berkembang dalam mendeteksi proses penyakit ini. Telah ditemukan metoda imunologik yang sangat baik dan sederhana untuk diagnosis malaria yaitu
Immunochromatographic Test ICT dan sudah dikenal beberapa tahun
ini.
12,24
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kebutuhan akan suatu metoda untuk diagnosis malaria yang sifatnya mudah, cepat dan sensitif sangatlah
diperlukan. Untuk itu perlu dicoba suatu alat baru yang dikenal dengan nama Parascreen, yaitu suatu metoda
Immunochromatographic Test ICT untuk
mendeteksi Plasmodium falciparum Histidine Rich Protein-II
PfHRP-II. Uji ini lebih cepat, mudah dilakukan dengan peralatan laboratorium yang sederhana
dan praktis untuk pemakaian di lapangan.
1.3. Kerangka Konsep
Penelitian
Parascreen - Sensitivitas
- Spesifisitas - Nilai prediktif
- Akurasi - Prevalensi
- Likelihood ratio Pewarnaan giemsa
Sampel
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas uji tersebut terhadap infeksi P
. falciparum
.
1.5. Hipotesis
Tidak ada perbedaan sensitivitas dan spesifisitas antara pemeriksaan Parascreen
dibandingkan dengan pewarnaan Giemsa.
1.6. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alat diagnostik alternatif dalam menegakkan diagnosis penyakit malaria falciparum
secara cepat dengan metoda sederhana.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria Falciparum
Malaria disebabkan oleh empat spesies protozoa, P
. falciparum yang paling banyak dijumpai di daerah tropis. Morbiditas dan mortalitas terbanyak
disebabkan oleh P. falciparum
terutama pada orang yang tidak imun.
5,10
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 pejamu, yaitu vertebrata dan nyamuk genus
Anopheles . Siklus aseksual di dalam pejamu
vertebrata dikenal sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang
aktif dapat ditularkan kedalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk, kemudian menempati jaringan parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon
stadium eksoeritrositer atau stadium pra-eritrositer. Skizon P. falciparum
dan P. malariae
hanya terjadi satu kali stadium pra-eritrositer sedangkan spesies lain mempunyai hipnozoit bertahun-tahun sehingga suatu saat dapat
aktif dan terjadilah long-term relapse
. Sel hati yang berisi parasit akan pecah dan terjadilah merozoit. Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit stadium
eritrositer, tampak sebagai kromatin kecil dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang mempunyai bentuk cincin, disebut trofozoit. Trofozoit membentuk skizon
muda dan setelah matang, membelah menjadi merozoit. Setelah proses pembelahan eritrosit akan hancur, merozoit, pigmen dan sel sisa akan keluar
dan berada di dalam plasma. Parasit akan difagositosis oleh Reticulo
Endothelial System RES. Plasmodium yang dapat menghindar akan masuk
kembali ke dalam eritrosit lain untuk mengulangi stadium skizogoni. Beberapa merozoit tidak membentuk skizon tetapi memulai dengan bagian gametogoni
yaitu membentuk mikro dan makro gametosit stadium seksual. Siklus tersebut disebut masa tunas intrinsik.
5, 7,25
Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual sporogoni. Sporogoni memerlukan waktu 8-12 hari. Dalam lambung nyamuk, makro dan
mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet. Selanjutnya ookinet akan menembus
dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk ke dalam kelenjar
liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas ekstrinsik.
7,25
P .
falciparum menyerang semua bentuk eritrosit mulai dari retikulosit
sampai eritrosit yang telah matang. Pada kasus berat parasit dapat menyerang sampai 20 eritrosit. Bentuk seksualgametosit muncul dalam
waktu satu minggu dan dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah sembuh.
1,7
Gambar 2. Siklus Hidup Parasit Malaria Sumber : The Malaria lifecycle Image Library CDC, Center for Disease
Control and Prevention, Atlanta
Gambaran klinis malaria terdiri dari 3 stadium yaitu:
1,4
1. Stadium dingin: diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Nadi cepat dan lemah, pucat, muntah dan pada anak
sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam. 2. Stadium demam: penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit
kering seperti terbakar, sakit kepala, mual, muntah, nadi kuat, suhu
badan dapat mencapai 41 C atau lebih. Stadium ini berlangsung 2-12
jam. 3. Stadium berkeringat: penderita berkeringat banyak sekali, suhu badan
menurun cepat, terkadang sampai dibawah normal. Gejala dapat disertai hepatomegali, splenomegali, trombositopeni, anemia. Gejala
neurologis dapat terjadi seperti bingung, diorientasi sampai koma.
2.2. Diagnosis Malaria