Regulasi Struktur structrural regulation

mengenai berita-berita kriminal. Dalam hal ini, SERGAP mempunyai kewajiban untuk menyampaikan informasi dengan fakta yang sebenarnya kepada masyarakat dan dalam tayangannya harus berpedoman pada perilaku penyiaran dan standar program siaran Komisi Penyiaran Indonesia KPI. Contohnya ketika masyarakat menerima informasi dari tayangan SERGAP tentang perkosaan berantai di Bali, kemudian ada perkembangan mengenai kasus tersebut, SERGAP kembali menyampaikan informasi bahwa ternyata kasus perkosaan berantai tidak hanya terjadi di Bali, namun pelaku juga beraksi di Batam. Tanpa informasi dari media, masyarakat tidak akan tahu perkembangan kasus tersebut. Dan oleh sebab itu, SERGAP terus mengikuti perkembangan kasus tersebut agar masyarakat tahu akan informasi dan terus waspada. Setelah SERGAP melaksanakan kewajibannya untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, selanjutnya hak kontrol ada di tangan masyarakat. Misalnya ketika SERGAP salah menginformasikan kasus perkosaan tersebut, masyarakat bisa mengontrol kesalahan dengan cara menelpon atau mendatangi kantor SERGAP untuk mengkonfirmasi kebenaran tersebut. Mengenai spektrum yang diberikan pemerintah kepada media penyiaran di atur dalam pasal 6 UU No.32 Tahun 2002 tentang penyelenggaraan penyiaran yang menyatakan bahwa penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional, dalam sistem penyiaran nasional negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelengaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Terkait dengan pasal 6 ayat 2 jelas bahwa spektrum yang telah diberikan pemerintah kepada media penyiaran haruslah dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Selain itu, penyiaran juga diarahkan untuk mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran. Hal ini tercantum dalam pasal 5 poin g UU No.32 Tahun 2002. Penggunaan frekuensi dilarang dimonopoli oleh pemilik saham media. Menurut Khoiri Akhmadi selaku Eksekutif Produser SERGAP, frekuensi yang telah diberikan pemerintah tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan pribadi. Contoh penyalahgunaan spektrum frekuensi adalah ketika ada sebuah stasiun televisi digunakan oleh pemiliknya untuk kampanye dirinya dalam kancah politik, menonjolkan diri sendiri, hal semacam itu tidak dibenarkan karena frekuensi yang telah diberikan kepada media adalah milik pemerintah dan jelas melanggar regulasi penyiaran. Program SERGAP dalam hal ini adalah milik masyarakat. Frekuensi yang telah diberikan oleh pemerintah digunakan sebaik-baiknya untuk memberikan informasi seputar berita kriminal dan informasi tersebut bukan hanya untuk keluarga besar RCTI dan SERGAP namun untuk masyarakat Indonesia agar mereka mengetahui informasi dan terus waspada. Dari penjelasan di atas bahwa regulasi struktur bersifat mengikat karena penggunaan spektrum frekuensi diatur dalam UU No.32 Tahun 2002. Dalam hal ini, masyarakat berhak mendapatkan informasi yang benar, seimbang, serta bertanggung jawab. Media berperan sangat penting untuk menyampaikan informasi kepada khalayak dengan fakta yang sebenarnya. Sedangkan KPI berperan sebagai regulator yang bertugas mengawasi dan mengatur penyiaran. KPI juga mempunyai tugas dan kewajiban menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia.

2. Regulasi Tingkah Laku behavioral regulation

Regulasi tingkah laku dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor. Menurut Khoiri Akhmadi selaku Eksekutif Produser SERGAP, pada dasarnya properti yang digunakan dalam sebuah media penyiaran tergantung dari kebijakan media tersebut. Regulasi tingkah laku tergantung kepada kreatifitas dan ide-ide dari setiap media itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan media yang lain. Jadi, tidak ada keterkaitan penggunaan properti media A dengan media B. Dalam penggunaan properti, SERGAP mempunyai ciri khas yang berbeda dari program berita kriminal lainnya. Bang Napi yang merupakan icon SERGAP menggunakan topeng separuh muka. Bang Napi merupakan perlambang kejahatan yang kerap berada di dalam penjara yang selalu memberikan konteks kewaspadaan kepada khalayak. Berbeda halnya dengan SERGAP, program berita kriminal SIDIK menggunakan kopiah dan sarung untuk icon snya yaitu bang Miun. Sifat regulasi tingkah laku tidak mengikat seperti regulasi struktur karena tidak ada peraturan yang tertulis kepada sebuah media untuk menggunakan properti seperti apa dalam menayangkan sebuah tayangan. Setiap tayangan bebas menggunakan properti seperti topeng, baju, topi, tas, sepatu, kacamata, dan lain sebagainya kecuali properti yang melanggar norma kesopanan. Misalnya ada tayangan yang mengeksploitasi bagian-bagian tubuh yang lazim dianggap membangkitkan birahi dengan memakai properti dari media tersebut. Hal ini jelas melanggar pedoman perilaku penyiaran pasal 48 ayat 4 poin C kesopanan dan kesusilaan. Dalam penggunaan properti, tidak ada kode etik yang mengatur selama itu tak menyimpang dari norma kesusilaan. Jika media melanggar norma kesusilaan, KPI berperan mengaturnya, mengatur tayangan yang boleh dan tidak boleh untuk di siarkan, dan aturan lainnya yang berhubungan dengan penyiaran. 2

3. Regulasi isi

Regulasi isi berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk disiarkan. Dalam program SERGAP isi siaran mengandung informasi, pendidikan, kewaspadaan dan warning. Hal ini sesuai dengan UU No.32 Tahun 2002 pasal 36. Dalam penyiaran, isi siaran dilarang menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang. Penulis melakukan pengkategorian dan pengelompokan data berita yang termasuk adegan seks dan kekerasansadisme. Hal ini terkait dengan implementasi regulasi penyiaran dalam program berita kriminal SERGAP Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 pada pasal 48 ayat 4 poin d Pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme.

a. Kategorisasi pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme

menurut Komisi Penyiaran Indonesia KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran 2 Wawancara dengan Khoiri Akhmadi, Eksekutif Produser SERGAP. Jakarta, 25 Mei 2010.