Proses Pengambilan Kredit pada Bank SUMUT

2. Proses Pengambilan Kredit pada Bank SUMUT

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan, hal ini merupakan dua fungsi bank yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Fungsi pemberian kredit atau pembiayaan tidak mungkin ada tanpa fungsi penyerahan dana. Berdasarkan kedua fungsi di atas, yaitu penyerahan dana dan penyalur dana maka terlihat adanya hubungan hukum antara bank dan nasabah yaitu : a. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana b. Hubungan hukum antara bank dan nasabah Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpanan dana dituangkan dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan, yang berisikan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum yang harus disetujui oleh nasabah penyimpan dana. Sebaliknya hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur dituangkan dalam perjanjian kredit bank, yang dalam praktek berbentuk suatu perjanjian standard atau perjanjian baku. Analisis kredit ini dilakukan oleh baik selaku pihak kreditur agar tidak terjadi ketimpangan dalam pemberian pinjaman kredit, maksudnya agar tidak terjadi kelebihan pinjaman kredit atau malah kekurangan pinjaman kredit yang mana pemberian pinjaman kredit tersebut adalah bertujuan sebagai penunjang pengembangan usaha debitur. Penerapan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kredit pada Bank SUMUT dalam prakteknya Bank SUMUT selaku kreditur memberikan keleluasaan kepada debiturnya untuk melakukan perikatan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan prinsip-prinsip perbankan secara umum dan tidak melanggar kertertiban umum serta kesusilaan yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat dan juga undang-undang. Setelah terjadinya kesepakatan antara Bank SUMUT selaku kreditur dengan debiturnya barulah dibuat bentuk perjanjian yang dituangkan dalam suatu bentuk akta notarial. Selama ini bank selaku kreditur terkesan egois karena telah menyiapkan suatu formulir pembukaan kredit yang berbentuk kontrak baku atau disebut juga dengan standard contract yang didalamnya berisikan tentang ketentuan-ketentuan yang akan diterapkan dalam perjanjian kredit tersebut, sehingga seakan-akan memberi kesan bahwa bank selaku kreditur tidak memberikan kesempatan kepada debiturnya untuk mengemukakan kehendak-kehendak dan keinginannya untuk diterapkan dalam isi perjanjian kredit. Namun sebenarnya hal ini hanyalah semata-mata untuk mengefisiensikan segala hal yang berhubungan dengan perjanjian kredit yang diharapkan dapat menciptakan suatu keselarasan dan persesuaian kehendak apabila perjanjian tersebut telah disepakati sesuai dengan salah satu asas dalam hukum perjanjian yaitu asas konsensualisme yang tertuan di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. 45 Perjanjian kredit ini akan menimbulkan dan kewajiban antara para pihak. Pihak bank sebagai penyalur dana bertindak sebagai kreditur dan nasabah sebagai penerima dana bertindak sebagai debitur berdasarkan perjanjian kontrak yang telah disepakati. 45 Hasil Wawancara dengan Staf Bidang Pemasaran Kredit dan Dana pada PT. Bank SUMUT Cabang Utama Medan. Pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan antara pihak bank dengan nasabah debitur untuk mampu dan mau membayar kredit tersebut dan melaksanakan kewajiban lainnya. Bank mempunyai kewajiban menjaga rahasia keadaan rekening, nasabah dan juga tentang semua informasi yang berasal dari rekening tersebut. Sebelum memberikan pinjaman kredit kepada nasabah debitur pihak Bank SUMUT melakukan beberapa hal antara lain : a. Bank SUMUT mencari data tentang siapa dan bagaimana orang yang ingin mengadakan peminjaman kredit. Apakah orang itu jujur dan dapat dipercaya, sebab ini menyangkut kepada pengembalian kredit. b. Mencari tahu tentang apa tujuan untuk keperluan kredit yang diajukan. c. Dimana lokasi usaha yang didirikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut memang benar ada atau hanya untuk mengelabui pihak bank. d. Melihat bagaimana prospek dari bidang usaha dan kegiatan usaha si peminjam. Permohonan kredit tersebut memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain : a. Mengisi formulir permohonan kredit b. Fotocopy KTP pemohon dan suamiistri c. Fotocopy buku nikah d. Fotocopy kartu keluarga e. Paspoto ukuran 4 x 6 suamiistri, masing-masing 1 lbr. f. Fotocopy surat tanah SHMSHGB. Apabila surat tanah masih Akte Camat harus disertakan surat keterangan tidak silang sengketa dan asal usul surat tersebut harus lengkap. a. Fotocopy bukti pembayaran PBB tahun terakhirberjalan b. Surat keterangan usaha dari kelurahan c. Data keuangan dan rencana penggunaan kredit. Untuk pinjaman di atas Rp. 50.000.000,- turut disertakan : a. Fotocopy NPWP pribadiperusahaan b. Fotocopy SIUP c. Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan d. Fotocopy Izin Gangguan Ho 46 Jika persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Bank SUMUT, maka kredit dapat diajukan dengan melalui beberapa tahapan yang telah ditentukan, yaitu : a. Tahap Permohonan Pada tahap ini nasabah datang untuk mengajukan permohonan kredit. Setelah itu calon nasabah diminta untuk : 1 Mengisi formulir surat permohonan kredit yang dilengkapi izin-izin perusahaan. 2 Akta pendirian usaha 46 Hasil Wawancara dengan Staf PT. Bank SUMUT Cabang Utama Medan 3 Realisasi usaha 4 Studi kelayakan 5 Jaminan yang ditawarkan b. Tahap wawancara Maksud dari tahap ini adalah pembicaraan antara bank dengan nasabah debitur, dalam rangka pengumpulan informasi tambahan yang diperlukan untuk mempermudah pihak bank dalam mempertimbangkan permohonannya. Sedangkan tujuan dari pada wawancara tersebut adalah : 1 Memberikan penjelasan kepada nasabah yang meminta informasi. 2 Mendalami permohonan nasabah 3 Mengikuti perkembangan atas kredit yang telah diberikan serta ikut memecahkan masalah-masalah nasabah. Hal ini hanya berlaku bila nasabah sebelumnya sudah pernah menikmati kredit atau dalam rangka pinjaman kredit. c. Tahap pemeriksaan tempat Pemeriksaan ke tempat dilakukan untuk meyakinkan kebenaran data yang disampaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Biasanya dalam tahap ini bank melakukan pemeriksaan terhadap bukukartu persediaan, buku pembelian dan catatan lainnya yang terpenting serta keadaan fisik proyek yang dibiayai, jaminan utama dan jaminan tambahan. d. Tahap evaluasi Penelitian atas permohonan kredit meliputi : 1 Maksud dan tujuan penggunaan kredit 2 Objek yang akan dibiayai dengan kredit. 3 Aspek hukum si pemohon kredit 4 Aspek manajemen 5 Aspek pemasaran 6 Asepek teknis dan produksi 7 Aspek keuangan dan administrasi 8 Aspek jaminan e. Tahap negosiasi Tahap yang diperoleh dari evaluasi kemudian dibicarakan dengan nasabah mengenai jumlah kredit yang dapat diberikan dan persyaratan yang harus dipenuhi. f. Tahap keputusan kredit Dari hasil semua tahap-tahap di atas kemudian diputuskan apakah pemberian kredit disetujui atau tidak. Apabila kredit disetujui maka nasabah akan dihubungi atas hasil yang diputuskan serta diajukan syarat- syarat yang harus dipenuhi, apabila sudah dapat disepakati barulah diambil keputusan pemberian kredit serta penentuan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua belah pihak. g. Tahap pembukaan rekening Calon nasabah diwajibkan untuk mengisi dan menandatangani danamon sebagai berikut : 1 Permohonan membuka rekening yang dilengkapi dengan data dan tanda tangan nasabah. 2 Kartu pengenal nasabah. Setelah diberi nomor rekening dokumen ini ditandatangani oleh direktur sebagai tanda persetujuan. h. Tahap dokumen Bila ketentuan-ketentuan dan persyaratan telah diterima dan surat pemberitahuan pencairan kredit telah dibuat maka dilakukan dokumentasi berupa : 1 Pembuatan akta perjanjian kredit 2 Pemungutan bea materai 3 Pengikatan jaminan pada notaris 4 Pencatatan pada kartu obligasi kartu pencatatan dan pelunasan kredit. i. Pencairan kredit Sebelum dilakukan pencairan diadakan pengecekan kembali terhadap persyaratan-persyaratan yang diminta apakah telah dipenuhinya oleh nasabah. Setelah semuanya terpenuhi, baru pencairan didroping ke rekening nasabah yang sudah dibuka di bank tersebut. Dalam menentukan kebijaksanaan pemberian kredit pada nasabah pihak Bank SUMUT memberikan jumlah ataupun batasan tertentu yang lebih dikenal dengan platfond kredit. Platfon ini merupakan jumlah maksimum kredit yang diberikan kepada para nasabah pada tiap tahun. Perjanjian jaminan Hak Tanggungan merupakan ikutan atau tambahan dari perjanjian utang piutang atau perjanjian lainnya yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang, yang merupakan perjanjian pokok atau pendahuluannya. Dengan kata lain, perjanjian jaminan Hak Tanggungan merupakan perjanjian accessoir dari suatu perihatan sebelumnya, yaitu perjanjian utang piutang, perjanjian kredit, atau perjanjian lainnya yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang. Hak Tanggungan dimungkinkan dapat menjamin lebih dari satu utang, baik berdasarkan satu perjanjian utang piutang termasuk secara sindikasi atau dengan beberapa perjanjian utang piutang. 1 Tahap-tahap Pemberian Pembebanan Hak Tanggungan Pemberian Hak Tanggungan adalah perjanjian kebendaan yang terdiri dari rangkaian perbuatan hukum dari Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT sampai dilakukan pendaftaran dengan mendapatkan sertifikat Hak Tanggungan dari Kantor Pertanahan. Rangkaian perbuatan hukum Pemberian atau Pembebanan Hak Tanggungan memerlukan beberapa tahapan sebagai berikut : a Tahap pertama Membuat perjanjian kredit : Tahap pertama ini didahului dengan dibuatnya perjanjian pokok berupa perjanjian kredit atau perjanjian pinjam meminjam uang antara kreditur dengan debitur. Hal ini sesuai sifat accessoir dari Hak Tanggungan yang pemberiannya haruslah merupakan ikutan dari perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit atau perjanjian utang atau perjanjian lain yang menimbulkan utang. Pasal 10 ayat 1 UUHT mengatakan bahwa pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. Dalam perjanjian kredit, baru berupa janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu sedangkan perjanjian pemberian Hak Tanggungan akan dilakukan dengan akta tersendiri yang disebut Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. b Tahap Kedua Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT : Tahap kedua berupa Pemberian Hak Tanggungan yang ditandai dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT dibuat oleh PPAT yang ditandatangani kreditur sebagai penerima Hak Tanggungan dan pemilik hak atas tanah yang dijaminkan debitur atau pemilik jaminan tetapi bukan debitur. Bentuk Akta Pembebanan Hak Tanggungan adalah akta otentik yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT. Akta APHT merupakan bentuk standard yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN yang dipergunakan oleh PPAT. Pasal 10 ayat 2 UUHT menegaskan Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam prakteknya pada Bank SUMUT, pemberian Hak Tanggungan yang ditandai dengan pembuatan APHT ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : 1. Penandatanganan APHT dilakukan oleh pemilik jaminan bersamaan dengan penandatanganan perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok. 2. Dengan membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT c Tahap Ketiga Pendaftaran APHT di Kantor Pertanahan Pada tahap ketiga ini ditandai dengan pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT ke Kantor Pertanahan setempat. Hal ini sesuai Pasal 13 ayat 1 UUHT yang menegaskan pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Setelah Kantor Pertanahan menerima pendaftaran dari PPAT dalam waktu 7 hari setelah APHT ditandatangani, maka Kantor Pertanahan membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Sebagai tanda bukti bahwa Akta Pembebanan Hak Tanggungan telah didaftar di Kantor Pertanahan, yang membuktikan adanya Hak Tanggungan maka Kantor Pertanahan akan menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan diberikan kepada kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan adalah salinan APHT dan salinan buku tanah Hak Tanggungan yang dijahit menjadi satu. Dengan demikian kalau meneliti Sertifikat Hak Tanggungan nampak sama dengan isi APHT karena petikan APHT merupakan bagian dari Sertifikat Hak Tanggungan. Dari Pasal 13 UUHT tersebut dapat disimpulkan bahwa yang didaftarkan ke Kantor Pertanahan yaitu Akta Pemberian Hak Tanggungan yang disertai sertifikat tanah dan surat lainnya sebagai bukti obyek Hak Tanggungan dan identitas dari pihak-pihak kreditur dan debiturpemilik jaminan. Dari tahap-tahap proses pembebanan Hak Tanggungan akan lahirlah beberapa akta atau dokumen yang diperlukan bagi kreditur jika kemudian hari akan melakukan eksekusi Hak Tanggungan yaitu : 1 Perjanjian kreditperjanjian hutang 2 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT. Akta ini diperlukan jika pemberi Hak Tanggungan menguasakan kepada kreditur untuk membebankan Hak Tanggungan. Tetapi jika pemberi Hak Tanggungan langsung memberikan Hak Tanggungan dengan menandatangani APHT maka SKMHT tidak diperlukan. Jadi SKMHT tidak harus ada. 3 Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT 4 Sertifikat Hak Tanggungan 5 Sertifikat hak atas tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan 2 Lahirnya Hak Tanggungan Hak Tanggungan dinyatakan lahir pada tanggal buku tanah Hak Tanggungan yaitu pada hari ketujuh setelah Kantor Pertanahan menerima secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran dan jika hari ketujuh jatuh pada hari libur buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya. Hari dan tanggal lahirnya Hak Tanggungan menandai atau membuktikan lahirnya hak preferent atau hak diutamakan bagi kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan sehingga kreditur yang memegang Hak Tanggungan memiliki kedudukan yang diutamakan atas jaminan yang dipegangnya. Kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan yang telah memiliki hak preferent tidak perlu khawatir pemilik jaminan akan mengalihkannya seperti menjual, menyewakan, menjaminkan kembali atau disita pihak lain atas jaminan tersebut karena undang-undang memberikan perlindungan dan kekuatan hukum bagi pemegang Hak Tanggungan yang memberikan hak preferent. Pada saat kreditur membebankan Hak Tanggungan, kreditur harus mengemukakan kepada PPAT yang membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan agar nilai Hak Tanggungan yang ditetapkan kreditur dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan. Penetapan besarnya nilai Hak Tanggungan pada umumnya lebih tinggi dari jumlah hutang pokok yang tercantum dalam perjanjian kredit. Pencantuman nilai Hak Tanggungan yang lebih tinggi dari jumlah hutang pokok karena dalam menentukan nilai Hak Tanggungan kreditur memperhitungkan jumlah hutang pokok, ditambah besarnya bunga selama jangka waktu kredit dan biaya lain yang dikeluarkan kreditur. Sebagai tanda bukti ada atau lahirnya Hak Tanggungan, Kantor Pertanahan setempat menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 14 ayat 1 UUHT. Dengan kata lain, Sertifikat Hak Tanggungan merupakan bukti ada atau lahirnya Hak Tanggungan, yang kelahirannya ditentukan pada saat pendaftaran benda yang menjadi objek Hak Tanggungan tersebut dalam buku tanah Hak Tanggungan. Menurut ketentuan dalam Pasal 14 ayat 2 dan ayat 3 UUHT, bahwa Sertifikat Hak Tanggungan dimaksud memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah.

3. Proses Pengawasan Kredit

Dokumen yang terkait

Kebendaan Sebagai Jaminan Hak Tanggungan Pada Perjanjian Kredit Yang Bermasalah Di PT. Bank Sumut Cabang Utama

0 84 88

Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Dan Upaya Penyelesaian Kredit Macet Atas Jaminan Hak Tanggungan (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk Cabang Kabanjahe)

1 63 129

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PD. BPR BANK SLEMAN

0 3 116

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Study Kasus Di Bpr Bank Boyolali).

0 1 14

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 7

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 1

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 16

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 2 32

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 3