Kurikulum Pendidikan Islam Pendidikan Islam

19 merupakan orang pertama mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak didik, dalam proses pendidikan guru memegang peran penting setelah orang tua dan keluarga di rumah. 24 Jadi, kesimpulan dari beberapa pengertian guru di atas bahwa guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dengan wewenang dan tanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik individual maupun klasikal berdasarkan jabatan yang bukan hanya di depan kelas sekolah tetapi juga diluar sekolah. Dengan demikian, orang yang kerjanya mengajar biasanya disebut guru atau pendidik.

2. Syarat-syarat Menjadi Guru

Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa pendidik khususnya pada Rasulullah dan para sahabat bukan merupakan profesi atau pekerjaan untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupannya, melainkan ia mengajar karena panggilan agama, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengharapkan keridhaan-Nya, menghidupkan agama, mengembangkan serua-Nya, dan menggantikan peranan rasulullah SAW. dalam memperbaiki umat. 25 Pendidik sebelum melaksanakan tugasnya dalam mendidik mestinya sudah memiliki persepsi dirinya akan melaksanakan tugas yang suci lagi mulia yaitu menginternalisasikan nilai-nilai suci terhadap pengembangan kepribadian anak didik. Sebab sesuatu yang suci dan mulia itu tidak bisa diantarkan oleh sesuatu yang kotor. Karena yang kotor itu adalah tembok raksasa bagi diterimanya hal-hal yang suci dan mulia. Oleh karena itu, mengantarkan amanat yang suci harus di sucikan terlebih dahulu pengantarnya. 24 H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006, hal. 64. 25 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 90. 20 Pendidik sebagai pengantar amanat melakukan tugas mendidik mestinya sudah menaruh persepsi dirinya yang baik itu, sehingga tujuan yang baik dan mulia itu mudah didapatkan. Seorang pendidik mestinya menghiasi dirinya dengan akhlak mahmudah, seperti rendah hati, khusyuk, tawadhu, zuhud, qana’ah, tidak ria, tidak takabbur dan hendaknya seorang guru itu memiliki tujuan kependidikannya adalah penyempurnaan dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Dalam kitab Adab al- Mu’allim wa al-muta’allim. 26 Disebutkan bahwa seorang pendidik harus memiliki dua belas sifat sebagai berikut: a. Tujuan mengajar adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala, bukan untuk tujuan yang bersifat duniawi, harta, kepangkatan, ketenaran, kemewahan, status sosial, dan lain sebagainya. b. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dalam keadaan terang- terangan dan senantiasa menjaga rasa takut dalam semua gerak dan diamnya, ucapan dan perbuatannya, karena dia adalah seorang yang diberi amanat dengan diberikannya ilmu oleh Allah dan kejernihan panca indera dan penalarannya. c. Menjaga kesucian ilmu yang dimilikinya dari perbuatan yang tercela. d. Bersifat zuhud dan tidak berlebih-lebihan dalam urusan duniawi, qana’ah dan sederhana. e. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela. f. Melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya. g. Melaksanakan amalan sunnah yang disyariatkan. h. Bergaul dengan akhlak yang terpuji. i. Memelihara kesucian lahir dan bathinnya dari akhlak yang tercela. j. Semangat dalam menambah ilmu dan sungguh-sungguh serta kerja keras. k. Senantiasa memberikan manfaat kepada siapapun. l. Aktif dalam pengumpulan bacaan, mengarang dan menulis buku. 26 Maulana Alam al-Hajar bin Amir al- Mu’minin al-Mansur binti Allah al-Qasim bin Muhammad Ali, Adab al-Ulama wa al- Muta’allim, Beirut: Dar al-Manahil,1985, hal. 21-34.