Pokok Permasalahan Lokasi Penelitan Sistem Kepercayaan dan Agama

adalah inggou turi-turian yang mengisahkan asal mula pengobatan dan lain-lain. Dari kesembilan poin-poin diatas, maka nyanyian yang penulis bahas ini ada termasuk ke poin ketiga, karena nyanyian ini termasuk nyanyian bekerja, untuk memangkitkan gairah bekerja. Nyanyian ini juga dapat digolongkan ke dalam fungsi komunikasi sebagaimana dikemukakan Merriam 1964-223 Pluralitas 2004:143- 144 bahwa lagu vocal dalam hal ini nyanyian rakyat, menyampaikan pesan yang terkandung dalam teksnya, juga termasuk ke dalam fungsi yang berkaitan dengan norma-norma social yang dalam teks nyanyian rakyat Simalungun sering memberikan arti agar norma-norma social dapat terpelihara. Lagu ini diciptakan pada tahun 50-an dan digunakan untuk mengiringi tari Haroan Bolon di tahun 60-an dan juga dipertunjukkan di bioskop riang Jl.Simarito no. 59, Pematang Siantar. Dalam pertunjukkan ini Taralamsyah Saragih yang mengajarkan dan melatih tari dan vokal secara langsung. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun serta menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU MARSIALOP ARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana struktur melodi Marsialop Ari b. Apakah makna tekstual dari lagu Marsialop Ari? Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui makna lagu Marsialop ari. 3. Untuk mengetahui struktur dari lagu Marsialop Ari. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji bagaimana pengertian dan pemahaman mengenai Marsialop Ari dan melihat makna tekstual lagu marsialop Ari sebagai cara untuk menyampaikan rasa atau ungkapan atau ekspresi mereka.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Manfaat lain yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai untuk menambah dokumentasi mengenai Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi. 3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan topik judul penelitian. Universitas Sumatera Utara

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten koentjaraningrat 2009:85. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005, Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan tulisan ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:58, kajian atau analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Melodi dan teks Marsialop Ari yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan pemahaman makna tentang marsialop ari. Menurut soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” 1992:86 pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-nada yang harmonis. Marsialop Ari merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai objek kajian Etnomusikologi, karena ada atau terbentuk dari struktur, bentuk, bunyi- Universitas Sumatera Utara bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau dikategorikan sebagai nyanyian. Kemudian, Marsialop Ari juga mengandung unsur nada, rythem dan harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis akan membahas yang tertuju pada melodi. Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:1474. Dari pengertian teks diatas, maka tekstual adalah sesuatu yang berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa KamusBesar Bahasa Indonesia, 2005.Kerlinger dalam Sugiono 2009:79, mengemukakan: Theory is a set of interrelated construct concepts, definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena. Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konep, defenisi, proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landansan untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan. Universitas Sumatera Utara Untuk menganalisis struktur melodi marsialop ari penulis menggunakan teori weighted scale bobot tangga nada yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: 1 tangga nada, 2 nada dasar pitch center, 3 wilayah nada, 4 jumlah nada-nada, 5 jumlah interval, 6 pola-pola kadensa, 7 formula-formula melodik, dan 8 kontur Malm dalam terjemahan Takari 1995:15. Untuk mendukung analisis struktur melodi Marsialop Ari, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif. Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Marsialop Ari dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Marsialop Ari. Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda. Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh setiap pendukung kebudayaan Nettl 1977:3. Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi, pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut oral tradition Nettl 1973:3. Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri. Dalam proses menganalisa struktur teks-teks marsialop ari, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture of The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatis. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi Malm dalam terjemahan Takari 1995:17. Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Marsialop Ari, penulis menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik ini berasal dari bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest bakar 2006:45-51 menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan. Universitas Sumatera Utara

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan koentjaraningrat 2009:35. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran Mardalis 2006:24. Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data dan menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari Taralamsyah Saragih.

1.5.1 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh penulis. Koentjaraningrat 1983:138-139 menyatakan pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti. Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar: 1 wawancara berencana standardized interview dan 2 wawancara tak berencana standardized interview. Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak Universitas Sumatera Utara berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam a metode wawancara berstruktur structured interview dan b metode wawancara tak berstruktur unstructured interview. Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah 1 wawancara yang berfokus focused interview dan 2 wawancara bebas free interview. Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti Mardalis 2006:64. Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris Hemdy Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang tinggi Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan Normasiah adalah guru musik sekaligus anak kandung dari Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objek yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar dan menuliskannya kedalam notasi balok. Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam Universitas Sumatera Utara menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.

1.5.3 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data - data. Koentjaraningrat 2009:35 menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi- informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk work kerja laboratorium dan field work kerja lapangan. Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan. Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs www.google.com, website Simalungun, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Universitas Sumatera Utara

1.6 Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan adalah anak dari Taralamsyah Saragih yaitu Normasiah Saragih yang ber alamat di jl. Marindal I gang. Amarta No. 23 dan juga murid dari Taralamsyah Saragih yaitu Haris Purba, jl. Ngumban Surbakti gang. Kamboja 20, No. 2 Medan. Dan menjadi informan kunci dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara BAB II BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH

2.1 Suku Simalungun

Batak Simalungun adalah salah sub Suku Bangsa Batak yang berada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia , yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga-marga nama keluarga tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun. Simalungun dalam bahasa Simalungun memiliki kata dasar lungun yang memiliki makna sunyi. Nama itu diberikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya Si Balungu dari legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya Batak Timur karena bertempat di sebelah timur mereka.

2.1.1 Asal-usul suku Simalungun

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia. Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang : Universitas Sumatera Utara 1. Gelombang pertama Simalungun Proto , diperkirakan datang dari Nagore India Selatan dan pegunungan Assam India Timur di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik. 2. Gelombang kedua Simalungun Deutero, datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun. Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja -raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara. Kemudian mereka didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran danau Toba dan Samosir. Berbicara tentang asal-usul orang Simalungun sering mengundang kontroversi dan beraneka ragam penuturan. Namun yang dapat dipakai sebagai patokan adalah asal-usul yang mengandung bukti-bukti sejarah berdasarkan hasil penelitian. Bukti budaya sebagai fakta otentik hingga kini masih ada ditemui persamaan budaya. Misalnya pemakaian kain perca putih Simalungun=porsa, yang diikatkan pada kepala seperti slayer pada saat kematian orangtua yang sudah lanjut usia. Juga adanya budaya makan sirih serta meratakan gigi mangikir ipon . “Mangikir Ipon” adalah tradisi meratakan gigi dengan cara memotongnya dengan alat kikir. Setelah diratakan, untuk menghilangkan rasa ngilu, gigi dioles dengan getah kayu Simalngun: saloh sehingga gigi kelihatan berwarna hitam. Budaya ini ditemukan pada semua kelompok keturunan di atas. Universitas Sumatera Utara Budaya “Mangikir Ipon” di Simalungun masih ditemukan pada saat kedatangan orang Jawa ke Simalungun. Oleh sebab itu dulu orang Simalungun menyebut orang Jawa dengan sebutan “si bontar ipon” si gigi putih karena gigi nya putih atau tidak hitam sebagaimana gigi orang Simalungun Orang Simalungun 2004: 23-25. Pustaha Parpandanan Na Bolag pustaka Simalungun kuno mengisahkan bahwa Parpandanan Na Bolag cikal bakal daerah Simalungun merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu pesisir Selat Malaka hingga ke Toba. Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau. Kini, di Kabupaten Simalungun sendiri, akibat derasnya imigrasi, suku Simalungun hanya menjadi mayoritas di daerah Simalungun atas. http:id.wikipedia.orgwikiSuku_SimalungunKepercayaan.

2.2 Sistem kekerabatan

Sistem kekerabatan ialah hubungan kekeluargaan daripada individu-individu. Kekerabatan timbyl akibat dua hal, yaitu hubungan darah consaigunal dan akibat adanya perkawinan konjugnal. Oleh karena itu kekerabatan kinship menyangkut jauh dekat hubungannya seseorang individu dan antara seorang dengan sekelompok orang keluaragakerabat demikian pula sebaliknya. Untuk menentukan bagaimana jauh dekatnya seseorang diadakan kekerabatan menurut adat istiadat budaya Simalungun, criteria yang digunakan ialah menurut garis keturunan pihak laki-laki ayah dan pertalian darah akibat perkawinan dari pihak perempuan. Namun yang paling menentukan ialah garis menurut garis Universitas Sumatera Utara keturunan ayah. Hal ini karena etnis Simalungun penganut paham kebapakan patrilinear discent bahwa keturunan laki-laki, diman marga ayah sangat dominan. Walaupun demikian dalam menentukan kekerabatan partuturan juga dianut oleh paham keibuan bilibneal discent karena keluarga ibuistri menduduki posisi yang sangat penting yaitu sebagai tempat untuk meminta berkat tuahpasu-pasu. Maka terdapat hubungan kekerabatan yang erat antara kelompok ayahsuami dengan kelompok ibuistri dan begitu juga sebaliknya Purba 1997:4. Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu partuturan di Simalungun adalah “hasusuran” tempat asal nenek moyang dan tibalni parhundul kedudukanperan dalam horja-horja adat acara-acara adat. Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham ?” apa marga anda tetapi “hunja do hasusuran ni ham dari mana asal-usul anda? Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih. Hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-raja Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan “puang bolon” permaisuri yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti Raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar Damanik, Raja Siantar yang puang bolonnya dari Partuanan Silappuyang, Raja Panei dari Putri Raja Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya, Raja Purba dari Putri Raja Siantar dan Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging. Universitas Sumatera Utara Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan pardihadihaon, dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut: - Tutur manorus langsung : Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri - Tutur holmouan kelompok : Melalui tutur holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun. - Tutur natipak kehormatan : Tutur natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

2.2.1 Struk tur Sosial : “Tolu Sahundulan Lima Saodoran”

Masyarakat Simalungun dalam ikatan sosialnya terhisab ke dalam organisasi social yang disebut Tolu Sahundulan Lima Saodoran yang mengikat orang Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun. Adapun Tolu Sahundulan itu terdiri dari: Tondong, Sanina, Boru, dan Boru ni Boru Anak Boru Mintori. Hubungan kekerabatan di kerajaan-kerajaan Simalungun boleh dikatakan seluruhnya diikat oleh hubungan perkawinan. Hal ini dimungkinkan karena konsep puangbolon permaisuri dan puangbona isteri yang pertama yang merupakan prasyarat utama dalam menentukan seseorang menjadi pengganti raja sebelumnya. Anakboru sanina yang terdapat pada suku bangsa Simalungun turut mengikat Universitas Sumatera Utara hubungan yang lebih erat yang semakin memperkokoh hubungan kekerabatan di antara raja-raja Simalungun.

2.3 Sistem Kepercayaan dan Agama

Masyarakat Batak Simalungun pada umumnya telah dipengaruhi oleh beberapa agama, seperti agam Kristen Protestan, Katholik, Islam dan yang masuk ke daerah Batak sejak permulaan abad XIX Purba 1996:40. Sebelum masuknya Misionaris Agama Kristen dari RMG pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam sedangkan Simalungun Barat menganut animisme. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti Hindu dan Sang Budha yang menunggangi Gajah Budha. Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari Datu dukun disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada Tiga Dewa, yaitu Dewa di atas dilambangkan dengan warna Putih, Dewa di tengah dilambangkan dengan warna Merah, dan Dewa di bawah dilambangkan dengan warna Hitam. 3 warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut Putih, Merah dan Hitam mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya Universitas Sumatera Utara Pemahaman akan dewa-dewa ini tercermin dalam keyakinan orang Simalungun yang harus hormat kepada makhluk dan benda-benda tertentu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Pada zamannya orang Simalungun banyak yang menyembah batu besar, pohon besar, sungai besar dan lain-lain. Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.

2.4 Sistem Mata Pencaharian