saat pendaftaran benda yang menjadi objek Hak Tanggungan tersebut dalam buku tanah Hak Tanggungan. Menurut ketentuan dalam Pasal
14 ayat 2 dan ayat 3 UUHT, bahwa Sertifikat Hak Tanggungan dimaksud memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti
grosse acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah.
3. Proses Pengawasan Kredit
Tujuan utama pengawasan kredit adalah mencegah sedini mungkin timbulnya praktek pemberian kredit yang tidak sehat, merosotnya mutu kredit
yang diberikan dan hal-hal lain yang dapat merugikan bank. Oleh karena dalam sebagian besar kejadian praktek pemberian kredit yang tidak sehat
adalah hasil kolusi antara debitur dan para pejabat bank, maka walaupun setiap bank yang dikelola secara profesional akan menjauhkan diri dari sikap
berprasangka buruk terhadap karyawannya, namun mau tidak mau semua pejabat bank yang tugasnya berkaitan dengan penyaluran kredit akan menjadi
salah satu obyek utama pengawasan kredit. Obyek utama kedua pengawasan kredit adalah para debitur, termasuk debitur yang terkait dengan bank dan
debitur besar. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan kepada debitur atau sekelompok debitur, harus semakin intensif pengawasan kredit dilakukan.
Dokumen dan administrasi kredit merupakan salah satu bahan masukan penting bagi bank untuk melakukan pengawasan kredit. Oleh karena
itu, agar bank dapat melakukan pengawasan kredit secara efektif, mereka harus membina dokumentasi dan administrasi kredit yang sehat. Disamping
harus memiliki satu arsip dokumen kredit yang lengkap dan absah, setiap portofolio kredit harus diadministrasikan secara benar, tertib, lengkap dan
akurat, sehingga disamping dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan debitur dan kredit, juga
mengandung unsur pengendalian intern. Seperti halnya bagian pengawasan kredit, agar dapat berjalan secara
efektif, kegiatan dokumentasi dan administrasi kredit harus dikerjakan oleh satu unit atau bagian tersendiri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Bank SUMUT, ruang lingkup program pengawasan kredit, minimal harus mencakup hal-hal sebagai
berikut : a.
Pengawasan terhadap setiap kredit yang akan diberikan. Apakah pemberian kredit tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang digariskan
dalam kebijaksanaan pokok penyaluran kredit dan ketentuan perbankan yang berlaku.
b. Pemantauan terhadap perkembangan mutu kredit yang telah diberikan
dalam perkembangan kegiatan usaha debitur. Pemantauan tersebut dilakukan baik secara langsung, dengan peninjauan di lapangan, maupun
secara tidak langsung, yaitu dengan mempelajari laporan kegiatan usaha dan kondisi keuangan yang disampaikan oleh debitur secara periodik.
c. Pengawasan terhadap setiap kredit yang akan diberikan kepada debitur
yang terkait dengan bank dan debitur. Apakah pemberian kredit tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang digariskan dalam kebijaksanaan pokok
penyaluran kredit dan ketentuan yang digariskan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia.
d. Memantau gejala awal kredit bermasalah dari para debitur yang
kemampuan dan kesediaannya melunasi kredit mulai diragukan. e.
Mengevaluasi apakah penilaian terhadap tingkat kolektibilitas kredit yang disalurkan telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Bank
Indonesia f.
Pembinaan terhadap debitur bermasalah yang masih ada harapan untuk diselamatkan.
g. Memantau pelaksanaan dokumentasi dan administrasi kredit yang telah
disalurkan. h.
Memantau perkembangan cadangan penghapusan kredit. Janji untuk dapat menyelamatkan objek hak Tanggungan yang
demikian sudah sewajarnya dicantumkan dalam pemberian Hak Tanggungan, hal mana dimaksudkan demi kepentingan kreditur dan pemberi Hak
Tanggungan. Dengan adanya janji demikian, pemegang Hak Tanggungan dapat melakukan tindakan penyelamatan terhadap objek Hak Tanggungan,
sehingga dapat dipertahankan nilai jual persil jaminan dimaksud. Sama halnya dengan janji sebelumnya, janji penyelamatan terhadap objek Hak
Tanggungan, sehingga dapat dipertahankan nilai jual persil jaminan dimaksud. Sama halnya dengan janji sebelumnya, janji penyelamatan
terhadap objek Hak Tanggungan baru adanya bila hal tersebut diperjanjikan dan untuk itu harus dimuat di dalam APHT.
Ketentuan dalam Pasal 11 ayat 2 huruf d UUHT menyatakan : Dalam akta pemberian Hak Tanggungan dapat dicantumkan janji-janji,
antara lain janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menyelamatkan objek Hak Tanggungan, jika hal
itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang menjadi objek Hak
Tanggungan, karena tidak dipenuhinya atau dilanggarnya ketentuan Undang-Undang.
Kewenangan pemegang Hak Tanggungan untuk menyelamatkan objek Hak Tanggungan akan ada, selain diperjanjikan dalam APHT, dipersyaratkan
bahwa tindakan penyelamatan objek Hak Tanggungan itu dilakukan atau diperlukan berhubung debitur sungguh-sungguh wanprestasi, dalam rangka
untuk mencegah hapusnya atau dibatalkannya hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan yang membawa akibat dapat mengakhiri atau
hapusnya Hak Tanggungan. Kalau peristiwa tersebut terjadi, hal ini akan dapat merugikan pemegang Hak Tanggungan seandainya pemberi Hak
Tanggungan tidak melakukan tindakan penyelamatan yang diperlukan untuk itu.
BAB III PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN
APABILA DEBITUR WANPRESTASI
A. Sebab-sebab Debitur Wanprestasi
Mutu kredit tidak dapat berantakan begitu saja tanpa memberi tanda-tanda sebelumnya. Untuk mendeteksi gejala awal kredit bermasalah sebagian besar terjadi
dengan munculnya berbagai macam gejala penurunan mutu kredit secara bertahap jauh sebelum kasus kredit bermasalah tersebut. Untuk itu pihak kreditur dalam hal ini
Bank SUMUT secara cermat memonitor perkembangan mutu kredit dan mendeteksi gejala-gejala awal kredit bermasalah tersebut. Selanjutnya Bank SUMUT dapat
memutuskan tindakan apa yang dapat segera diambil untuk menyelamatkan dana yang telah mereka kreditkan kepada debitur.
Gejala umum timbulnya kredit bermasalah yang seringkali muncul adalah : 1.
Penyimpangan dari ketentuan perjanjian kredit Penyimpangan dari ketentuan perjanjian kredit oleh debitur merupakan
salah satu gejala awal yang wajib diamati bank karena dibalik gejala itu seringkali tersirat berbagai macam hal yang dapat menjuruskan kredit ke
dalam kasus kredit bermasalah. Salah satu contoh penyimpangan dari ketentuan perjanjian kredit adalah permintaan debitur untuk
memperpanjang jangka waktu kredit yang akan jatuh tempo tanpa mengajukan alasan kuat mengapa mereka menghendaki perpanjangan
tersebut.
2. Penurunan kondisi keuangan debitur
Gejala penurunan kondisi keuangan debitur erat hubungannya dengan penyimpangan debitur dari ketentuan perjanjian kredit. Hampir pada
semua kejadian, setiap kali debitur menyimpang dari ketentuan perjanjian kredit, bank akan segera meneliti kondisi keuangan mereka. Dalam hal ini,
Syari Ramadhani : P e l a k s a n a a n P e r j a n j i a n Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut, 2009
data termasuk daftar keuangan dan informasi pendukungnya, berbagai macam informasi yang lain serta catatan tentang perkembangan prestasi
bisnis dan keuangan debitur yang terkumpul dalam arsip dokumen kredit merupakan bahan masukan yang sangat berguna bagi bank untuk
menganalisis kondisi keuangan debitur.
3. Penyajian laporan dan bahan masukan lain secara tidak benar
Karena adanya kekhawatiran menurunnya kondisi keuangan mereka diketahui oleh kreditur, ada saja debitur yang menyembunyikan kesulitan
yang sedang mereka hadapi itu. Salah satu cara adalah dengan menyembunyikan penurunan kondisi keuangan dan bahan masukan lain
yang telah direkayasa sebelumnya.
4. Menurunnya sikap kooperatif debitur
Hubungan baik antara debitur dan kreditur, dimana kedua belah pihak saling percaya dan bersikap terbuka, mempunyai peranan penting atas
keberhasilan bank memantau perkembangan mutu kredit yang telah mereka salurkan.
5. Penurunan nilai jaminan yang disediakan
Bagi bank, turunnya nilai barang yang dijaminkan dapat mendatangkan dua macam masalah. Pertama, nilai barang jaminan dapat menjadi lebih
kecil dibandingkan dengan jumlah saldo kredit yang terutang. Kedua, turunnya jumlah dan nilai barang jaminan tertentu seperti bahan baku,
bahan pembantu dan barang jadi dapat menyebabkan turunnya jumlah produksi, penjualan dan keuntungan debitur. Hal tersebut berakibat
menurunnya kemampuan mereka melunasi kredit.
6. Tingginya frekuensi pergantian tenaga inti
Dengan menurunnya kondisi usaha dan keuangan debitur akan menimbulkan suasana yang kurang menyenangkan bagi kelancaran
pelunasan kredit debitur.
7. Timbulnya problem keluarga atau pribadi debitur yang serius
Apabila pada debitur muncul problem keluarga atau pribadi yang serius, bank akan memantau perkembangan problem tersebut. Apabila problem
tersebut dirasa berkembang ke arah kondisi yang membahayakan kredit yang telah mereka berikan kepada debitur, bank dapat segera memutuskan
tindakan apa yang harus dilakukan guna menyelamatkan kredit tersebut. Contoh problem keluarga dan pribadi yang dapat mengakibatkan
timbulnya kredit bermasalah adalah perceraian, perkawinan baru, kematian, pemborosan, sakit berkepanjangan, depresi mental dan
kecanduan obat bius.
47
47
Hasil Wawancara dengan Staf Divisi Penyelamatan Kredit PT.Bank SUMUT Kantor Pusat Medan.
B. Tanda-tanda Kredit Macet