Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

A. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Mengenal kasus poligami yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, hendaknya dilihat dari beberapa sumber otentik yaitu sebuah putusan pengadilan. Selain mengikuti proses persidangan poligami itu sendiri, hendaknya juga menelusuri dari sumber ahli yang berkaitan terhadap penetapan itu semua. Kasus poligami yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah ada sejak dahulu. Diperkirakan sejak didirikannya Pengadilan Agama Jakarta Selatan maka kasus poligami itu ada meskipun tidak ada penjelasan atau data akurat yang bisa memaparkan itu semua. 55 Mengenai kasus yang ada, penulis meneliti satu putusan poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Berikut deskripsi putusan izin poligami dengan nomor perkara 851Pdt.G2004PAJS yang penulis kemukakan; 1. Ringkasan Kasus Adalah Rahiman bin Sabirin, umur 36 tahun, wiraswasta berstatus menikah dengan Eni Hastutui binti Sunaryo dengan catatan akta nikah No. 72876IX1996 tanggal 5 September 1996 di KUA Gedong Tatanan Lampung Selatan. Sekarang ini kedua suami istri tersebut bertempat tinggal di daerah Kebagusan Pasar Minggu, 55 Wawancara Dengan Muh. Abduh. Pengadilan Agama Jak-Sel, 15 februari 2008 Jakarta Selatan. Dari hasil pernikahan mereka telah lahir 3 orang anak masing-masing bernama: Madania lahir 21 Juli 1997, Ali Muthahari lahir 17 Januari 1999, Prima Nugraha lahir 19 Januari 2003. Kehidupan rumah tangga mereka rukun sebagaimana layaknya suami istri lainnya sampai pada suatu saat Rahiman berkenalan dengan Idah Gusti Rahmawati binti Sugiarto umur 20 tahun beragama Islam dengan status perawan pekerjaannya adalah mahasiswi tinggal di kelurahan Bancong kecamatan Kasui wai Kanan, Lampung. Mereka saling jatuh cinta dan sepakat untuk membina hubungan mereka ke jenjang pernikahan meskipun tahu bahwa Rahiman telah mempuyai istri dan anak. 2. Duduk Perkara Tersebutkan bahwa Rahiman bin Sabirin sebagai pemohon dan Eni Hastuti binti Sunaryo sebagai termohon serta Idah Goesti Rahmawati binti Sugiarto sebagai calon istri kedua pemohon. Pemohon meminta izin kepada Pengadilan Agama untuk menikah untuk yang ke dua kali dengan cara poligami dengan alasan menjalankan syari’at agama. Berdasarkan hal tersebut Pengadilan Agama mengabulkan izin pemohon untuk menikah lagi secara poligami dengan berbagai pertimbangan. 3. Pertimbangan Petimbangan-pertimbangan tersebut yakni, bahwa termohon memberikan persetujuan kepada pemohon untuk menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Idah Rahmawati binti Sugiarto didasari atas kerelaan dengan pertimbangan pemohon memiliki kemampuan lahir bathin dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Dan pemohon telah menyatakan kesediaan atas tanggung jawab dalam membina rumah tangganya di masa yang akan datang. Kemudian pertimbangan lainnya adalah alasan pemohon yang tidak mau terjebak pada perbuatan maksiat zina. Majelis hakim juga menimbang bahwa telah menasehati kedua belah pihak agar mempertimbangkan secara matang atas rencana poligami tersebut. Pertimbangan selanjutnya yaitu, selain syarat kumulatif yang telah dijalankan pemohon, majelis hakim menimbang keterangan saksi-saksi yaitu dari keluarga pemohon yang menyatakan sesuai sebagaimana termohon nyatakan. Dengan menambahkan sudah menasehati agar mempertimbangkan secara matang rencana poligami tersebut. Kemudian juga dengan saksi keluarga termohon yang menyatakan sesuai sebagaimana saksi keluarga pemohon uraikan. Pertimbangan poligami sendiri dikuatkan permohon bahwa ia tidak mau terjebak pada perbuatan zina, sehingga setelah Majelis Hakim mendengar pernyataan kedua belah saksi agar lebih baik jika pemohon diizinkan, juga melihat tidak adanya halangan secara syar’i, dan calon istri pun tidak ada hubungan darah mahrom, maka majelis hakim mengabulkan permohonan tersebut. Dalam kaitannya dengan putusan diatas mengundang beberapa poin untuk dirincikan diantaranya: 1. Untuk bisa mengajukan izin poligami, dalam undang-undang mengharuskan untuk memenuhi syarat alternatif dan kumulatif. Rahiman sebagai pemohon izin telah menjalani syarat kumulatif yang diharuskan berupa: a. Surat pernyataan persetujuan atas nama Eni Hastuti selaku istri pertama menyetujui Rahiman selaku suami untuk menikah lagi dengan Idah Goesti Rahmawati tertanggal 13 Juli 2004 selanjutnya terlampir dalam bukti formulir P-3. Ditambahkan dengan pernyataan kesediaan menjadi istri kedua atas nama Idah Goesti Rahmawati tertanggal 13 Juli 2004 bukti P- 4 b. Surat pernyataan mempunyai penghasilan yang cukup atas nama Rahiman tertanggal 18 Juli 2004 selanjutnya terlampir dalam bukti formulir P-5. selain itu diketahui sebelumnya jumlah nominal penghasilan rahiman sebesar Rp. 23.300.000,- yang dianggap lebih dari cukup untuk menafkahkan kedua istri. c. Surat pernyataan berlaku adil atas nama Rahiman tertanggal 24 Agustus 2004 selanjutnya terlampir dalam bukti formulir P-6. 2. Dalam memenuhi syarat alternatif yaitu harus ada salah satu ayat dalam pasal menjadi alasan berpoligami, Rahiman belum dianggap memenuhinya karena secara tekstual maupun kontekstual alasan yang diajukan adalah menjalani syari’at agama. Poligami yang dimaksudkan dan dimengerti oleh para ahli hukum adalah mengeliminir tindakan-tindakan yang yang di luar logika bahkan telah tersepakati dengan adanya undang-undang meskipun secara syari’at membolehkan. 3. Mengenai saksi-saksi yang diajukan Rahiman ke pengadilan, terlihat sedikit kerancuan mengenai siapa sebenarnya prioritas saksi yang diajukan dalam pengadilan, karena tersebutkan saksi dari pemohon bernama Ahmad Fadilah bin H. Ali umur 37 tahun pekerjaan karyawan swasta bertempat tinggal di Bojong Gede, Tajur, Bogor tidak tersebutkan statusnya dalam keluarga. karena mengenai hal ihwal perkawinan, sebaiknya lebih memprioritaskan saudara sekandung setelah itu kerabat yang lain. Begitupun dengan saksi dari pihak termohon bernama Johansyah bin Ahmad umur 32 tahun perkerjaan karyawan swasta bertempat tinggal di Tanjung Karang Bandar Lampung, tidak ada keterangan berkenaan dengan statusnya sebagai saksi dari termohon. Meskipun demikian, para saksi telah memaparkan apa yang menjadi kebenaran kedua belah pihak. Para saksi telah menasehati kedua belah pihak agar mempertimbangkan secara matang rencana poligami tersebut selain memahami kebenaran kecukupan kemampuan lahir bathin pemohon dan kerelaan termohon untuk dipoligami. 4. Pertimbangan majelis hakim yang merujuk Kompilasi Hukum Islam KHI pada pasal 3 bab I tentang dasar-dasar perkawinan yakni, “perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah” adalah mutlak adanya harus dijalankan. Melihat keterangan para saksi yang menyatakan akan lebih baik jika pemohon diizinkan poligami, terdapat adanya indikasi bahwa benar-benar pemohon bertujuan untuk membentuk kehidupan rumah tangga seperti yang diungkap pasal 3 KHI. 5. Pertimbangan majelis hakim yang menilai sebuah esensi sebuah perkawinan yang seharusnya dilandasi dengan al Qur’an, maka terlihatlah wujud nyata bahwa poligami yang dimaksud adalah teruntuk tujuan yang baik setelah melihat kesanggupan suami dan kerelaan sang istri. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat ar Ruum 21 yang artinya “Dan di antara tanda- tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” .

B. Analisis