Preparasi Kavitas Secara Kimia Mekanis Pada Gigi Anak

(1)

PREPARASI KAVITAS SECARA KIMIA MEKANIS

PADA GIGI ANAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ILI NORFATMA BINTI MOHD NIM : 060600173

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011 Ili Norfatma Mohd

Preparasi Kavitas Secara Kimia Mekanis Pada Gigi Anak viii + 33 Halaman

Penggunaan alat bor sewaktu preparasi kavitas dapat mengganggu kenyamanan pasien karena bunyi yang ditimbulkannya dan juga panas yang dapat membahayakan vitalitas pulpa serta pembuangan jaringan gigi yang sehat secara berlebihan.

Preparasi kimia mekanis merupakan metode alternatif dalam merawat karies gigi anak terutama pada pasien anak yang cemas, takut dan alergi. Perawatan ini adalah penyingkiran jaringan karies gigi yang non invasif dengan cara melunakkan jaringan menggunakan bahan kimia, kemudian diikuti dengan tindakan ekskavasi jaringan yang rusak. Perawatan ini menggunakan alat bor jika akses ke karies dentin kurang sehingga dikatakan bukan pengganti alat bor

Metode ini menyingkirkan karies dentin secara selektif sehingga tidak menyingkirkan jaringan yang sehat. Dikatakan lebih nyaman untuk karies berukuran besar dibandingkan metode lain. Bahan yang digunakan tidak memberi efek kepada jaringan lunak mulut.

Metode preparasi ini menggunakan klasifikasi J Mount berdasarkan ukuran dan lokasi karies. Ada 3 bahan yang digunakan untuk metode ini yaitu Carisolv,


(3)

Caridex dan Papacarie yang mempunyai komposisi, mekanisme dan aplikasi yang berbeda.


(4)

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan,3 Mei 2011

Pembimbing : Tanda Tangan

1. Taqwa D, drg., SpKGA ……… NIP : 195203141979022001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 10 Mei 2011

TIM PENGUJI

KETUA : 1. Yati Roesnawi, drg .……… ANGGOTA : 1. Taqwa D, drg., SpKGA . ………... 2. T. Hermina M, drg ……….


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda tercinta Mohd Bin Jusoh dan Salamah Binti Muhammed yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan semangat tanpa batas.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih dan hormat kepada:

1. Prof. H Nazruddin,drg., C.ort Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg selaku Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Taqwa D, drg., SpKGA selaku dosen pembimbing skripsi saya yang begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan serta saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. 4. Seluruh staf dosen dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas


(8)

telah memberi ilmu pengetahuan dan nasehat selama menjalani perkuliahan sehingga selesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh ahli keluarga Mohd Farhan Sharafuddin, Nor Asila, Mohd Shafiq Hilmi, Mohd Aiman Arif dan Anis Nurnadhirah atas segala kasih sayang, doa dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril maupun materil yang tidak terbalas oleh penulis sampai kapan pun. Teman-teman penulis, Nurul Syahidah, Nur Syakirah, Dalia dan teman-teman stambuk 2006, senior, junior dan teman-teman lainnya yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, Mei 2011 Penulis,

(.………) ILI NORFATMA BINTI MOHD


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….………... i

HALAMAN PERSETUJUAN………..……… ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……… iii

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

BAB 2 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN METODE PENYINGKIRAN KARIES ………...………... 4

BAB 3 PREPARASI SECARA KIMIA-MEKANIS... 3.1 Pengertian………... 3.2 Klasifikasi karies………..………… 3.3 Mekanisme dan kerja bahan ………... 3.3.1 Caridex………...……… 3.3.2 Carisolv……….……… 3.3.3 Papacarie……… 3.4 Metode aplikasi………... 3.4.1 Caridex……….. 3.4.2 Carisolv……….. 3.4.3 Papacarie……….. 10 10 11 14 17 18 20 22 22 22 24 BAB 4 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PREPARASI SECARA KIMIA - MEKANIS……… 26

BAB 5 KESIMPULAN………...………... 29


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Lima tahapan karies menurut ukuran dan lokasi... 14 Tabel 2 : Perbedaan antara lapisan luar dan dalam karies dentin……... 16


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Aspek yang tidak disukai oleh pasien ketika kunjungan

ke dokter gigi... 2

Gambar 2 : Pandangan preparasi abrasi udara dari atas... 6

Gambar 3 : Preparasi abrasi udara... 6

Gambar 4 : Prosedur preparasi restorasi atraumatik... 8

Gambar 5 : Mahkota bikuspid yang menunjukkan 3 lokasi lesi. Terdapat lesi karies aktif pada kontak area dan servikal gigi………... 12

Gambar 6 : Karies pada lokasi 2 ukuran 2………... (A) Karies pada distal proksimal gigi premolar 1 atas (B) Karies pada distal proksimal gigi anterior atas 13 Gambar 7 : Struktur kolagen……… 16

Gambar 8 : Gel Carisolv dan intrumen tangan.……… (A) Gel Carisolv multimix (B) Gel Carisolv singlemix 19 Gambar 9 : Papacarie di dalam syringe... 21

Gambar 10 : Cara kerja instrumen Carisolv... 23

Gambar 11 : Perbedaan antara instrumen Carisolv... 24

Gambar 12 : Menunjukkan prosedur preparasi chemo mechanical caries removal (CMCR)………..………. 25 Gambar 13 : Prosedur Preparasi kimia mekanis………...

A Menunjukkan karies dentin pada oklusal gigi molar. B. Saat gigi diaplikasikan dengan Papacarie.

C. Penggerokkan dengan ekskavator khusus. D Preparasi kavitas selesai.

E. Penambalan dengan bahan adhesif.


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011 Ili Norfatma Mohd

Preparasi Kavitas Secara Kimia Mekanis Pada Gigi Anak viii + 33 Halaman

Penggunaan alat bor sewaktu preparasi kavitas dapat mengganggu kenyamanan pasien karena bunyi yang ditimbulkannya dan juga panas yang dapat membahayakan vitalitas pulpa serta pembuangan jaringan gigi yang sehat secara berlebihan.

Preparasi kimia mekanis merupakan metode alternatif dalam merawat karies gigi anak terutama pada pasien anak yang cemas, takut dan alergi. Perawatan ini adalah penyingkiran jaringan karies gigi yang non invasif dengan cara melunakkan jaringan menggunakan bahan kimia, kemudian diikuti dengan tindakan ekskavasi jaringan yang rusak. Perawatan ini menggunakan alat bor jika akses ke karies dentin kurang sehingga dikatakan bukan pengganti alat bor

Metode ini menyingkirkan karies dentin secara selektif sehingga tidak menyingkirkan jaringan yang sehat. Dikatakan lebih nyaman untuk karies berukuran besar dibandingkan metode lain. Bahan yang digunakan tidak memberi efek kepada jaringan lunak mulut.

Metode preparasi ini menggunakan klasifikasi J Mount berdasarkan ukuran dan lokasi karies. Ada 3 bahan yang digunakan untuk metode ini yaitu Carisolv,


(13)

Caridex dan Papacarie yang mempunyai komposisi, mekanisme dan aplikasi yang berbeda.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

Karies merupakan suatu penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.1,2 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi oleh bakteri pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan apikal dan menimbulkan rasa nyeri.2

Karies masih merupakan masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Data dari Bank WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2001) menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif pada penduduk umur 10 tahun ke atas adalah 71,20%. Berdasarkan jumlah tersebut 52,3% penduduk belum pernah dirawat. Indeks DMF-T mencapai rata-rata 5,23 ini berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorangan adalah lebih dari 5 gigi.2

Besarnya angka karies pada anak menunjukkan besarnya kebutuhan penambalan. Gigi anak terutama gigi sulung memerlukan perawatan yang baik karena gigi sulung merupakan penuntun bagi gigi penggantinya sehingga dokter gigi mempunyai sejumlah tantangan yang signifikan dalam menangani karies gigi pada anak. Tujuan dari setiap perawatan restorasi adalah untuk memperbaiki atau membatasi kerusakan karies gigi, melindungi dan mempertahankan sisa pulpa dan struktur gigi, mengembalikan fungsi gigi yang adekuat, memulihkan estetika gigi


(15)

(bila diperlukan) serta memberikan kemudahan dalam menjaga kebersihan mulut yang baik.3

Pengalaman yang tidak menyenangkan pada kunjungan ke dokter gigi dapat menjadi suatu trauma bagi anak. Pengalaman tersebut seperti rasa sakit waktu perawatan, sedangkan stimulus yang paling ditakuti adalah melihat jarum suntik atau sensasi akibat suntikan anastesi, serta melihat, mendengar dan merasakan alat bor.4

36%

32% 22%

5% 5%

Pengeboran Injeksi bunyi alat bor

posisi horizontal ketika dirawat Tidak dapat berbicara

Penelitian oleh S.Mickenautsh (2005), hampir 90% dari 118 orang responden yang dipilih secara acak tidak menyukai aspek yang terkait dengan perawatan invasif, seperti pengeboran atau injeksi (Gambar 1).5 Sewaktu dilakukan perawatan, dijumpai perilaku anak yang bervariasi mulai dari yang tidak kooperatif sampai kooperatif. Sayangnya tidak semua anak mampu bekerjasama ketika perawatan gigi dengan anastesi lokal, mungkin karena faktor usia, cacat fisik atau intelektual.3,4


(16)

Perawatan karies yang diperkenalkan oleh G.V Black dapat merusak dan membuang struktur jaringan gigi yang sehat secara berlebihan, bahkan semua dentin yang diskolorasi disingkirkan. Teori terbaru mengatakan inner layer tidak perlu disingkirkan karena dapat mengalami remineralisasi, dan dentin yang mengalami diskolorasi bukan berarti infeksi. Penggunaan bahan tambalan adhesif seperti Glass Ionomer Cement (GIC) dengan kelebihannya dapat melepaskan fluor dan mineral lainnya menyebabkan proses remineralisasi inner layer terjadi.3 Sehingga pengurangan jaringan gigi yang dipreparasi dapat menambah retensi pada gigi.4 Untuk mengatasi kekurangan preparasi gigi dengan bor, timbul metode baru seperti metode preparasi kimia mekanis.6,7

Berdasarkan latar belakang diatas saya tertarik untuk menulis dalam bentuk skripsi, yang akan membahas sejarah dan perkembangan metode preparasi kavitas, preparasi kavitas gigi secara kimia-mekanis serta keuntungan dan kerugiannya. Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam dalam merawat karies gigi pada anak.


(17)

BAB 2

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN METODE PENYINGKIRAN KARIES

Karies merupakan penyebab utama nyeri dan hilangnya gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa 1 Jika dibiarkan, gigi akan kehilangan struktur, fungsi estetik, mastikatorik, fonetik dan biologisnya.6

Preparasi kavitas merupakan suatu langkah penting sebelum tindakan restorasi gigi. Awalnya preparasi kavitas gigi menggunakan hand drill, kemudian dikembangkan berdasarkan mekanisme kerja mesin jahit Singer pada tahun 1871 oleh James Morrison menjadi high speed drill.5,6,8 Penggunaan high speed drill sangat efektif untuk penyingkiran jaringan karies.8 Saat ini, perawatan karies konvensional (pengeboran) dilakukan dengan hand piece berkecepatan tinggi untuk mengakses lesi dan berkecepatan rendah untuk menyingkirkan karies. Metode ini dapat membuang karies dengan cepat dan effisien, tetapi dapat menyebabkan pembuangan dentin sehat atau dentin yang terinfeksi, namun mampu untuk remineralisasi.5,6

Penyingkiran karies dengan metode konvensional biasanya dikaitkan dengan nyeri dan mengganggu kenyamanan pasien. Getaran pada tulang kemungkinan menghasilkan panas dan menyebabkan cedera mekanis ke pulpa sehingga dianggap sebagai kelemahan utama dalam pengeboran.6 Pengeboran gigi juga dapat membuang


(18)

seperti pembuangan karies secara abrasi udara, polising udara, ultrasonik, sonoabrasi, laser, restorasi atraumatik, enzim (kimia) dan juga kimia-mekanis.6,7

Metode abrasi udara

Metode abrasi udara dikembangkan oleh Robert Black pada tahun 1945 sebagai metode alternatif psedo-mekanis untuk membuang jaringan karies dan terbukti bermanfaat pada pasien anak yang cemas disebabkan bunyi. Metode ini menggunakan partikel alumina (aluminium oksida - Al2O3) dengan kecepatan tinggi

melalui aliran udara untuk membuang karies. Relatif tidak menyebabkan rasa sakit jika dibandingkan dengan metode pengeboran, namun dapat menyebabkan kehilangan sensasi taktil dan kemampuan partikel alumina untuk menyingkirkan struktur gigi yang sehat maupun lesi karies harus diperkirakan. Pasien berpotensi menghirup partikel alumina saat perawatan sehingga perlu pertimbangan untuk menentukan penggunaan metode ini.6,9,10

Teknik ini memerlukan rubber dam serta peralatan tambahan di dalam ruangan praktek untuk pembuangan partikel alumina. Dapat digunakan pada setiap lokasi karies dengan ukuran 0, 1 dan 2, sedangkan karies dentin yang lebih besar tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan brittle fracture.6,9,10


(19)

Metode polising udara

Polising udara adalah metode menggunakan bahan abrasif yaitu campuran larutan natrium bikarbonat dengan partikel trikalsium fosfat yang diaplikasikan ke permukaan gigi menggunakan tekanan udara melalui alat water jet. Water jet membantu bahan abrasif agar tidak melewati permukaan yang sedang dirawat. Namun metode ini mempunyai kerugian yaitu dapat merusak restorasi ataupun gigi sehat, sehingga beberapa peneliti menyarankan penggunaan metode ini hanya untuk menyingkirkan karies dentin pada akhir preparasi kavitas.6

Metode ultrasonik

Metode ini tergantung pada pemindahan tenaga kinetik dari molekul air di permukaan gigi melalui alat pemotong yang abrasif dengan kecepatan tinggi. Keuntungannya yaitu pembuangan jaringan minimal, tidak berbunyi, tidak ada getaran, tidak menimbulkan panas dan tekanan. Namun kemampuan alat tersebut

Gambar 3. Preparasi abrasi udara.11 Gambar 2. Pandangan preparasi abrasi


(20)

Metode sonoabrasi

Metode sonoabrasi adalah modifikasi metode ultrasonik, menggunakan frekuensi tinggi, mempunyai gerakan memotong berbentuk elips. Alat pemotong berbentuk torpedo panjang dibelah dua, hemispera kecil dan hemispera besar. Penggunaan alat pemotong tergantung pada bentuk outline kavitas yang perlu dipersiapkan, dan penyingkirkan jaringan karies dentin lunak.6

Metode laser

Pendekatan lainnya adalah perkembangan laser batu delima yang diperkenalkan oleh Maiman sekitar tahun 1960. Pada penelitian awal diketahui bahwa laser batu delima ini memproduksi sejumlah panas yang dapat menyebabkan kerusakan pulpa gigi. Namun sekarang tersedia tipe baru dari laser untuk menyingkirkan jaringan keras gigi yaitu Excimer laser (emisi ultraviolet 337 nm). Metode ini tidak menggunakan sentuhan impuls energi (lasing) sehingga lebih menguntungkan dibanding dengan pengeboran biasa. Rasa sakit, bunyi dan tekanan hanya sedikit. Getaran yang minimum dan juga menghasilkan daerah steril pada permukaan yang dipreparasi. Perawatan penyingkiran karies dengan sinar laser berguna untuk karies dengan lokasi 1 dan 3, karena dapat diakses dengan mudah dan kebanyakan kasus pada waktu preparasi tidak menggunakan anastesi.6,9

Metode restorasi atraumatik

Sangat jelas bahwa, kebanyakkan percobaan terdahulu menggunakan pendekatan konservatif dalam penyingkiran karies. Isu ini mencetuskan


(21)

perkembangan metode penyingkiran karies yang sekarang dikenal sebagai Atraumatic Restorative Treatment (ART) atau perawatan restorasi atraumatik. Metode ini menggunakan ekskavasi untuk menyingkirkan karies dan menggunakan bahan restorasi yang adhesif. Kekurangan pada prosedur ini adalah potensi meninggalkan sisa karies dentin yang terinfeksi. Prosedur ART tidak dapat dilakukan jika karies tidak dapat dicapai dengan instrumen tangan, terdapat pembengkakan, karies yang besar, dan gigi yang disertai rasa sakit karena infeksi. Metode ini dapat dilakukan pada semua ukuran kecuali ukuran 0.6

Gambar 4. Prosedur preparasi restorasi atraumatik. Dari kiri atas ke kanan menunjukkan: Alat- alat yang digunakan seperti kaca mulut, eksplorer, pinset, ekskavator senduk, hanchet dan carver. Gigi diisolasikan dan pembukaan dari kavitas dibesarkan dengan menggunakan hanchet. Dengan menggunakan ekskavator, karies disingkirkan. Bersihkan kavitas dari debridmen dan setelah kavitas bersih dan kering, diaplikasikan dentine conditioner untuk meningkatkan retensi dari bahan restorasi adhesif. Kavitas diisi dengan bahan adhesif. Dengan menggunakan instrument plastis dilakukan pembentukkan tambalan dan membuang bahan yang berlebihan. Perawatan selesai.12


(22)

Metode enzim

Goldenberg dan Keil pada tahun 1989 telah berhasil menyingkirkan karies dentin 2 - 5 jam setelah diaplikasi dengan menggunakan enzim koagulasi yang dilepaskan oleh bakteri Achromobacter Sp. Pada sisa lapisan dentin yang sehat tidak ditemukan bakteria pada kolagen dasar dentin yang terekspose dengan enzim ini. Meskipun metode ini berhasil tetapi waktu kerja yang lambat dalam penyingkiran karies menyebabkan metode ini jarang digunakan.6


(23)

BAB 3

PREPARASI SECARA KIMIA-MEKANIS

Ide untuk preparasi kimia-mekanis atau dikenal sebagai Chemo-Mechanical Caries Removal (CMCR) ditemukan oleh Goldman (1975) seorang ahli endodonti. Saat itu beliau menggunakan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) untuk menyingkirkan bahan organik di dalam saluran akar. Natrium hipoklorit mampu menghancurkan karies dentin dan sejak itu timbul ide penyingkiran karies dengan bahan kimia.6,8 Natrium hipoklorit biasanya digunakan sebagai bahan desinfektan, sifat anti mikrobanya efektif dalam menyingkirkan bakteri kariogenik dan digunakan dalam bahan metode penyingkiran karies kimia.13

3.1Pengertian

Preparasi kimia-mekanis adalah tindakan penyingkiran jaringan karies gigi yang non-invasif dengan cara melunakkan jaringan menggunakan bahan kimia kemudian diikuti dengan tindakan ekskavasi jaringan yang rusak. Metode ini menyingkirkan karies dentin berdasarkan pelunakan (dissolution), metode ini selektif dan tidak menyingkirkan jaringan dentin yang sehat.8,14,15 Pada beberapa kasus, metode kimia - mekanis dibantu dengan pengeboran untuk akses aplikasi sebelum menyingkirkan struktur karies lunak menggunakan bahan kimia karena kurangnya


(24)

3.2 Klasifikasi Karies

Klasifikasi karies berguna untuk mengidentifikasi karies dari tahap awal ke tahap akhir, membantu menentukan perawatan yang akan dilakukan (preventif, remineralisasi, konservatif) dan memilih bahan restorasi yang sesuai.7 Pada mulanya, klasifikasi karies ditemukan oleh G.V Black yang mengklasifikasikan kavitas atas lima klas, berdasarkan permukaan yang terkena karies.1 Sejalan dengan perkembangan bahan restorasi adhesif, klasifikasi Black tidak dapat digunakan, karena untuk bahan adhesif digunakan prinsip preparasi kavitas yang minimal.17 J. Mount (1998) di Australia membuat klasifikasi baru bagi karies untuk menggantikan klasifikasi karies dari Black.9,17 Tujuannya adalah untuk untuk mengidentifikasi perluasan dan kompleksitas kavitas serta melakukan pendekatan konservatif. Berguna untuk mempertahankan struktur gigi yang sehat dan juga untuk meningkatkan potensi remineralisasi yang ada pada dentin dan enamel. 17 Preparasi kavitas kimia mekanis berdasarkan lokasi dan ukuran karies dari klasifikasi J Mount. Klasifikasi J Mount adalah:

Lokasi

Lokasi 1 - Pit, fisur, kelainan enamel pada oklusal gigi posterior atau pit pada

cingulum gigi anterior.

Lokasi 2 - Permukaan proksimal enamel yang berada di bawah area kontak


(25)

Lokasi 3 - Area servikal pada 1/3 mahkota atau pada akar yang terbuka karena

resesi gingiva.

Ukuran

Ukuran 0 – Karies awal yang diidentifikasi sebagai tahap inisial dari

demineralisasi.

Ukuran 1 – Permukaan karies kecil dengan keterlibatan dentin yang sedikit,

hanya memerlukan perawatan yang bertujuan untuk remineralisasi. Sebagian kasus diperlukan restorasi untuk mempertahankan permukaan gigi dan menghindari dari akumulasi plak.

Ukuran 2 – Melibatkan dentin dengan ukuran lesi sedang. Jaringan gigi yang

sisa cukup kuat untuk menahan restorasi.

Ukuran 3 - Lesi sudah besar sehingga struktur gigi yang sisa tidak kuat atau

tepi insisal pecah jika terkena beban oklusal.

Ukuran 4 – Lesi kehilangan sebagian besar struktur gigi dan mendekati


(26)

(A) (B)

Lokasi 1 ukuran 0 mewakili fisur pada oklusal gigi yang baru erupsi atau kelainan pada permukaan lain yang bukan karies. Dianjurkan dirawat untuk mencegah demineralisasi. Lesi yang sudah mencapai ukuran 1, harus direstorasi karena jika karies tersebut adalah karies fisur, dikuatirkan tidak dapat menahan beban oklusal dan sulit untuk menghindari akumulasi plak. Lokasi 2 dan 3 dengan ukuran 0, biasanya tidak memerlukan perawatan restorasi karena tidak terdapat beban oklusal.9

Ukuran 1 dan 2 disetiap lokasi, pada beberapa kasus dapat dirawat dengan desain kavitas yang konservatif dan bahan restorasi yang adhesif. Karies ukuran 3 dan 4, memerlukan bahan restorasi yang lebih kuat. Pada lokasi 1 dan 2, berapapun ukurannya kecuali ukuran 0, cusp harus dipertahankan yang dikenali sebagai teknik restorasi kompleks.9

Ukuran 0 adalah karies baru yang mungkin sulit untuk diidentifikasi. Perawatan yang dianjurkan adalah pencegahan yang bertujuan membentuk remineralisasi. Ukuran 2, 3 dan 4 adalah karies yang berkembang karena pasien tidak

Gambar 6. Karies pada lokasi 2 ukuran 2. 17

(A) Karies pada distal proksimal gigi premolar 1 atas


(27)

merawat giginya.9 Klasifikasi karies dapat dilihat pada tabel 1.7 Indikasi lesi yang dapat dirawat secara kimia mekanis adalah karies dentin yang kurang dari satu per tiga luar dentin yaitu karies dengan ukuran 2, 3 dan 4.18 Metode preparasi kimia mekanis ini sesuai untuk karies pada permukaan akar gigi dan karies dengan kavitas yang besar pada mahkota.19

Tabel 1. Lima tahapan karies menurut ukuran dan lokasi.7

Ukuran Kriteria diagnostik Pendekatan terapi

0 Demineralisasi (tidak ada kavitas) Remineralisasi dan perawatan non-invasif

1 Karies dentin awal (1/3 luar dentin)

dengan kavitasi mikro enamel dan perubahan sub permukaan dentin

Sisa permukaan gigi cukup kuat sehingga dapat dirawat dengan restorasi adhesi direk (direct adhesive restoration) setelah preparasi secara

2 Karies dentin yang sedang (2/3

dentin) dengan kavitas pada enamel.

minimal.

3 Karies dentin yang besar (1/3 dalam

dentin) yang meluas dan dengan kavitas yang jelas.

Struktur gigi yang tertinggal tidak cukup kuat sehingga memerlukan restorasi adhesif yang adekuat

4 Karies dentin yang dalam (mendekati

pulpa) dengan kavitas yang besar dan meluas sehingga satu atau lebih cusp terlibat.

(sandwich, inlay, onlay)

3.3 Mekanisme dan kerja bahan

Jaringan gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin terdiri dari 70 % mineral, 10% air dan 20% matriks organik. Matriks organik mengandung 18% kolagen dan 2% non-kolagen. Kolagen merupakan protein yang mengandung prolin yang banyak dan satu per tiga dari asam aminonya mengandung glisin. Rantai senyawa


(28)

membentuk fibril jika tersusun bersebelahan. Ikatan kovalen antara rantai polipeptida dari tropokolagen akan membentuk ikatan silang (cross links) yang dapat menstabilkan fibril kolagen (Gambar 7).8,16

Struktur fibril kolagen dalam dentin tersusun sehingga membentuk rangkaian padat dan termineralisasi. Apabila terjadi karies, asam yang dihasilkan oleh bakteri plak dengan fermentasi anaerob dari karbohidrat dapat menyebabkan larutnya mineral enamel. Bila proses karies berlanjut, bakteri dapat menginvasi ke tubulus dentin dan proses demineralisasi akan berlanjut. Matriks organik yang mengalami demineralisasi, kolagen dan komponen matriks lainnya akan mengalami degradasi secara enzimatik oleh protease dan hydrolase dari bakteri. Akibat degradasi dari kolagen, terbentuk dua zona pada karies dentin yaitu lapisan luar dan dalam.17 Lapisan luar (outer layer) terdegradasi sebagian, terkontaminasi oleh bakteri penyebab nekrosis matriks kolagen serta tidak dapat remineralisasi. Lapisan dalam (inner layer) merupakan daerah yang mengalami demineralisasi sebagian, struktur kolagennya masih utuh, bakteri jarang ditemukan dan kolagen mempunyai potensi untuk remineralisasi jika faktor penyebab karies dihilangkan.4,15,16 Perbedaan antara kedua lapisan ini dapat dilihat pada tabel 2.16

Menurut Ericsson (1999), proses penyingkiran karies yang efisien adalah bila dapat mengidentifikasi lapisan karies dentin bagian dalam dan bagian luar. Untuk itu, diperlukan suatu bahan yang dapat melunakkan lapisan karies luar yang akan disingkirkan. Penyingkiran karies adalah dengan cara pembelahan (cleavage) dari rantai polipeptida dalam tripel heliks dan hidrolisis ikatan silang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.16


(29)

Tabel 2. Perbedaan antara lapisan luar dan dalam karies dentin.16

Lapisan luar karies dentin Lapisan dalam karies dentin

Dentin yang terinfeksi (infected dentin) Dentin yang terpengaruh (affected dentin) Lapisan terluar dari lesi karies dentin Di bawah lapisan terluar

Tampak basah dan kosistensi lunak Keras dan kosistensi kasar

Infeksi tinggi oleh penetrasi bakteri Tidak ada penetrasi bakteri, hanya penetrasi toksin

Degradasi fibril kolagen yang irreversibel Demineralisasi sebagian, fibril kolagen masih utuh

Tidak ada kemungkinan untuk

remineralisasi Dapat remineralisasi Berwarna dengan perwarna pendeteksi

karies

Tidak berwarna dengan perwarna pendeteksi karies

Perlu disingkirkan Tidak perlu disingkirkan

Gambar 7. Struktur kolagen, a)rantai polipeptida. Tempat yang sesuai untuk pemecahan (clevage) oleh bahan kimia-mekanis dengan degradasi dari glycine atau hidroksiprolin


(30)

Sejak tahun 1970 telah dilakukan usaha untuk mengganti metode pengeboran gigi. Habib (1976) mempelajari efek natrium hipoklorit yang merupakan bahan proteolitik tidak spesifik pada penyingkiran karies pada dentin. Bahan ini bersifat korosif bila digunakan pada jaringan sehat dan sangat tidak stabil. Untuk mengatasi kekurangan natrium hipoklorit dibuat bahan baru yaitu Caridex. Kekurangan Caridex diatasi dengan membuat bahan baru yaitu Carisolv. Papacarie merupakan bahan terakhir yang diperbaharui.16

3.3.1 Caridex

Pertamanya diputuskan untuk menggabungkan natrium hipoklorit dengan bahan buffer Sorensen yang mengandung glisin, natrium klorit dan natrium hidroksida. Reaksi yang dihasilkan adalah lebih efektif dalam menyingkirkan karies. Penambahan ion klorin oleh glisin berguna untuk membentuk N-Monochloroglysin (NMG) yang kemudian dikenal sebagai GK 101. Dipasarkan pada tahun 1972 sebagai bahan CMCR yang pertama Menurut Kurosaki (1977) GK 101 hanya dapat melunakkan lapisan luar karies dentin dan tidak memberi pengaruh terhadap lapisan dalam. Kekurangan dari GK 101 adalah reaksi yang lambat.16

Penelitian selanjutnya menemukan bahwa sistem tersebut lebih efektif jika glisin digantikan dengan asam amino butyric, produk yang dihasilkan adalah asam N-monochloraminobutryc (NMAB) yang dikenal sebagai GK 101E (1975). Mekanisme dari bahan NMG dan NMAB pada kolagen masih kurang jelas dan pengetahuan secara kimiawi tentang klorinasi dari asam amino dan efeknya masih terbatas. Awalnya, metode ini diperkirakan melibatkan klorinisasi dari kolagen degradasi


(31)

sebagian dalam lesi karies dan perubahan hidroksiprolin ke asam pyrrole-2-karbosilik. Penelitian terbaru menyarankan agar melibatkan pembelahan oksidasi dari glisin, sehingga terjadi gangguan fibril kolagen dan karies menjadi lebih mudah hancur dan dapat disingkirkan.16

Sistem NMAB dipatenkan di Amerika pada 1975, dan paten seterusnya dilakukan oleh National Patent Dental Corporation, New York (1987). Bahan tersebut dipasarkan sekitar tahun 1980-an sebagai Caridex dan diizinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan di Amerika pada tahun 1984. Caridex mengandung dua larutan, larutan pertama mengandung natrium hipoklorit dan larutan kedua mengandung glisin, asam aminobutyric, natrium klorit serta natrium hidroksid. Dua larutan ini dicampurkan bersama sebelum digunakan, bahan ini hanya stabil setelah 1 jam pencampuran.16

3.3.2 Carisolv

Caridex (1990) tidak dipasarkan lagi karena berbagai kekurangannya. Mediteam (1998) di Sweden menggantikannya dengan Carisolv. Gel Carisolv merupakan campuran dua bahan dengan perbandingan sama untuk membentuk bahan gel aktif. Kandungan utama pada salah satu komponen merupakan tiga asam amino (asam glutamat, leusin dan lisin) dan natrium hidroksid. Komponen lain yaitu cairan yang mengandung komponen hipoklorit reaktif (0,5% natrium hipoklorit) jernih.15,19,20 Gel tersedia dalam dua kemasan, gel Carisolv multi mix dan gel Carisolv


(32)

ditingkatkan sehingga memerlukan konsentrasi NaOCl yang lebih tinggi. Salah satu pengaruh dari tingginya konsentrasi NaOCl adalah gel menjadi tidak berwarna.16

(A) (B)

Mekanisme kerja bahan dimulai setelah kedua bahan Carisolv dicampurkan dan diaplikasikan pada lesi karies selama 30 detik. Asam amino akan membuat ikatan dengan klorin sehingga membentuk kloramin bila pH tinggi. Perubahan pH yang tinggi diperlukan untuk mencegah kerusakkan lanjut dan meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan dari hipoklorit. Ketiga asam amino mempunyai valensi berbeda, sehingga terdapat daya tarik elektrostatik ke daerah berbeda pada protein dalam karies dentin. Diketahui bahwa fibril kolagen terdiri dari rantai peptida, sedangkan kutub hidrofilik terdiri dari valensi positif dan negatif dan kutub hidrofobik (bagian dalam) tidak mempunyai valensi. Mengakibatkan ikatan struktur fibrous yang terdegradasi pecah. Sifat dentin yang porus setelah demineralisasi

Gambar 8: Gel Carisolv dan instrumen tangan.16.(A) Gel Carisolv multimix. (B) Gel Carisolv singlemix


(33)

memungkinkan Carisolv menembus, sehingga dentin lebih banyak terpapar oleh kloramin.16 Bahan ini hanya melunakkan karies dentin dan tidak mengganggu jaringan yang sehat.16,21

3.3.3 Papacarie

Meskipun Carisolv dikatakan bahan yang paling berhasil, namun terdapat juga kerugiannya yaitu memerlukan ketrampilan operator dan instrumen khusus sehingga biaya meningkat. Untuk mengatasi kekurangannya, bahan baru dikembangkan di Brazil (2003) yaitu formula eacao oleh Sao Paulo. Diperkenalkan sebagai gel papain dengan nama Papacarie untuk bahan preparasi CMCR (Gambar 11). Komponen utama dari bahan ini adalah papain, kloramin dan toluidin biru.16

Papain merupakan enzim yang diekstraksi dari getah daun dan buah pepaya hijau yang dewasa, mengandung endoprotein yang mirip dengan pepsin manusia. Bersifat bakterisid, bakteriostatik dan anti-inflamasi serta debriding agent, tidak merusak jaringan sehat tetapi memacu proses remineralisasi. Mekanisme bahan adalah dengan membelah molekul kolagen yang sebagian degradasi akibat karies. Papacarie mampu menghancurkan sel yang mati dan menyingkirkan selubung fibrin akibat proses karies, bekerja pada lesi karies yang mempunyai protease plasma inhibitor alpha-1-antitrypsin (plasmatic protease inhibitor alpha-1-antitrypsin) yang sedikit. Papacarie tidak bereaksi pada jaringan sehat karena yang mengandung protease plasma inhibitor antitrypsin (plasmatic protease inhibitor


(34)

Kloramin merupakan bahan hasil dari klorin dan ammonia yang mempunyai sifat bakterisid dan disinfektan, digunakan secara luas sebagai larutan pada saluran akar untuk melunakkan karies dentin secara kimiawi. Bagian kolagen karies dentin yang terdegredasi diklorasikan oleh kloramin dan dapat disingkirkan dengan mudah menggunakan ekskavator. Toluidin biru merupakan malachite hijau yang digunakan sebagai bahan pewarna, disamping sangat efektif melawan Streptococus mutans. Bahan ini mempunyai pigmen fotosensitif yang melekat pada membran bakteri.16,20

Mekanisme aksi dari bahan Papacarie dimulai dengan pengaplikasiannya pada karies dentin. Bahan proteolitik menghasilkan debridemen dari papain gel. Saat degradasi dan eliminasi selubung fibrin yang dihasilkan oleh proses karies, lapisan matriks sedikit berada pada zona nekrosis karies dentin. Akibat penghancuran sel yang mati, molekul kolagen mulai pecah dan selanjutnya diklorinasi oleh kloramin yang juga membebaskan O2 sehingga menghasilkan buih dan gel menjadi keruh.

Karies dentin yang telah dilunakkan dengan Papacarie mudah disingkirkan.16


(35)

3.4 Metode aplikasi

Gigi yang akan dipreparasi terlebih dahulu diprofilaksis dengan rubber cup, gunakan rubber dam untuk isolosi. Bersihkan kavitas dengan semprotan udara, air atau cotton pellet dan air. Metode aplikasi untuk preparasi kimia-mekanis berbeda untuk setiap bahan.16

3.4.1 Caridex

Larutan diaplikasikan pada karies dentin dan dilanjutkan dengan pengerokkan yang lembut. Jaringan karies dan larutan yang lebih dibuang dengan menggunakan saliva ejector. Aplikasi bahan dapat diulangi sehingga dentin yang tertinggal dianggap sehat dengan kriteria taktil klinis.16

Bahan ini menyingkirkan karies dentin secara selektif dan meninggalkan sisa permukaan yang mempunyai undercut. Penyingkiran karies dentin inner layer dapat dihindari tetapi kurang efektif dalam menyingkirkan jaringan karies enamel, meskipun pembuangan jaringan keras ini tidak perlu. Suatu penelitian menjelaskan bahwa diskolorasi dalam karies dentin merupakan hasil reaksi Maillard yang memodifikasi asam amino dalam kolagen sehingga lebih resisten terhadap serangan preoteolitik dan menghambat progres lesi karies dentin.16

3.4.2 Carisolv

Gel diaplikasikan pada lesi karies dengan instrumen tangan selama 30 detik, karies dentin disingkirkan secara perlahan - lahan. Instrumen tangan ini didesain


(36)

dan 11). Prosedur ini diulang sehingga tidak ada lagi karies dentin yang tertinggal, ditandai dengan gel yang disingkirkan jernih dan tidak keruh. Waktu yang diperlukan untuk prosedur ini adalah 9 hingga 12 menit dan volume gel yang diperlukan 0.2 hingga 1.0 ml.16

Sistem dari bahan ini lebih mudah dibanding Caridex karena berbentuk gel dibandingkan dengan larutan, sehingga dapat berkontak lebih baik pada permukaan karies dentin. Apabila semua karies dentin telah disingkirkan, permukaan kavitas akan terlihat seperti permukaan kavitas setelah pengeboran.16

Gambar 10 . Cara kerja instrumen Carisolv.16 Ujung tip instrumen dengan

tepi yang tajam dan sudut pemotong yang tumpul. Alat ini dapat mengkontrol kedalaman ketika operator mengerok karies dentin yang telah dilunakkan oleh gel Carisolv.

Instrumen dengan ujung yang lebih tajam didesain untuk mengerok pada jaringan gigi tetapi sulit untuk mengkontrol kedalaman.

Mata bur atau ekskavator berujung bulat yang aus meluncur diatas permukaan karies dentin tetapi gerakan pengerokkan tidak berhasil.


(37)

Instrumen 1 (extra bend ; bintang 3, flat 0) Digunakan terutama pada mahkota dan area yang sulit diakses.

Instrumen 2 (Multistar, bintang 3)

Instrumen dasar untuk mengaplikasikan gel dan menyingkirkan karies. Ujung yang multistar memudahkan penetrasi bahan. Apabila mendekati dentin yang sehat, gunakan ujung berbentuk bintang.

Instrumen 3 (bintang 2, star 1)

Untuk menyingkirkan karies dengan kavitas yang kecil contohnya karies pada akar .

Intrumen 4 (flat 3, flat 2)

Digunakan bila mendekati pulpa dan menyingkirkan karies dentin lunak dari kavitas.

Instrumen 5 (flat 1, flat 0)

Digunakan untuk meyingkirkan karies pada

dentinoenamel junction (DEJ).

3.4.3 Papacarie

Gel papain diaplikasikan selama 30 hingga 60 detik, penyingkiran karies dentin dengan ekskavator berujung tumpul dengan gerakan mengayun seperti pendulum. Bagi karies dentin yang akut, gel diaplikasikan selama 30 detik dan untuk karies dentin yang kronis selama 40 hingga 60 detik. Jaringan lunak diekskavasi dengan cara pengerokkan, gel papain dapat diaplikasikan kembali jika dibutuhkan. Kavitas tidak perlu dibilas diantara aplikasi. Untuk memastikan kavitas sudah bebas dari karies, aplikasikan 2% asam pendeteksi karies berwarna merah. Terlihat adanya


(38)

Gambar 12. Menunjukkan prosedur Chemo Mechanical Caries Removal . dari kiri atas ke kanan: karies dentin diakses dengan menggunakankan alat bor, seterusnya diaplikasikan gel, dan di kerok dengan menggunakan ekskavator khusus, prosedur ini diulang sehingga semua jaringan karies dentin terangkat.19

Gambar 13. Prosedur Preparasi kimia mekanis. (A) menunjukkan karies dentin pada oklusal gigi molar. (B) Saat gigi diaplikasikan dengan Papacarie. (C). Penggerokkan dengan ekskavator khusus. (D) Preparasi kavitas selesai. (E) Penambalan dengan bahan adhesif.22

A B C


(39)

BAB 4

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PREPARASI SECARA KIMIA-MEKANIS

Preparasi kimia-mekanis bukan menggantikan alat bor untuk penyingkiran jaringan karies tetapi dapat menjadi alternatif pada beberapa kasus terutama apabila merawat pasien anak yang cemas, takut dan alergi.23

Keuntungan

Metode perawatan karies kimia-mekanis dikatakan lebih nyaman bila dibandingkan dengan pengeboran karena menggunakan instrumen tangan untuk membuang karies yang telah dilunakkan. Instrumen ini didisain khusus untuk pengerokkan yang nyaman, dengan ujungnya 90 derajat dan permukaan pemotong yang tidak tajam. Instrumen bekerja lebih dari 2 arah sehingga mengurangi pecahnya dentin dan terbukanya lebih banyak tubulus dentin, dapat diindikasikan pada karies dalam yang mendekati pulpa. Hasil studi dari Irena Balciuniene dkk (2005) telah membuktikan bahwa metode kimia-mekanis adalah efektif dan lebih nyaman bagi pasien dibanding dengan pengeboran atau ekskavasi.23

Suatu hasil penelitian dari C. Chaussain (2003) menunjukkan dari sampel berjumlah 69 orang pasien dengan lesi karies pada 120 buah gigi, menginginkan penggunaan teknik ini dalam penyingkiran karies dentin dibanding pengeboran.


(40)

Penyingkiran dentin yang sehat dapat dihindarkan dan penggunaan anastesi dapat dikurangi.7

Penelitian oleh M.Hannig (1999) menyatakan bahwa bahan kimia-mekanis tidak memberi efek kepada dentin sehat, tidak melarutkan dentin yang demineralisasi dan mempunyai potensi yang terbatas dalam melarutkan dentin lunak secara kimiawi.21

Bahan kimia-mekanis juga tidak menyebabkan inflamasi pada gingiva dan jaringan oral lain bila terpapar bahan tersebut.6 Beberapa peneliti menyatakan setelah perawatan kimia-mekanis, dentin terlihat lebih kasar dan mempunyai konsistensi yang lebih lembut dibanding dentin setelah pengeboran. 6,24

Apabila dilakukan etsa asam pada dentin setelah preparasi dengan metode kimia-mekanis, terlihat jelas jaringan kolagen peritubular dan intertubular, yang dapat mempengaruhi kualitas dari lapisan hybrid yang terbentuk sehingga dapat meningkatkan keberhasilan restorasi adhesif. Meningkatkan bonding dentin-adhesif adalah perlu untuk mendapatkan restorasi yang tahan lama dan mengurangi komplikasi pasca perawatan. Kualitas bonding dari sistem adhesif modern tidak terganggu oleh bahan kimia-mekanis, beberapa laporan yang mengatakan, dentin yang dipreparasi dengan kimia-mekanis mempunyai kekuatan bonding yang lebih tinggi dibanding pengeboran.6 Penelitian oleh Qasim A S. dkk, mengatakan bahwa bahan kimia-mekanis juga tidak mengganggu kekerasan mikro dari dentin yang sehat secara signifikan.24 Metode ini lebih efisien menyingkirkan Streptococcus mutans dibanding metode ART yang diteliti oleh Gisele Q.T (2004).25


(41)

Kerugian

Dalam beberapa studi sebelumnya, banyak pasien yang mempunyai keluhan terhadap bau dan rasa bahan kimia-mekanis yang tidak enak. Penggunaan anastesi sebelum melakukan preparasi dengan metode kimia mekanis memerlukan waktu yang lebih lama berbanding pengeboran atau ekskavasi tanpa anastesi ini tergantung pada penggunaan anastesi pada pengeboran karena teknik pengeboran mengambil masa 5-10 menit lebih lama jika menggunakan anastesi.23

Beberapa studi menyatakan bahwa metode ini tidak dapat menghindari penggunaan alat bor untuk mengakses karies dentin, sehingga dapat memperlambat waktu perawatan apabila dibandingkan dengan pengeboran biasa. Pada karies ukuran 1 dan 2 memerlukan waktu perawatan yang lebih lama karena kurangnya visibilitas dan akses sehingga memerlukan pengeboran. Oleh karena itu metode ini kurang berhasil pada karies ukuran 1 dan 2, walaupun waktu perawatan masih dapat diterima.7 Metode kimia-mekanis mempunyai keberhasilan dan keefisienan yang rendah apabila merawat karies yang kecil dengan akses yang kurang.23


(42)

BAB 5 KESIMPULAN

Karies pada gigi anak harus ditambal, preparasi kavitas perlu untuk menyingkiran jaringan karies. Pada awalnya penyingkiran karies menggunakan hand drill atau alat bor. Namun, alat ini akan menyebabkan kenyamanan anak terganggu karena bunyi yang ditimbulkannya dan juga panas yang dapat membahayakan vitalitas pulpa serta pembuangan jaringan gigi yang sehat secara berlebihan.

Metode preparasi kavitas secara kimia mekanis bukanlah metode yang dapat menggantikan alat bor dalam menyingkirkan jaringan karies. Timbulnya metode ini karena adanya hambatan pada metode alternatif lainnya seperti abrasi udara, polising udara, ultrasonik, sonoabrasi, laser, restorasi atraumatik, dan enzim (kimia).

Cara kerja dari metode ini dimulai dengan mengisolasikan gigi yang akan dirawat, kemudian bahan kimia-mekanis diaplikasikan pada lesi karies jika dapat diakses. Jika kavitas tidak dapat diakses maka penggunaan alat bor diperlukan. Selepas beberapa menit pengaplikasian, bahan tersebut dikerok dari kavitas bersama dengan jaringan karies dentin yang sudah dilunakkan. Kavitas dievaluasi, jika masih terdapat jaringan yang belum tersingkirkan, bahan kimia-mekanis diaplikasikan lagi dan diantara pengaplikasian tidak perlu dibilas. Setelah semua jaringan karies tersingkirkan, kavitas diisi dengan bahan pengisi yang sesuai.


(43)

Keuntungan dari metode ini adalah memerlukan waktu yang singkat berbanding dengan metode lainnya untuk karies berukuran 3 dan 4, dikatakan nyaman dibanding dengan pengeboran atau ekskavasi serta dapat diindikasikan pada karies dalam yang mendekati pulpa sehingga dapat mengurangi rasa penggunaan anatesi. Bahan kimia yang digunakan didalam metode ini juga tidak memberi efek kepada jaringan lunak mulut.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 1990 :1,8-12,36-48.

2. Sondang P, T. Hamada. Menuju gigi & mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 2,4,70-73.

3. Angus C, Richard P, eds. Handbook of pediatric dentistry: 3rd edition. Australi: Mosby 2008: 9-37, 71-93.

4. Richard R, Monty S Duggal, Marie T H, eds. Pediatric Dentistry: 3rd Edition New York: Oxford University Press, 2005: 30, 149-199.

5. Steffen M. An introduction to minimum intervention dentistry. Singapore Den J 2005; 27(1): 1-6.

6. Elkholany NR, Abdellaziz KM. Chemo-mechanical method: a valueable alternative for caries removal. J Minm Interv Dent 2009;2(4) : 248-60.

7. C. Chaussain M dkk. Clinical evaluation of the Carisolv chemomechanical caries removal technique according to the site/stage concept, a revised caries classification. Clin Oral Invest 2003; 7: 32-37.

8. J. A. Beely. Chemomechanical caries removal : a review of the techniques and latest developments. Br Den J 2000; 188(8): 427-30.

9. Graham J. Mount. Minimal intervention dentistry: cavity classification & preparation. J Minm Intev Dent 2009; 2:150-62.

10. Vivek S. Hedge, Roheet A Khatavkar.A new dimension to conservative dentistry: air abrasion. J Conserv Dent 2010; 13(1) : 4-8.


(45)

11. James Malony. Air abrasion high end technology. Article Niche Content Provider 2010: 2-5

12. Anonymous. ART Atraumatic restoravive treatment.

13. Sterer N, Shavit L. Effect of chemomechanical excavation (CarisolvTM) on residual cariogenic bacteria. J Minm Intev Dent 2008; 1(1): 59-65.

14. Zuhal K, Taskin G, Yucel Y. Clinical evaluation of chemomechanical and mechanical caries removal: status of the restoration at 3, 6, 9 and 12 month. Clin Oral Invest 2007; 11: 69-76.

15. Venna S Pai, Roopa R Nadig. Chemical analysis of dentin surfaces after Carisolv treatment. J Conserv Dent 2009; 12(3): 118-22.

16. M. Ganesh, Dhaval Parikh. Chemomechanical caries removal (CMCR) agents: review and clinical application in primary teeth. J Dent Oral Hyg 2011; 3(3) :34-45.

17. Graham J. Mount, W. Rory Hume. A new cavity classification. Aust Den J 1998; 43(3): 153-59.

18. Solvieg Fure, P Lingstorm. Evaluation of the chemomechanical removal of dentin caries in vivo with a noew modified Carisolv. Clin Oral Invest 2004; 8: 139-44.


(46)

20. Lara J Motta, Manoela D Martins. Aesthetic restoration of decidous anterior teeth after removal of carious tissue with Papacarie. Indian J Dent Res 2009; 20(1): 117-20.

21. M. Hannig. Effect of CarisolvTM solution on sound, demineralized, and denatured dentin – an ultrasturctural investigation. Clin Oral Invest 1999; 3: 155-59.

22. Anonymous. El Papacarie: adios al taladro dental. April 2011).

23. Irene B, Rutu S, Inga J. Chemomechanical caries removal for children. Stomatologija, Baltic Den Maxillofac J 2005; 7: 40-4.

24. Qasim A S, Suliman A A. Evaluation of chemomechanical caries removal (CarisolvTM) using the Vickers hardness test “an in vitro study”. J Minm Intev Dent 2008; 1(2): 113-25.

25. Gisele Q T, Euripedes G O. Camparison of the efficacy of chemomechanical and mechanical methods of caries removal in the reduction of Streptococous mutans and Lactobasillus Sp in carious dentine of primary teeth. J Appl Oral Sci 2005; 13(4): 399-405.


(1)

Kerugian

Dalam beberapa studi sebelumnya, banyak pasien yang mempunyai keluhan terhadap bau dan rasa bahan kimia-mekanis yang tidak enak. Penggunaan anastesi sebelum melakukan preparasi dengan metode kimia mekanis memerlukan waktu yang lebih lama berbanding pengeboran atau ekskavasi tanpa anastesi ini tergantung pada penggunaan anastesi pada pengeboran karena teknik pengeboran mengambil masa 5-10 menit lebih lama jika menggunakan anastesi.23

Beberapa studi menyatakan bahwa metode ini tidak dapat menghindari penggunaan alat bor untuk mengakses karies dentin, sehingga dapat memperlambat waktu perawatan apabila dibandingkan dengan pengeboran biasa. Pada karies ukuran 1 dan 2 memerlukan waktu perawatan yang lebih lama karena kurangnya visibilitas dan akses sehingga memerlukan pengeboran. Oleh karena itu metode ini kurang berhasil pada karies ukuran 1 dan 2, walaupun waktu perawatan masih dapat diterima.7 Metode kimia-mekanis mempunyai keberhasilan dan keefisienan yang rendah apabila merawat karies yang kecil dengan akses yang kurang.23


(2)

BAB 5 KESIMPULAN

Karies pada gigi anak harus ditambal, preparasi kavitas perlu untuk menyingkiran jaringan karies. Pada awalnya penyingkiran karies menggunakan hand

drill atau alat bor. Namun, alat ini akan menyebabkan kenyamanan anak terganggu

karena bunyi yang ditimbulkannya dan juga panas yang dapat membahayakan vitalitas pulpa serta pembuangan jaringan gigi yang sehat secara berlebihan.

Metode preparasi kavitas secara kimia mekanis bukanlah metode yang dapat menggantikan alat bor dalam menyingkirkan jaringan karies. Timbulnya metode ini karena adanya hambatan pada metode alternatif lainnya seperti abrasi udara, polising udara, ultrasonik, sonoabrasi, laser, restorasi atraumatik, dan enzim (kimia).

Cara kerja dari metode ini dimulai dengan mengisolasikan gigi yang akan dirawat, kemudian bahan kimia-mekanis diaplikasikan pada lesi karies jika dapat diakses. Jika kavitas tidak dapat diakses maka penggunaan alat bor diperlukan. Selepas beberapa menit pengaplikasian, bahan tersebut dikerok dari kavitas bersama dengan jaringan karies dentin yang sudah dilunakkan. Kavitas dievaluasi, jika masih terdapat jaringan yang belum tersingkirkan, bahan kimia-mekanis diaplikasikan lagi dan diantara pengaplikasian tidak perlu dibilas. Setelah semua jaringan karies tersingkirkan, kavitas diisi dengan bahan pengisi yang sesuai.


(3)

Keuntungan dari metode ini adalah memerlukan waktu yang singkat berbanding dengan metode lainnya untuk karies berukuran 3 dan 4, dikatakan nyaman dibanding dengan pengeboran atau ekskavasi serta dapat diindikasikan pada karies dalam yang mendekati pulpa sehingga dapat mengurangi rasa penggunaan anatesi. Bahan kimia yang digunakan didalam metode ini juga tidak memberi efek kepada jaringan lunak mulut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 1990 :1,8-12,36-48.

2. Sondang P, T. Hamada. Menuju gigi & mulut sehat: pencegahan dan

pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 2,4,70-73.

3. Angus C, Richard P, eds. Handbook of pediatric dentistry: 3rd edition. Australi: Mosby 2008: 9-37, 71-93.

4. Richard R, Monty S Duggal, Marie T H, eds. Pediatric Dentistry: 3rd Edition New York: Oxford University Press, 2005: 30, 149-199.

5. Steffen M. An introduction to minimum intervention dentistry. Singapore Den J 2005; 27(1): 1-6.

6. Elkholany NR, Abdellaziz KM. Chemo-mechanical method: a valueable

alternative for caries removal. J Minm Interv Dent 2009;2(4) : 248-60.

7. C. Chaussain M dkk. Clinical evaluation of the Carisolv chemomechanical

caries removal technique according to the site/stage concept, a revised caries classification. Clin Oral Invest 2003; 7: 32-37.

8. J. A. Beely. Chemomechanical caries removal : a review of the techniques and

latest developments. Br Den J 2000; 188(8): 427-30.

9. Graham J. Mount. Minimal intervention dentistry: cavity classification &

preparation. J Minm Intev Dent 2009; 2:150-62.

10. Vivek S. Hedge, Roheet A Khatavkar.A new dimension to conservative dentistry:


(5)

11. James Malony. Air abrasion high end technology. Article Niche Content Provider 2010: 2-5

12. Anonymous. ART Atraumatic restoravive treatment.

13. Sterer N, Shavit L. Effect of chemomechanical excavation (CarisolvTM) on residual cariogenic bacteria. J Minm Intev Dent 2008; 1(1): 59-65.

14. Zuhal K, Taskin G, Yucel Y. Clinical evaluation of chemomechanical and

mechanical caries removal: status of the restoration at 3, 6, 9 and 12 month.

Clin Oral Invest 2007; 11: 69-76.

15. Venna S Pai, Roopa R Nadig. Chemical analysis of dentin surfaces after

Carisolv treatment. J Conserv Dent 2009; 12(3): 118-22.

16. M. Ganesh, Dhaval Parikh. Chemomechanical caries removal (CMCR) agents:

review and clinical application in primary teeth. J Dent Oral Hyg 2011; 3(3)

:34-45.

17. Graham J. Mount, W. Rory Hume. A new cavity classification. Aust Den J 1998; 43(3): 153-59.

18. Solvieg Fure, P Lingstorm. Evaluation of the chemomechanical removal of

dentin caries in vivo with a noew modified Carisolv. Clin Oral Invest 2004; 8:

139-44.

19. Andrew M. Brostek, Andrew J. Bochenek. Minimally invasive operative


(6)

20. Lara J Motta, Manoela D Martins. Aesthetic restoration of decidous anterior

teeth after removal of carious tissue with Papacarie. Indian J Dent Res 2009;

20(1): 117-20.

21. M. Hannig. Effect of CarisolvTM solution on sound, demineralized, and denatured dentin – an ultrasturctural investigation. Clin Oral Invest 1999; 3: 155-59.

22. Anonymous. El Papacarie: adios al taladro dental. April 2011).

23. Irene B, Rutu S, Inga J. Chemomechanical caries removal for children. Stomatologija, Baltic Den Maxillofac J 2005; 7: 40-4.

24. Qasim A S, Suliman A A. Evaluation of chemomechanical caries removal

(CarisolvTM) using the Vickers hardness test “an in vitro study”. J Minm Intev

Dent 2008; 1(2): 113-25.

25. Gisele Q T, Euripedes G O. Camparison of the efficacy of chemomechanical and

mechanical methods of caries removal in the reduction of Streptococous mutans and Lactobasillus Sp in carious dentine of primary teeth. J Appl Oral Sci 2005;