengan inggou dari seorang penyanyi Simalungun Sapna br. Sitepu: Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan