BAB 1 PENDAHULUAN
Karies merupakan suatu penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi pit, fisur dan daerah interproksimal
meluas ke arah pulpa.
1,2
Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi oleh bakteri pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.
Menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan apikal dan menimbulkan rasa nyeri.
2
Karies masih merupakan masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Data dari Bank WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa rata-rata
pengalaman karies DMFT pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 2001 menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif
pada penduduk umur 10 tahun ke atas adalah 71,20. Berdasarkan jumlah tersebut 52,3 penduduk belum pernah dirawat. Indeks DMF-T mencapai rata-rata 5,23 ini
berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorangan adalah lebih dari 5 gigi.
2
Besarnya angka karies pada anak menunjukkan besarnya kebutuhan penambalan. Gigi anak terutama gigi sulung memerlukan perawatan yang baik karena
gigi sulung merupakan penuntun bagi gigi penggantinya sehingga dokter gigi mempunyai sejumlah tantangan yang signifikan dalam menangani karies gigi pada
anak. Tujuan dari setiap perawatan restorasi adalah untuk memperbaiki atau membatasi kerusakan karies gigi, melindungi dan mempertahankan sisa pulpa dan
struktur gigi, mengembalikan fungsi gigi yang adekuat, memulihkan estetika gigi
Universitas Sumatera Utara
bila diperlukan serta memberikan kemudahan dalam menjaga kebersihan mulut yang baik.
3
Pengalaman yang tidak menyenangkan pada kunjungan ke dokter gigi dapat menjadi suatu trauma bagi anak. Pengalaman tersebut seperti rasa sakit waktu
perawatan, sedangkan stimulus yang paling ditakuti adalah melihat jarum suntik atau sensasi akibat suntikan anastesi, serta melihat, mendengar dan merasakan alat bor.
4
36
32 22
5 5
Pengeboran Injeksi
bunyi alat bor posisi horizontal ketika dirawat
Tidak dapat berbicara
Penelitian oleh S.Mickenautsh 2005, hampir 90 dari 118 orang responden yang dipilih secara acak tidak menyukai aspek yang terkait dengan perawatan invasif,
seperti pengeboran atau injeksi Gambar 1.
5
Sewaktu dilakukan perawatan, dijumpai perilaku anak yang bervariasi mulai dari yang tidak kooperatif sampai kooperatif.
Sayangnya tidak semua anak mampu bekerjasama ketika perawatan gigi dengan anastesi lokal, mungkin karena faktor usia, cacat fisik atau intelektual.
3,4
Gambar 1. Aspek yang tidak disukai oleh pasien ketika kunjungan ke dokter gigi.
5
Universitas Sumatera Utara
Perawatan karies yang diperkenalkan oleh G.V Black dapat merusak dan membuang struktur jaringan gigi yang sehat secara berlebihan, bahkan semua dentin
yang diskolorasi disingkirkan. Teori terbaru mengatakan inner layer tidak perlu disingkirkan karena dapat mengalami remineralisasi, dan dentin yang mengalami
diskolorasi bukan berarti infeksi. Penggunaan bahan tambalan adhesif seperti Glass Ionomer Cement GIC dengan kelebihannya dapat melepaskan fluor dan mineral
lainnya menyebabkan proses remineralisasi inner layer terjadi.
3
Sehingga pengurangan jaringan gigi yang dipreparasi dapat menambah retensi pada gigi.
4
Untuk mengatasi kekurangan preparasi gigi dengan bor, timbul metode baru seperti metode preparasi kimia mekanis.
6,7
Berdasarkan latar belakang diatas saya tertarik untuk menulis dalam bentuk skripsi, yang akan membahas sejarah dan perkembangan metode preparasi kavitas,
preparasi kavitas gigi secara kimia-mekanis serta keuntungan dan kerugiannya. Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam dalam merawat karies
gigi pada anak.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN METODE