Konsepsi Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut

Berdasarkan pengertian kredit seperti yang tersebut di atas maka Thomas Suryapto dalam buku M.Djumhana menyatakan “ada unsur-unsur dari kredit”, yaitu : a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Dengan adanya resiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit. d. Prestasi, yaitu yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa, atau uang. 16

2. Konsepsi

Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut definisi operasional operational definition. 17 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. 18 16 M.Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. III Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.370-371. 17 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993, hlm. 10 18 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Liberty, 2003, hlm.3. Dalam hal ini untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman tentang penelitian ini, maka perlu didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini : Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum. Perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang isinya telah disusun oleh bank secara sepihak dalam bentuk baku mengenai kredit yang memuat hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur. 19 Kreditur adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang berpiutang dalam suatu hubungan hutang piutang tertentu. Debitur adalah orang atau badan usaha yang berhutang kepada kreditur dalam suatu hubungan hutang piutang tertentu. Hutang adalah kewajiban debitur yang harus dibayar kepada kreditur dalam bentuk mata uang atau lainnya sebagai akibat perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan. Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran. 20 Jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditur yang berupaya guna untuk menimbulkan keyakinan kepada kreditur bahwa 19 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia : Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung : PT. Alumni, 2006, hlm.19-20. 20 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.42 Tahun 1999, tentang Jaminan Fidusia. debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 21 Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur terhadap kreditur-kreditur lain. 22 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 23 Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet. 24 Kredit macet adalah kemampuan membayar terhadap tunggakan yang telah melampaui 270 hari yang disebabkan sesuatu hal atau akibat kelalaian. 21 Haertono Hadi Soeprapto, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Yogyakarta : Liberty, 1984, hlm.50. 22 Pasal 1 ayat 1 UUHT No.4 Tahun 1996, tentang Hak Tanggungan 23 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 24 H.R.Daeng Maja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2005, hlm.175 Wanprestasi adalah si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri. Ialah jika ia menetapkan, bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. 25

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang memaparkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta atau individu, kelompok atau keadaan dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi, untuk mengetahui secara mendalam dan menganalisa pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan sebagai upaya penyelesaian sengketa dalam hal debitur wanprestasi pada Bank SUMUT. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis empirisyuridis sosiologis. Penelitian didasarkan pada data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan, dengan didukung oleh penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. 26 25 Pasal 1328 KUH Perdata 26 Ronitijo Soemitro, Methodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Semarang : Ghalatia Indonesia, 1998, hlm.11. 2. Lokasi Penelitian Sesuai dengan judul tesis, maka penelitian ini dilakukan pada Bank SUMUT Cabang Utama Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena Bank SUMUT merupakan Bank Daerah di Sumatera Utara yang merupakan Bank yang cukup sehat, dimana khususnya masyarakat Sumatera Utara yang pada umumnya mempunyai usaha memperoleh dana yang bersumber melalui kredit bank, yang sebagian besar menggunakan hak tanggungan. 3. Sumber Data Penelitian a. Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara terhadap narasumber. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan, khususnya pada Bank SUMUT. b. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan. Pengumpulan data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. 4. Alat Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil yang objektif, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui : Terhadap data primer, dilakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang ada kaitannya terhadap permasalahan yang diteliti, dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai alat pengumpulan data. Terhadap data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen, yaitu dengan menghimpun data yang berasal dari kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, buku-bukuliteratur, dan karya ilmiah seperti makalah, majalah-majalah, dan segala tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Analisis Data Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu penelitian untuk memerikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Seluruh data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan dan pustaka diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis. Dari data primer dan data sekunder yang telah diperoleh sebagai sumber dalam penyusunan tesis ini kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya yang kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan. Sedangkan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan memilih data yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya di lapangan.

BAB II PROSES PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN

JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA BANK SUMUT A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya. Oleh karena itu hendaknya setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Sehubungan dengan perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata memberikan defenisi sebagai berikut : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Menurut R.Setiawan, definisi tersebut kurang lengkap, karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja dan juga sangat luas karena dengan dipergunakannya perkataan “perbuatan” tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Beliau memberikan definisi tersebut sebagai berikut perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum, menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam Pasal 1313 KUH Perdata. 27 27 R.Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1994, hlm. 49. Syari Ramadhani : P e l a k s a n a a n P e r j a n j i a n Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut, 2009 Sehingga menurut beliau perumusannya menjadi perjanjian adalah suatu perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Menurut Rutten, rumusan perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata tersebut terlalu luas dan mengandung beberapa kelemahan. 28 R. Subekti yang menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini timbul suatu hubungan perikatan. 29 Perjanjian adalah merupakan bagian dari perikatan, jadi perjanjian adalah merupakan sumber dari perikatan dan perikatan itu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada perjanjian. Mengenai perikatan itu sendiri diatur dalam buku III KUH Perdata, sebagaimana diketahui bahwa suatu perikatan bersumber dari perjanjian dari undang-undang. Oleh karena itu bahwa perjanjian itu adalah sama artinya dengan kontrak. Selanjutnya definisi berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sebenarnya tidak lengkap, karena hanya mengatur perjanjian sepihak dan juga sangat luas karena istilah perbuatan yang dipakai akan mencakup juga perbuatan melawan hukum. 30 28 Purwahid Patrik. Dasar-dasar Hukum Perikatan Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian dan dari Undang-undang, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 46 29 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987, hlm. 1 30 R. Setiawan, Op.Cit, hlm.49 Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh para sarjana hukum perdata, pada umumnya menganggap definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata itu tidak lengkap dan terlalu luas. Menurut R.Wirjono Prodjodikoro mengartikan perjanjian sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara kedua belah pihak, dalam mana satu pihak berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu. 31 Sedang menurut Abdul Kadir Muhammad merumuskan kembali definisi Pasal 1313 KUH Perdata sebagai berikut, bahwa yang disebut perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 32

2. Unsur-unsur Perjanjian

Dokumen yang terkait

Kebendaan Sebagai Jaminan Hak Tanggungan Pada Perjanjian Kredit Yang Bermasalah Di PT. Bank Sumut Cabang Utama

0 84 88

Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Dan Upaya Penyelesaian Kredit Macet Atas Jaminan Hak Tanggungan (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk Cabang Kabanjahe)

1 63 129

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PD. BPR BANK SLEMAN

0 3 116

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Study Kasus Di Bpr Bank Boyolali).

0 1 14

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 7

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 1

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 16

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 2 32

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 3