Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari
dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama.
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P. J.
A. Andiani 1991:2 yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo dalam buku”Pengantar ilmu hukum pajak”
“Pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakanyang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluran umum berhubung dengan tugas Negara
yang menyelenggarakan pemerintahan”. Dalam defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak,
sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lain yaitu fungsi mengatur.Sedangkan menurut Rachmat Soemitro1990 dalam bukunya ”Dasar-dasar hukum pajak dan
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
pajak pendapatan” menyatakan: Pajak adalah iuran pajak kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat disahkan dengan tidak mendapat jasa
timbal balik kontraprestasi, yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang
sifatnya dapat dipaksakan. 2.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukanya masih mendapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.1.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungutannya
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok: 1.
Menurut golongan •
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib
pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan •
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh pajak pertambahan nilai.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip:
• Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
• Contoh: Pajak penghasilan
• Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak •
Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
3. Menurut pemungut dan pengelolanya
• Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai
• Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak reklame, Pajak hiburan
2.1.3. Asas-asas Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas- asas pemungutan dalam memilih alternative pemungutannya. Sehingga terdapat
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
keserasiaan pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak
sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya An inquiri the nature of cause the wealth of nations menyatakan bahwa pemungutan pajak
hendaknya didasarkan pada :
• Equaliti
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil maksudnya bahwa setiap Wajib Pajak memnyumbangkan
uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.
• Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. •
Convenience Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you
earn.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
• Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian
pula beban yang dipikul wajib pajak. Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun
dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadilan itu sangat relative.
Menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam buku public finance in theory and practice terdapat dua macam asas keadilan pemungutan
pajak, yaitu : 1.
Benefit Principle Dalam system perpajakan yang adil,setiap wajib pajak harus membayar
pajak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah. Pendekatan ini disebut Revenue and Expenditure Approach
2. Ability Principle
Dalam pendekatan ini menyarankan agar pajak dibebankan kepada wajib pajak atas dasar kemampuan membayar.
Asas pemungutan lainnya juga dikemukakan oleh Jhon F. Due dalam buku Government Finance ,An Economic Analisys yaitu The Natural Principle yang
bermakna bahwa pajak itu harus netral artinya tidak mempengaruhi pilihan masyarakat untuk mengkonsumsi atau memproduksi barang. Terlihat bahwa asas
ini bertujuan untuk menjaga agar pemungutan pajak tidak mengganggu kemajuan ekonomi.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Asas pemungutan pajak dapat pula dibagi dalam: 1.
Asas Menurut Falsafah Hukum Hukum pajak harus berdasarkan pada keadilan. Selanjutnya keadilan ini
sebagai asas pemungutan pajak.untuk menyatakan keadilan kepada hak Negara untuk memungut pajak, muncul beberapa teori dasar, yaitu:
• Teori asuransi
Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi
orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan
pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun kenyataanya menyatakan premi tersebut tidaklah tepat.
• Teori Kepentingan
Pada teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat.pembebanan ini harus didasarkan pada
kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran
Negara untuk melindungi dibebankan pada masyarakat. •
Teori Gaya Pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan
pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh
karena itu, untuk kepentingan perlindungan maka masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul seseorang.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
• Teori Bakti
Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini berdasarkan pada Negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan
tanda baktinya terhadap Negara. Dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan Negara.
• Teori Asas Daya Beli
Dalam teori ini mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan
pajak yang buka kepentingan individu atau Negara, sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.
2. Asas Yuridis
Untuk menyatakan suatu keadilan. Hukum pajak harus memberikan jaminan hukum kepada Negara atau warganya. Oleh karena
itu,pemungutan pajak harus didasarkanpada undang-undang. Landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23A Amandemen
Undang-undang dasar 1945 3.
Asas Ekonomi Seperti pada uraian sebelumnya,pajak mempunyai fungsi regular dan
fungsi budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa Negara menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat agar
terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak menghambat kelancaran ekonomi sehingga ekonomi tidak terganggu.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam pajak penghasilan,yaitu:
• Asas tempat tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas penghasilan wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak
yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau
berasal dari luar negeri Pasal 4 Undang-undang Pajak Penghasilan
• Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu Negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak. •
Asas Sumber Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan
yang bersumber pada suatu Negara yang memungut pajak. Dengan demikian Wajib pajak menerima atau memperoleh penhasilan dari
Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
2.1.4. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek
Masalah perpajakan tidaklah sesederhana hanya sekedar menyerahkan sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada Negara, tetapi coraknya
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
terlihat bermacam-macam tergantung kepada pendekatannya. Dalam hal ini pajak dapat didekati atau ditinjau dari berbagi aspek.
Aspek Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.
Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Meskipun kehidupan ekonomi sebagian besar dijalankan dengan
mengandalkan mekanisme pasar bebas, mekanisme tadi tidak akan berjalan apabila tidak ada pemerintah. Untuk menjalankan roda pemerintahan yang mampu
menggerakkan secara efektif mekanisme pasar bebas pemerintah memerlukan pajak dari masyarakat.
Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan kepentingan umumpublic utilities untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir
dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk masyarakat. Hal ini erat kaitanya dengan kebijakan ekonomi yang mengarah kepada dukungan kenaikan
pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan. Prasarana ekonomi tersebut erat kaitanya dengan pertumbuhan
ekonomi.tanpa pertumbuhan ekonomi, negara tidak dapat meningkatkan kesejahteran warganya. Demikian pula, tanpa jarak serta tanpa kesadaran
masyarakat membayar pajak, pemerintah tidak dapat meningkatkan prasarana ekonominya. Untuk itu diperlukan usaha mengerahkan dana-dana investasi yang
bersumber pada tabungan masyarakat, tabungan pemerintah serta penerimaan devisa yang berasal dari eksport dan jasa. Pengerahan dana-dana investasi tersebut
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
harus ditingkatkan dengan cepat, sehingga bantuan luar negeri semakin berkurang.
Aspek Hukum
Pajak merupakan masalah keungan negara. Dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yaitu Pasal 23A
Amandemen UUD 1945 Pajak dan pungutan lainyang bersifat memaksa untuk keperkuan negara diatur dengan undang-undang. Meskipun UUD 1945 sebelum
amandemen sudah berlaku sejak negara merdeka diganti antara tahun1950 sampai 1959, kemudian diperlakukan kembali dengan dekrit presiden 1959
Undang-undang pajak masih menggunakan produk undang-undang zaman kolonial belanda sampai pembaharuan perpajakan selesai tahun 1983. Undang-
undang kolonial yang pada saat itu adalah Aturan Bea Meterai 1932, Ordonansi Pajak Perseroan 1925, Ordonansi Pajak kekayaan 1932, dan Ordonansi pajak
pendapatan 1944. Dalam rangka reformasi perpajakan nasional, pemerintah bersama-sama
dengan DPR berhasil melahirkan undang-undang perpajakan yang baru, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan tata cara
Perpajakan, Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan, Undang-undang Nomor 13 tentang Bea Materai. Di
dalam undang-undang di atas terdapat pula aspek hukum dengan mencantumkan sanksi-sanksi hukum apabila wajib pajak lalai atau dengan sengaja tidak
menunaikan kewajiban membayar pajak.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Selanjutnya dilakukan pembaharuan kembali pada tahun 1994 dan pada tahun 1997 terdapat pula undang-undang baru yang dilahirkan. Pada tahun 1997
telah melahirkan yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 1997 tentang badan penyelesaian sengketa pajak, undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah, undang-undang no 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, dan undang-undang Nomor 20 tahun 1997 bea
perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Dalam era reformasi ini telah dilakukan pula pembaharuan terhadap undang-undang perpajakan meliputi: Undang-undang
nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Undang- undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak penghasilan, Undang-undang nomor
18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan nilai dan pajak pajak penjualan atas barang mewah, Undang-undang 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan
surat paksa dan undang-undang nomor 20 tahu 2000 tentang Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak
daerah dan retribusi . Keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan diharapkan
pemerintah dapat menegakkan law enforcement di bidang perpajakan.
Aspek Keuangan
Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalm aspek ekonomi hanya lebih menitikberatkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian uang sangat
penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak
dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara. Oleh karena itu, struktur penerimaan negara sudah bergeser
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Salah satu sumber dana untuk pembiayaan pembangunan yaitu tabungan pemerintah yang merupakan selisih
antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin. Alat ukur yang digunakan sebagai sebagai indikator efektif dan produktif
pemungutan pajak yaitu fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara,
akan semakin tinggi tax ratio. Tax ratio yatu perbadingan antara penerimaan pajak dan jumlah produk
domestik bruto PDB di Indonesia.
Aspek Sosiologi
Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan
hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat. Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berarti, dengan pembangunan ini dibiayai masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang dihimpun berasal dari rakyat private saving masyarakat atau berasal dari
pemerintah public saving Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan melakukan pembangunan di berbagai sektor.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
2.2. Fungsi Pajak