Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

` SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK DAN

RETRIBUSI DAERAH SEBAGAI PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) SUMATERA UTARA

Diajukan ole

h :

AMRI SIREGAR

030501077

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

2009


(2)

ABSTRACT

This study aims to see how large the contribution and efektiveness of regional taxes and levies as a local revenue (PAD) of North Sumatera and see how the influence of several factors on PAD of North Sumatera.

To get results, then examined several variables that PAD, the amount of tax revenue and retribution, then realization of tax revenue and local levies, the tax revenue target and retribution, the regional gross domestic income(GDP) and domestic investment (PMDN). While the data variables used in this research is secondary data into period 1998-2007.

After processing the data throught computer programs excel and eviews 4.1 the obtained result is that the level of efektivness of tax revenue from 2003 to 2007 was high at above 100%, while the contribution of tax revenue and retribution from the years 2007 continued, also note that GDP variables have a significant influence on the PAD. Where as domestic variables do not have a significant influence.

Therefore the government needs to increase the contribution of local taxes and levies and GDP in order to increase revenue of North Sumatera.


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana besar kontribusi dan efektivitas pajak dan retribusi daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumatera Utara, dan mengetahui bagaimana pengaruh beberapa faktor terhadap PAD Sumatera Utara.

Untuk memperoleh hasilnya, maka diteliti beberapa variabel yaitu PAD, jumlah penerimaan pajak dan retribusi daerah, realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, target penerimaan pajak dan retribusi daerah, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sedangkan data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan kurun waktu tahun 1998 – 2007.

Setelah pengolahan data melalui program komputer Microsoft Excel dan Eviews 4.1, maka diperoleh hasil yaitu bahwa tingkat efektivitas penerimaan pajak dari tahun 2003 sampai 2007 adalah tinggi yaitu berada di atas 100%. Sedangkan kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah dari tahun 2003 sampai 2007 terus menunjukkan angka penurunan yang berarti. Kemudian dari hasil penelitian juga diketahui bahwa variabel PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PAD, sedangkan variabel PMDN tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

Dengan demikian pihak pemerintah perlu meningkatkan kontribusi pajak dan retribusi daerah dan PDRB dalam rangka meningkatkan PAD Sumatera Utara.

Kata kunci: pendapatan, pajak, retribusi, PDRB, dan PMDN


(4)

KATA PENGANTAR

Kemuliaan kepada ALLAH BAPA di surga atas segala karunia dan penyertaannya yang diberikan kepada penulis sehingga dimampukan menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba menganalis pajak dan retribusi darah sebagai pendapatan asli daerah Sumatera Utara. Semoga dengan hasil penelitian ini, banyak manfaat yang diperoleh baik dalam menambah pengetahuan penulis, bahan referensi, maupun manfaat bagi masyarakat pada suatu saat nanti.

Banyak kegagalan dan kesalahan yang dialami penulis dalam perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi sebagai manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, penulis akan berusaha memperbaikinya dengan adanya saran, masukan serta kritik yang membangun dari semua pembaca yang sudi mendukung penulisan ini. Pada kesempatan yang sangat luar biasa ini, izikanlah saya sebagai penulis dengan segala kerendahan hati ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung baik dalam bentuk moril maupun materiil, dan terutama kepada:

• Kedua orang tua saya yaitu Ayahanda M siregar(+) dan Ibunda N br Simaremare yang telah memberikan dukungan moral serta materiil yang tak ternilai lagi banyaknya, serta abang dan adik-adik saya yang telah memberikan perhatian yang tulus serta doa yang tak ternilai harganya.

• Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

• Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku ketua jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

• Bapak Prof. DR. Syaad Afifudin, SE, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

• Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.Si selaku dosen penguji I dan Bapak Paidi hidayat, SE, M.Si selaku dosen penguji II yang turut menyumbangkan saran, pikiran kepada penulis.

• Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution selaku dosen wali penulis yang telah memberikan bimbingan dan saran pada saat perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.

• Seluruh staf pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan dukungan.

• The last but not the least, kawan-kawan seperjuangan waktu kuliah yang selalu memberikan motivasi, tenaga, pikiran serta perhatian yang luar biasa besarnya baik pada saat perkuliahan maupun pada saat penulisan skripsi ini.

Medan, Desember 2009 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Hipotesis ... 7

1.4.Tujuan Penelitian ... 7

1.5.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN TEORITIS ... 8

2.1.Pajak ... 8

2.1.1. Pengertian Pajak ... 8

2.1.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan,Sifat,dan Pemungutannya ... 9

2.1.3. Asas-asas Pemungutan Pajak ... 10

2.1.4. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek ... 15

2.2. Fungsi Pajak... 20

2.3.Retribusi ... 20

2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)... 21

2.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 23

2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 25

2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 25

2.6.2. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 25

2.6.3. Jenis-jenis Retribusi Daerah ... 28

2.6.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan ... 29

2.6.5. Lain-lain Pendpatan Daerah Yang Sah... 31

BAB III : METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2. Jenis Dan Sumber Data ... 32

3.3. Tehnik Pengumpulan Data ... 32

3.4. Pengolahan Data ... 33

3.5. Model Analisis ... 33

3.5.1. Analisis Kontribusi Dan Efektifitas ... 33

3.5.2. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Tehadap PAD ... 34

3.6. Defenisi Operasional ... 35

BAB IV :ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1.Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 37

4.1.1. Letak Geografis ... 37


(7)

4.1.3. Potensi Wilayah ... 38

4.1.4. Gambaran Perekonomian Provinsi Sumatera Utara ... 39

4.1.5. Historis Provinsi Sumatera Utara ... 40

4.2. Kondisi Keuangan Provinsi Sumatera Utara ... 42

4.2.1. Pajak Daerah ... 42

4.2.2. Retribusi Daerah... 43

4.2.3. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ... 44

4.2.4. Lain-lain PAD yang Sah ... 47

4.2.5. Target Pendapatan Asli Daerah ... 48

4.2.6. Dana Perimbangan ... 48

4.2.7. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 50

4.2.8. Permasalahan Keuangan Daerah ... 51

4.3. Hasil dan Analisis ... 54

4.3.1. Tingkat Efektifitas dan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 54

4.3.2 Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap PAD... 57

4.3.3. Uji Statistik ... 59

4.3.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 62

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan……… ... 65

5.2. Saran………... 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1. Target dan Realisasi Pajak Daerah T.A.2003-2007 ... 4

1.2. Target dan Realisasi Retribusi Daerah... 6

2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1998-2007... 23

2.5. Produk Domestik Regional Bruto tahun 1998-2007 ... 24

4.1.2 Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara ... 38

4.2.3. Target dan Realisasi Laba BUMD... 44

4.2.4. Target dan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah ... 47

4.2.6. Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sumatera Utara 2003-2007 ... 49

4.2.7. Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 50

4.3.1. Efektifitas Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah ... 54

4.3.2. Kontribusi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 56

4.3.3. Hasil Estimasi ... 58


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.3.1.a. Diagram tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah

Tahun 2003-2007 ... 55 4.3.1.b Diagram Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap

PAD tahun 2003-2007 ... 56 4.3.3.a Uji t-statistik Variabel PDRB ... 59 4.3.3.b Uji t-statistik pada Variabel Penanaman Modal Dalam

Negeri ... 60 4.3.3.c Uji f-statistik ... 61 4.3.4. Uji Otokorelasi ... 63


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan ekonomi di defenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu : suatu proses yang berarti terjadinya perubahan terus-menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat.

Todaro (2003) mendefenisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Dalam pembangunan, Rodinelli (1961) menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditujukan untuk mengubah cara berfikir, selalu memikirkan perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadi peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup lebih baik, saling harga-menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang.

Pembangunan ekonomi di daerah Sumatera Utara yang dimaksud adalah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berdomisili di 28 kabupaten dan kota secara keseluruhan baik rakyat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dibawah kepemimpinan gubernur senantiasa tetap teguh


(11)

memperhatikan dan mempertahankan secara konsisten prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan , keistimewaan dan kekhususan serta keragaman daerah Sumatera Utara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan nasional dimaksud,pemerintah menerbitkan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang memberikan hak dan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas Otonomi dan Tugas Pembantuan.

Selanjutnya, tugas-tugas pemerintah daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan dekonsentrasi dan penyelenggaraan tugas pembantuan telah diatur pula pada Peraturan Pemerintah Dekonsentrasi dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 52 tahun 2001 yang mengatur tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan.

Salah satu usaha pejabat yang tidak kalah penting adalah memperhatikan penggunaan atau pengelolaan pendapatan daerah secara efektif. Pendapatan daerah antara lain Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Pendapatan Asli Daerah(PAD). Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mempelajari atau menganalisis lebih dalam mengenai pendapatan daerah terutama Pendapatan Asli Daerah. PAD merupakan salah satu modal utama untuk mendukung proses pembangunan di daerah sehinggga tentu hal ini sangat berkenaan dengan kepentingan rakyat banyak. Menurut Halim(2004:67), Pendapatan Asli Daerah(PAD) merupakan “semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Dengan demikian, kebijakan dalam usaha penerimaan dan pengelolaan pendapatan daerah sangat diperlukan.


(12)

Dengan diterbitkannya undang-undang otonomi daerah maka daerah yang mempunyai pendapatan yang besar akan semakin mudah untuk melakukan percepatan pembangunan disetiap sektor-sektor yang sangat vital dan nantinya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak.

Penerimaan dari PAD adalah merupakan refleksi dari 4(empat) jenis pungutan yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan laba BUMD dan lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah. Akan tetapi dalam penulisan ilmiah ini, penulis hanya akan menjabarkan dan menganalisis keefektifan pengelolaan pajak dan retribusi daerah sebagai pendapatan asli daerah. Efektifitas ini dianalisis dengan melihat elastisitas pajak dan retribusi daerah terhadap realisasi belanja pembangunan daerah SumateraUtara. Analisis tersebut dilakukan karena pendapatan daerah lebih ditekankan pada proyek-proyek pembangunan daerah. Dengan demikian penulisan skripsi ini secara lengkapnya ditulis dengan judul Analisis Efektifitas

Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007.

Untuk menjelaskan sedikit mengenai perkembangan pajak dan retribusi daerah,maka pajak dan retbusi daerah dijelaskan dengan data-data berikut ini:

a. Pajak Daerah

Secara keseluruhan penerimaan Pajak Daerah dari tahun anggaran 2003 sampai dengan 2007 terus-menerus mengalami peningkatan yang signifikan, sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut ini:


(13)

Tabel 1.1.

Target dan Realisasi Pajak Daerah TA. 2003-2007

Tahun PAJAK DAERAH TARGET REALISASI % 2003 1. PKB 286.186.045.000,00 317.961.718.624,00 111,10

2. PKAA 250.000.000,00 39.518.185,00 15,81

3. BBN-KB 364.012.105.000,00 422.875.084.848,00 116,17

4. BBN-KAA 50.000.000,00 101.000,00 0,20

5. PBB-KB 110.000.000.000,00 106.928.327.804,06 97,21

6. ABT-APU 12.000.000.000,00 14.166.613.706,58 118,06

7. P. Hotel 11.099.480.000,00 11.117.519.748,84 100,16

8. P. Restoran 26.350.560.000,00 25.051.845.252,31 95,07

9. P. Reklame 9.500.000.000,00 9.561.949.305,50 100,65

10. P. Parkir 2.340.000.000,00 1.991.327.105,00 85,10

11. P. Hiburan 5.400.000.000,00 4.591.565.890,80 85,03

JUMLAH 827.188.190.000,00 914.285.571.470,09 110,53 2004 1. PKB 336.676.650.000,00 392.925.761.083,00 116,71

2. PKAA 45.000.000,00 49.458.216,00 109,91

3. BBN-KB 460.591.315.000,00 527.981.458.052,00 114,63

4. BBN-KAA 5.000.000,00 5.223.060,00 104,46

5. PBB-KB 134.400.000.000,00 141.726.481.630,37 105,45

6. ABT-APU 16.500.000.000,00 18.683.530.846,75 113,23

7. P. Hotel 15.000.000.000,00 15.055.625.231,70 100,37

8. P. Restoran 29.280.000.000,00 29.343.934.623,08 100,22

9. P. Reklame 13.300.000.000,00 13.303.607.381,00 100,03

10. P. Parkir 3.000.000.000,00 2.741.130.957,00 91,37

11. P. Hiburan 7.000.000.000,00 6.650.284.906,32 95,00

JUMLAH 1.015.797.965.000,0 0

1.148.466.495.987,2

2 110,53 2005 1. PKB 424.300.000.000,00 462.768.823.893,00 109,07

2. PKAA 45.000.000,00 47.173.015,00 104,83

3. BBN-KB 595.700.000.000,00 618.866.087.937,00 103,89

4. BBN-KAA 5.000.000,00 5.089.800,00 101,80

5. PBB-KB 198.000.000.000,00 199.933.368.479,21 100,98

6. ABT-APU 18.900.000.000,00 19.517.298.859,00 103,27


(14)

Tahun PAJAK

DAERAH TARGET REALISASI % 8. P. Restoran 35.880.000.000,00 34.136.656.308,58 95,14

9. P. Reklame 23.500.000.000,00 23.503.591.871,50 100,02

10. P. Parkir 3.053.680.000,00 3.057.219.121,00 100,12

11. P. Hiburan 7.250.641.000,00 7.257.170.956,92 100,09

JUMLAH 1.323.134.321.000,00 1.385.599.410.325,43 104,72 2006 1. PKB 480.000.000.000,00 499.955.253.422,00 104,16

2. PKAA 45.000.000,00 51.218.289,00 113,82

3. BBN-KB 490.000.000.000,00 502.466.121.681,00 102,54

4. BBN-KAA 5.000.000,00 2.158.289,00 43,17

5. PBB-KB 327.000.000.000,00 342.212.142.288,36 104,65

6. ABT-APU 21.200.000.000,00 21.758.168.705,00 102,63

7. P. Hotel 17.670.000.000,00 17.684.311.834,64 100,08

8. P. Restoran 35.880.000.000,00 35.910.147.431,00 100,08

9. P. Reklame 25.000.000.000,00 16.057.723.589,50 64,23

10. P. Parkir 3.359.052.000,00 3.366.548.538,00 100,22

11. P. Hiburan 7.975.705.000,00 7.998.696.250,60 100,29

JUMLAH 1.408.134.757.000,00 1.447.462.490.318,10 104,72

2007 1. PKB 555.000.000.000,00 557.359.187.958,00 100,43

2. PKAA 45.000.000,00 46.046.449,00 102,33

3. BBN-KB 520.000.000.000,00 583.958.809.928,00 112,30

4.BBN-KAA 5.000.000,00 1.965.950,00 39,32

5. PBB-KB 362.000.000.000,00 378.195.572.192,00 104,47

6. ABT-APU 21.350.000.000,00 22.784.655.544,00 106,72

7. P. Hotel 18.553.500.000,00 19.717.665.589,08 106,27

8. P. Restoran 36.756.400.000,00 37.254.977.247,00 101,36

9. P. Reklame 8.461.730.000,00 16.070.834.506,70 189,92

10. P. Parkir 3.527.000.000,00 3.679.585.970,00 104,33

11. P. Hiburan 8.354.000.000,00 8.331.428.896,00 99,73

JUMLAH 1.534.052.630.000,00 1.627.400.730.229,78 104,72


(15)

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Daerah ini dikelola oleh Instansi teknis di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Penerimaan tersebut secara terperinci dipaparkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2.

Target dan Realisasi Retribusi Daerah

Tahun Target Realisasi % Selisih

2003 19.958.750.000,00 16.928.483.188,39 84,82 3.030.266.811,61

2004 21.195.434.000,00 23.762.354.666,04 112,11 2.566.920.666,04 2005 16.420.750.000,00 18.852.328.406,22 114,81 2.431.578.406,22 2006 10,394.010.000,00 11.714.727.648,10 112,71 1.320.717.648,01 2007 12.179.350.000,00 13.251.999.446,03 108,81 1.072.649.446,03

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dibuat beberapa

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah atau hubungan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi terhadap target penerimaan pajak dan retribusi daerah.

2. Bagaimana pengaruh variabel Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB) terhadap PAD Sumatera Utara.

3. Bagaimana pengaruh variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap PAD Sumatera Utara.


(16)

1.3. Hipotesis

1. Tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah Provinsi Sumatera utara setiap tahun semakin meningkat, cateris paribus.

2. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) memberikan pengaruh

positif terhadap PAD Sumatera Utara, cateris paribus.

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memberikan pengaruh positif terhadap PAD Sumatera Utara, cateris paribus.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah Provinsi Sumatera Utara setiap tahun.

2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB) terhadap PAD Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

terhadap PAD Sumatera Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian.

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya pihak pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara untuk kebijakan pengelolaan pendapatan daerah.


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1. Pajak

2.1.1. Pengertian Pajak

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama.

Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P. J. A. Andiani (1991:2) yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo dalam buku”Pengantar ilmu hukum pajak”

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Dalam defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lain yaitu fungsi mengatur.Sedangkan menurut Rachmat Soemitro(1990) dalam bukunya ”Dasar-dasar hukum pajak dan


(18)

pajak pendapatan” menyatakan: Pajak adalah iuran pajak kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat disahkan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukanya masih mendapat surplus, dipergunakan untuk membiayai

public investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2.1.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungutannya

Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok: 1. Menurut golongan

• Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan

• Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat


(19)

2. Menurut sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip:

• Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak.

• Contoh: Pajak penghasilan

• Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak

Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang

mewah

3. Menurut pemungut dan pengelolanya

• Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

Contoh: Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai

• Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Contoh: Pajak reklame, Pajak hiburan

2.1.3. Asas-asas Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternative pemungutannya. Sehingga terdapat


(20)

keserasiaan pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya An inquiri the

nature of cause the wealth of nations menyatakan bahwa pemungutan pajak

hendaknya didasarkan pada :

Equaliti

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil maksudnya bahwa setiap Wajib Pajak memnyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.

Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you


(21)

Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadilan itu sangat relative.

Menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam buku public

finance in theory and practice terdapat dua macam asas keadilan pemungutan

pajak, yaitu :

1. Benefit Principle

Dalam system perpajakan yang adil,setiap wajib pajak harus membayar pajak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah. Pendekatan ini disebut Revenue and Expenditure Approach

2. Ability Principle

Dalam pendekatan ini menyarankan agar pajak dibebankan kepada wajib pajak atas dasar kemampuan membayar.

Asas pemungutan lainnya juga dikemukakan oleh Jhon F. Due dalam buku

Government Finance ,An Economic Analisys yaitu The Natural Principle yang

bermakna bahwa pajak itu harus netral artinya tidak mempengaruhi pilihan masyarakat untuk mengkonsumsi atau memproduksi barang. Terlihat bahwa asas ini bertujuan untuk menjaga agar pemungutan pajak tidak mengganggu kemajuan ekonomi.


(22)

Asas pemungutan pajak dapat pula dibagi dalam: 1. Asas Menurut Falsafah Hukum

Hukum pajak harus berdasarkan pada keadilan. Selanjutnya keadilan ini sebagai asas pemungutan pajak.untuk menyatakan keadilan kepada hak Negara untuk memungut pajak, muncul beberapa teori dasar, yaitu:

• Teori asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun kenyataanya menyatakan premi tersebut tidaklah tepat.

• Teori Kepentingan

Pada teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat.pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran Negara untuk melindungi dibebankan pada masyarakat.

• Teori Gaya Pikul

Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan maka masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul seseorang.


(23)

• Teori Bakti

Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini berdasarkan pada Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya terhadap Negara. Dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan Negara.

• Teori Asas Daya Beli

Dalam teori ini mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang buka kepentingan individu atau Negara, sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.

2. Asas Yuridis

Untuk menyatakan suatu keadilan. Hukum pajak harus memberikan jaminan hukum kepada Negara atau warganya. Oleh karena itu,pemungutan pajak harus didasarkanpada undang-undang. Landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23A Amandemen Undang-undang dasar 1945

3. Asas Ekonomi

Seperti pada uraian sebelumnya,pajak mempunyai fungsi regular dan fungsi budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa Negara menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat agar terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak menghambat kelancaran ekonomi sehingga ekonomi tidak terganggu.


(24)

4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya

Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam pajak penghasilan,yaitu:

• Asas tempat tinggal

Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas penghasilan wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau berasal dari luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak Penghasilan)

• Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu Negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak.

• Asas Sumber

Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu Negara yang memungut pajak. Dengan demikian Wajib pajak menerima atau memperoleh penhasilan dari Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

2.1.4. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek

Masalah perpajakan tidaklah sesederhana hanya sekedar menyerahkan sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada Negara, tetapi coraknya


(25)

terlihat bermacam-macam tergantung kepada pendekatannya. Dalam hal ini pajak dapat didekati atau ditinjau dari berbagi aspek.

Aspek Ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.

Meskipun kehidupan ekonomi sebagian besar dijalankan dengan mengandalkan mekanisme pasar bebas, mekanisme tadi tidak akan berjalan apabila tidak ada pemerintah. Untuk menjalankan roda pemerintahan yang mampu menggerakkan secara efektif mekanisme pasar bebas pemerintah memerlukan pajak dari masyarakat.

Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan kepentingan umum(public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk masyarakat. Hal ini erat kaitanya dengan kebijakan ekonomi yang mengarah kepada dukungan kenaikan pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan.

Prasarana ekonomi tersebut erat kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi.tanpa pertumbuhan ekonomi, negara tidak dapat meningkatkan kesejahteran warganya. Demikian pula, tanpa jarak serta tanpa kesadaran masyarakat membayar pajak, pemerintah tidak dapat meningkatkan prasarana ekonominya. Untuk itu diperlukan usaha mengerahkan dana-dana investasi yang bersumber pada tabungan masyarakat, tabungan pemerintah serta penerimaan devisa yang berasal dari eksport dan jasa. Pengerahan dana-dana investasi tersebut


(26)

harus ditingkatkan dengan cepat, sehingga bantuan luar negeri semakin berkurang.

Aspek Hukum

Pajak merupakan masalah keungan negara. Dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yaitu Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lainyang bersifat memaksa untuk keperkuan negara diatur dengan undang-undang). Meskipun UUD 1945 (sebelum amandemen) sudah berlaku sejak negara merdeka (diganti antara tahun1950 sampai 1959, kemudian diperlakukan kembali dengan dekrit presiden 1959) Undang-undang pajak masih menggunakan produk undang-undang zaman kolonial belanda sampai pembaharuan perpajakan selesai tahun 1983. Undang-undang kolonial yang pada saat itu adalah Aturan Bea Meterai 1932, Ordonansi Pajak Perseroan 1925, Ordonansi Pajak kekayaan 1932, dan Ordonansi pajak pendapatan 1944.

Dalam rangka reformasi perpajakan nasional, pemerintah bersama-sama dengan DPR berhasil melahirkan undang-undang perpajakan yang baru, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan tata cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan, Undang-undang Nomor 13 tentang Bea Materai. Di dalam undang-undang di atas terdapat pula aspek hukum dengan mencantumkan sanksi-sanksi hukum apabila wajib pajak lalai atau dengan sengaja tidak menunaikan kewajiban membayar pajak.


(27)

Selanjutnya dilakukan pembaharuan kembali pada tahun 1994 dan pada tahun 1997 terdapat pula undang-undang baru yang dilahirkan. Pada tahun 1997 telah melahirkan yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 1997 tentang badan penyelesaian sengketa pajak, undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, undang-undang no 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, dan undang-undang Nomor 20 tahun 1997 bea perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Dalam era reformasi ini telah dilakukan pula pembaharuan terhadap undang-undang perpajakan meliputi: Undang-undang nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak penghasilan, Undang-Undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan nilai dan pajak pajak penjualan atas barang mewah, Undang-undang 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa dan undang-undang nomor 20 tahu 2000 tentang Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi .

Keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan diharapkan pemerintah dapat menegakkan law enforcement di bidang perpajakan.

Aspek Keuangan

Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalm aspek ekonomi hanya lebih menitikberatkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian uang sangat penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara. Oleh karena itu, struktur penerimaan negara sudah bergeser


(28)

dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Salah satu sumber dana untuk pembiayaan pembangunan yaitu tabungan pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin.

Alat ukur yang digunakan sebagai sebagai indikator efektif dan produktif pemungutan pajak yaitu fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara, akan semakin tinggi tax ratio.

Tax ratio yatu perbadingan antara penerimaan pajak dan jumlah produk

domestik bruto (PDB) di Indonesia.

Aspek Sosiologi

Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat.

Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berarti, dengan pembangunan ini dibiayai masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang dihimpun berasal dari rakyat (private saving) masyarakat atau berasal dari pemerintah (public saving )

Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan melakukan pembangunan di berbagai sektor.


(29)

2.2. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai defenisi, terlihat adanya dua fungsi pajak, yaitu:

Fungsi Penerimaan (Budgeteir)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBD sebagai penerimaan dalam negeri.

Fungsi Mengatur( Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: yaitu dikenakanya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula dengan barang mewah.

2.3. Retribusi

Jenis pungutan seperti retribusi mempunyai pengertian lain dibanding dengan pajak. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditunjukkan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi dari pemerintah, misalnya pembayaran uang kuliah, karcis masuk terminal, kartu langganan.

Pungututan retribusi di Indonnesia didasarkan pada Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pasal 1 angka 26 Undang-undang dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas


(30)

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Untuk tata cara pemungutannya, retribusi tidak dapat di borongkan dan retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen yang dipersamakan. Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan. Dalam hal wajib Retribusi tertentu kepada mereka tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga sebesar 2%(dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah(STRD)

2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa aspek atau faktor-faktor yang mendukung terjadinya pembangunan perekonomian itu ada beberapa bagian, penanaman modal dalam negeri juga mempunyai peranan yang besar dalam pembangunan perekonomian, semakin besar investasi yang ditanamkan akan berdampak semakin besar pula terhadap pembangunan perekonomian.

Kondisi perkembangan investasi di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter telah mengalami stagnasi dan kelesuan bahkan cenderung menjadi tidak kondusif sehingga berpengaruh terhadap perkembangan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah turunnya jumlah proyek dan investasi PMDN yang telah disetujui dan realisasinya.

Dengan menyampingkan permasalahan nasional, ada beberapa hal yang perlu dibenahi untuk mendorong investasi di Provinsi Sumatera Utara :


(31)

1. Menyangkut pada ketersediaan energi listrik, keterbatasan energi listrik sangat mengurangi minat investor melakukan investasi, baik baru maupun perluasan karena investor yang lama harus mengurangi pemakaian mesin-mesin karena keterbatasan energi listrik. Jadi jika Provinsi Sumatera Utara mau mendorong investasi, maka permasalahan energi listrik perlu dibenahi.

2. Menyangkut pada aktivitas peyelundupan yang marak di Provinsi Sumatera Utara, dengan maraknya penyelundupan menyangkut maka hasrat berinvestasi menjadi turun apalagi jika barang yang dihasilkan tidak mampu bersaing dengan barang buatan luar negeri.untuk mengatasi masalah ini diperlukan adanya koordinasi serta itikad yang tulus dari kita semua. Namun harus disponsori oleh pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara.

3. Menyangkut pada kondisi jalan dan jembatan yang tidak mulus dan tidak merata di Provinsi Sumatera Utara. Potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah Provinsi Sumatera Utara tidak terjangkau oleh jalan dan jembatan secara ekonomis sehingga potensi itu tidak dapat diolah.Oleh sebab itu investasi hanya terjadi di daerah yang sudah dapat dijangkau oleh jalan dan jembatan saja.

Dengan demikian adanya perhatian yang serius untuk membenahi faktor-faktor yang diatas akan menambah volume investasi yang akan ditanamkan di Provinsi Sumatera Utara, sehingga pembangunan perekonomian yang direncanakan dapat terlaksana. Semakin tinggi tingkat perkembangan perekonomian maka kesejahteraan masyarakat juga akan semakin tinggi.


(32)

Adapun besarnya jumlah PMDN yang ditanamkan didaerah Provinsi Sumatera Utara antara tahun 1998-2007 ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.4

Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1998-2007 Tahun PMDN (Juta Rupiah)

1998 102.716.3

1999 119.777.8

2000 519.744.7

2001 339.603.4

2002 504.556.6

2003 417.053.6

2004 26.807.5

2005 131.753.3

2006 34.653.0

2007 429.462.7

Sumber :Biro Pusat Satistik

2.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita adalah merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Nilai PDRB per kapita dapat menggambarkan tinggkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah walaupun sebenarnya nilai PDRB per kapita ini belum tentu dinikmati oleh masyarakat di daerah tersebut.

Mulai tumbuhnya perekonomian Indonesia berdampak pada perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Provinsi Sumatera Utara adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74%. Laju pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari tahun 2003 yang sebesar 4,81%.


(33)

Pertumbuhan ekonomi dicapai oleh sektor pengangkutan sebesar 13,49%. Pertumbuhan yang cukup tinggi dicapai oleh sector konstruksi sebesar 7,65%. Sementara itu, sektor pertanian yang mentumbang sekitar 24,47%. Perekonomian di Provinsi Sumatera Utara mampu tumbuh sebesar 3,75%. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pada yang dicapai pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 2,51%.

Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk yang dapat dilihat secaa tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor perbankan sebagai sektor yang sangat berpengaruh selama krisis ekonomi tetapi sekarang menunjukkan perbaikan dan ini tercermin dari peningkatnya dana yang dihimpun juga kredit yang disalurkan pada sektor perbankan memberi peluang dan harapan pada sektor riil untuk mengembangkanusahanya pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Jumlah Produk Regional Domestik Bruto yang dihasilkan diperoleh daerah Provinsi Sumatera Utara antara tahun 1998-2007 ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.5.

Produk Domestik Regional Bruto tahun 1998-2007 TAHUN PDRB (juta Rupiah)

1998 22.332.689,00

1999 22.898.424,00

2000 24.016.650,00

2001 24.911.050,00

2002 25.925.360,00

2003 27.071.250,00

2004 28.680.852,00

2005 34.006.074,00

2006 50.705.973,00

2007 59.228.075,00


(34)

2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah adalah salah dari sumber pendapatan daerah. Yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut Kadjatmiko (2002 :77)”, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang beralaku”.

Menurut Halim dan Nasir (2006:44), Pendapatan Asli Daerah adalah “pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

2.6.2. Jenis-Jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasakan Permendagri 13/2006 adalah terdiri dari: pajak daerah retibusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Halim (2004:67) Pendapatan asli Daerah dipisahkan menjadi empat pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain


(35)

PAD yang sah. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh oleh halim adalah sesuai dengan klasifikasi Kepmendagri 29/2002.

Sumber-sumber dari pendapatan asli daerah akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Pajak Daerah

Menurut Marihot. P. Siahaan (2005:7) pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya untuk membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau kelompok tanpa imbalan lansung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu


(36)

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

Jenis-jenis Pajak Daerah Kabupaten Atau Kota

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Jenis Pendapatan Pajak Kabupaten/kota tersusun dari :

• Pajak Hotel,

• Pajak Restoran,

• Pajak Hiburan,

• Pajak Reklame,

• Pajak penerangan jalan,

• Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C,

• Pajak Parkir.

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam undang-undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan Hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah itu sendiri.

2. Retribusi Daerah

Menurut Yani (2002:55) ”Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan pribadi atau badan”.


(37)

2.6.3. Jenis-Jenis Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten /kota meliputi objek pendapatan berikut:

• Retribusi Pelayanan Kesehatan,

• Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan,

• Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP,

• Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan sipil,

• Retribusi Pelayanan Pemakaman,

• Retribusi Pengabuan Mayat,

• Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum,

• Retribusi Pelayanan Pasar,

• Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,

• Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran,

• Retribusi Penggantian Biayan Cetak Peta,

• REtribusi Pengujian Kapal Perikanan,

• Reetribusi Pemakaian Kekayaan Daerah,

• Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan,

• Retribusi Jasa Usaha Tempat Pelelangan,

• Retribusi Jasa Usaha Terminal,

• Retribusi jasa Usaha Khusus Parkir,

• Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa,

• Retribusi jasa Usaha Penyedotan Kakus,


(38)

• Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan KApal,

• Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga,

• Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di atas Air,

• Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah Cair,

• Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah,

• Retribusi Izin Mendirikan Bangunan,

• Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol,

• Retribusi Izin Gangguan,

• Reetribusi Izin Trayek.

2.6.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan.

Menurut Halim (2004:68),”Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan”.

Menurut Halim (2004:68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

• Bagian laba perusahaan milik daerah

• Bagian laba lembaga keuangan bank

• Bagian laba keuangan nonbank

• Bagian laba atas penyertaan modal/investasi.

Sumber penerimaan PAD yang lainnya yang menduduk i peran penting setelah pajak dan retribusi daerah adalah bagian Pemerintah Daerah atas laba


(39)

Badan Usaha Milik Daerah(BUMD). Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pegelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan atau Bagian Laba BUMD merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

BUMD merupakan badan usaha yang didirikan seluruhnya atau sebagian dengan modal daerah. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah. Selain itu, BUMD juga merupakan cara yang lebih efisien dalam melayani masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Bagian laba BUMD tersebutt digunakan untuk membiayai pembangunan daerah dan anggaran belanja daerah, setelah dikurangi dengan penyusutan, dan pengurangan lain yang wajar dalam BUMD.

BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksaan otonomi daerah. Besarnya kontribusi laba BUMD dalam Pendapatan Asli Daerah dapat menjadi indikator kuat dan lemahnya BUMD dalam suatu daerah.

Jenis pendapatan ini meliputi Objek Pendapatan berikut:

• Bagian Laba Perusahaan Milk Daerah,

• Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank,

• Bagian Laba Lembaga Keuangan NonBank,


(40)

2.6.5. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Menurut Halim (2004:69)”Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah”.

Menurut Halim(2004:69) jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut;1) hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposit, 4) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah”.

Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Lain-Lain Pad yang sah meliputi:

• Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,

• Jasa giro,

• Pendapatan bunga,

• Keuntungan selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dan

• Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulam data ataupun informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah menganalisis bagaimana kontribusi dan efektifitas pajak dan retribusi daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah Sumatera Utara dengan menganalisis kontribusi dan efektivitasnya setiap tahun. Kemudian meneliti pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi PAD Sumatera Utara yang antara lain PDRB dan PMDN.

3.2. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder (time series) dengan kurun waktu tahunan yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan lembaga-lembaga terkait, serta berbagai buku yang berhubungan dengan pendapatan daerah.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series dari tahun 1998 sampai 2007 (sampel


(42)

data 10 tahun) untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PAD. dan data tahun 2003 – 2007 untuk analisis efektivitas dan kontribusi.

3.4. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan manual dengan aplikasi Microsoft excel dan program komputer eviews 4.1.

3.5. Model Analisis

3.5.1. Analisis Kontribusi dan Efektivitas.

Analisis data yang digunakan dalam menganalisis kontribusi dan efektivitas pajak dan retribusi daerah adalah sebagai berikut:

a. Analisis Kontribusi

Yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut:

Pn = ×100%

n n QY QX

Keterangan :

Pn = Kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan asli Daerah (Rupiah)

QY = Jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Rupiah) QX = Jumlah penerimaan pajak dan retribusi daerah (Rupiah)


(43)

Dengan analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara. Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari tahun ke tahun selama 5 tahun, kita akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi tersebut dan akan diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil dari tahun ke tahun. Sehingga dapat diketahui seberapa besar peran pajak dan retribusi daerah dalam menyumbang terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara.

b. Analisis Efetivitas

Yaitu merupakan hubungan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap target penerimaan pajak dan retribusi daerah yang memungkinkan apakah besarnya pajak dan retribusi daerah sesuai dengan target yang ada. Besarnya efektivitas pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Efektifitas = 100%

arg Re

x et t

alisasi

Apabila hasil perhitungan efektivitas pajak dan retribusi daerah menghasilkan angka atau persentase mendekati 100%, maka pajak dan retribusi daerah semakin efektif dan untuk melihat efektivitasnya adalah dengan membandingkan efektivitas pada tahun bersangkutan dengan efektivitas tahun sebelumnya.

3.5.2. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap PAD

Beberapa faktor yang mempengaruhi PAD yang antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) digambarkan pengaruhnya dengan fungsi matematika sebagai berikut:


(44)

Y = f (X1, X2) ………..(1.1)

Fungsi ini kemudian dispesifikasikan ke dalam model ekonometrik sebagai berikut:

Y = + 1X1+ 2X2+ ………..(1.2)

Dimana:

Y = PAD

X1 = PDRB

X2 = PMDN

= Konstanta

1… 3 = Koefisien regressi

= Term of Error (kesalahan pengganggu)

3.6. Defenisi Operasional

• Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,dengan tidak mendapat prestasi kembali

• Retribusi daerah adalah jumlah pungutan resmi yang diperoleh untuk jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Rupiah).

• Realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah adalah jumlah pajak dan retribusi daerah yang telah diterima setiap tahun (Rupiah).


(45)

• Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun (juta rupiah).

• Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah jumlah modal yang

digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berasal dari dalam negeri (juta rupiah).


(46)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara 4.1.1. Letak Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 1-4 LU dan 98-100 BT dengan luas 71.680 Km atau terbesar ketujuh wilayah Republik Indonesia. Letak provinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura seta diapit oleh tiga provinsi dengan batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan provinsi Daerah Istimewa Aceh

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Barat dan Riau

• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat malaka

4.1.2. Kondisi Alam dan Topografi

Provinsi Sumatera Utara terletak dengan garis khatulistiwa dan mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin passat dan angin musson. Kelembapan udara rata-rata 78%-91% pertahun. Curah hujan kurang lebih 1800-4000 mm pertahun. Ketinggian dataran Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi sebagian dataranya hanya beberapa meter dari permukaan laut, beriklim cukup panas yang suhunya bisa mencapai 35 C, sedangkan sebagian daerahnya lagi berbukit dengan kemiringan landai, beriklim sedang dan berada pada ketinggian yang suhu minimalnya bias mencapai 14 C


(47)

Tabel 4.1.2

Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara Wilayah

Kabupaten/kota

Letak di atas Permukaan laut

Medan 0-14m

Binjai 28m

Tebing Tinggi 26-34m Pematang Siantar 400m

Tanjung Balai 0-4m

Sibolga 0-100m

Deli Serdang 0-1500m

Langkat 0-1200m

Simalungun 200-1500m

Karo 140-1400m

Dairi 400-1700m

Asahan 0-1500m

Labuhan Batu 0-1300m

Tapanuli Utara 300-800m Tapanuli Selatan 0-1915m Tapanuli tengah 0-1166m

Nias 0-800m

Sumber : Data BPS dan diolah kembali dari beberapa penerbitan

4.1.3 Potensi Wilayah

Wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau dan sungai merupakan potensi energik untuk pengembangan industri perdangangan dan lain-lain. Dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara terkandung bahan galian seperti: kapur, belerang, pasir kuarsa, kuolin, diamtome, emas, batu bara, minyak dan gas bumi.

Kegiatan perekonomian terpenting di Provinsi Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang manghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Provinsi Sumatera Utara adalah industri yang


(48)

memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor meliputi logam dasar dan industri kecil.

Potensi strategis wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam jalur perdangangan internasional ditunjang oleh adanya pelabuhan laut dan bandara yaitu bandara Polonia, Pinangsori, Binaka, Aek Godang dan pelabuhan seperti pelabuhan Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik.

Disamping fasilitas ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainya serta komunikasi seperti: perhubungan darat, telepon, teleks, faximile, dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar kecamatan yang tersebar di wilayah Provinsi Umatera Utara. Selain itu di Provinsi Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan atau penelitian seperti :perguruan tinggi termasuk Politeknik, Balai Penelitian dan Balai pelatihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil penelitian bagi pembangunan daerah.

4.1.4. Gambaran Perekonomian Provinsi Sumatera Utara

Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah, karena pertumbuhan ekonomi mencerminkan tingkat keberhasilan pemerintah dalam menjalankan tugasnya dan juga umumnya digunakan sebagai indikator kesejahteraan rakyat. Dalam hal pencapaian pertumbuhan ekonomi, Sumatera Utara yang mempunyai wilayah yang sangat strategis, di bidang ekonomi selalu di sibukkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi.


(49)

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2004 sebesar 3,17% pada tahun 2006 sebesar 6,18%, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1998, dimana pada tahun tersebut , pertumbuhan ekonomi naik menjadi 13,80% dan kenaikan ini adalah tertinggi sejak tahun 1987 sampi 2006.

Produk Domestik Regional Bruto per kapita adalah gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Nilai PDRB perkapita dapat menggambarkan tinggkat kesejahteraan penduduk suatu daerah, walaupun sebenarnya nilai PDRB perkapita ini belum tentu dinikmati oleh masyarakat di daerah tersebut.

4.1.5. Historis Provinsi Sumatera Utara

Pada tahun 1863, Jacob Nienhuys seorang Belanda pengusaha perkebunan di Jawa mengunjungi pesisir timur laut Sumatera dan mendapatkan tanah untuk perkebunan si Labuhan Deli yang merupakan tanah konsesi dari Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam,dan selanjutnya Martubung, Sunggal, Sungai Beras dan Kelmpang.Keadaan ini membuka peluang kepada para peminat orang Eropah menanam modalnya di Deli. Setahun kemudian, hasil panen tembakau yang pertama sekali dikapalkan ke Rotterdam, hasilnya memuaskan kemudian tembakau Deli menjadi masyur. Inilah awal eksploitasi besar-besaran perusahaan perkebunan Eropah di pesisir timur laut Sumatera, khususnya daerah Deli dan sekitarnya. Pada kurun waktu itu mulai dipekerjakan buruh perkebunan yang didatangkan dari Swatow (China), Singapura, Malaka serta orang Kelling (India) yang didatangkan dari Penang.


(50)

Tanah Deli Sumatera Timur adalah merupakan wilayah yang sangat subur untuk melakukan kegiatan pertanian dan perkebunan. Sepuluh tahun kemidian 1872 jumlah perusahaan perkebunan tembakau yang beroperasi di Deli mencapai 13 perusahaan yang tersebar di Langkat dan Deli Serdang. Jumlah orang Eropah yang bekerja sebanyak 75 orang dan jumlah buruh sebanyak 4000 orang.

Badan Warisan Provinsi Sumatera Utara (Seminar Arsitektur,1995) dataran yang luas daerah Deli telah diusahakan dengan penanaman tembakau, kopi, teh, karet, dan kelapa sawit. Lalu kualitas tembakau Deli sebagai pembalut cerutu amat terkenal pada masa sekitar 1875 sampai 1900 pembangunan dan perluasan perkebunan berlangsung dengan sangat cepat dan mengagumkan.

Perusahaan Belanda, Deli Maatschappij (Mij) yang kemudian menjadi perusahaan yang begitu besar dan kuat di daerah Deli. Momentum penting terjadi pada tahun 1869, Deli Mij membangun pusat administrasinya di sekitar Sungai Deli dan Babura yang waktu itu dikenal dengan nama Medan Putri.

Pada tahun 1879, asisten Residen deli dan para pamong praja Belanda pindah dari Labuhan Deli ke Medan dengan menempati rumah-rumah yang dipinjamkan Deli Mij. Selanjutnya pada tahun 1891, Sultan Deli Maknum Alrasyid Perkasa Alamsyah pindah ke istana Maimun (dibangun sekitar tahun1888), Medan. Dengan demikian setelah itu peran Labuhan Deli semakin berkurang dan sebaliknya peran Medan sebagai pusat daerah Deli semakin kuat. Di sisi lain, Belawan dipandang sebagai daerah yang lebih baik sebagai pelabuhan Tahun 1884 di sebelah selatan Esplanade dibangun sebuah hotel kecil di lokasi Bapindo sekarang. Pada tahun1883, Deli Mij mendirikan jawatan kereta api bernama Deli Poorweg Maatschappij dan tahun 1885 jalur kereta api Medan


(51)

Labuhan Deli diresmikan. Sementara stasiun kereta api ditempatkan di sebelah timur Eslanade, dan yang asli sudah dibongkar.

4.2. Kondisi Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Penerimaan dari PAD adalah merupakan refleksi dari 4 (empat) jenis pungutan yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan / laba BUMD dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

4.2.1. Pajak Daerah

Secara keseluruhan penerimaan Pajak Daerah dari tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2007 terus menerus mengalami peningkatan yang signifikan, realisasi penerimaan Pajak Daerah dapat melampaui target sebesar (114,04%). Dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 754.498.150.000, di realisasikan sebesar Rp. 861.971.364.167,64. Dari 6 (enam) jenis pungutan, terdapat 3 (tiga) jenis yang mengalami over target. Penerimaan terbesar masih diperoleh dari BBN-KB disusul PKB dan ABT/APU dan seterusnya. Pada tahun anggaran 2004 Pajak Daerah terus mengalami peningkatan baik dari segi target maupun realisasi. Dari target sebesar Rp. 948.217.965.000 diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.081.371.912.888.12 (114.04%). Dari 6 (enam) jenis pungutan semuanya melampaui target yang ditetapkan. Seperti Tahun sebelumnya, penerimaan terbesar masih diperoleh dari BBN-KB disusul PKB dan PBB-KB pada tahun anggaran 2005 Pajak Daerah mengalami peningkatan baik dari segi target maupun realisasi. Target dinaikkan sebesar Rp. 155.578.087.111.88 dari realisasi tahun anggaran. 2004. Dengan target sebesar Rp. 1.236.950.000.000.-


(52)

direalisasikan sebesar Rp.1.301.137.841.983.21 (105,19%) atau mengalami over target sebesar Rp. 64.187.841.983.21 (+5,19%).

Seperti Tahun sebelumnya, dari 6 (enam) jenis pungutan, semuanya masih tetap melampaui target yang ditetapkan. Penerimaan terbesar masih diperoleh dari BBN-KB disusul PKB dan PBB-KB. Pada tahun anggaran 2006, Pajak Daerah mengalami peningkatan maksimal baik dari segi target maupun realisasi. Target Pajak Daerah dinaikkan sebesar Rp. 17.112.158.016.79 dari realisasi Tahun Anggaran 2005. Dengan target yang ditetapkan sebesar Rp. 1.318.250.000.000.- direalisasikan sebesar Rp. 1.366.445.063.185.36.- (103,66%) atau over target sebesar Rp 48.195.063.185.36 (+3.66%). Pada Tahun Anggaran 2007 target kembali ditingkatkan sebesar Rp.52.804.936.814.64 dari realisasi tahun anggaran 2006 menjadi Rp. 1.458.400.000.000 dengan realisasi penerimaan di atas target yang ditetapkan sebesar (+05,76).

4.2.2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Daerah ini dikelola oleh Instansi teknis dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pada tahun anggaran 2003 realisasi penerimaan Retribusi daerah tidak mencapai target. Penerimaan hanya mencapai (84,82 %). Pada tahun anggaran 2004, meskipun target dinaikkan, penerimaan retribusi menunjukkan hasil yang positif dan bahkan melampaui target sebesar(+12,11 %). Pada tahun ini


(53)

penerimaan terbesar diperoleh dari penyelenggaraan angkutan barang disusul pengujian kendaraan bermotor dan penjualan produksi usaha daerah. Pada tahun anggaran 2005 target penerimaan Retribusi Daerah turun drastis namun masih mampu melampaui target sebesar (+14,81 %). Pada tahun 2006 target penerimaan Retribusi Daerah mengalami penurunan lagi namun masih mampu meraih target yang ditetapkan bahkan over target sebesar (+12,71 %). Terakhir pada 2007 target dinaikkan dan hasilnya cukup positif karena dapat melampaui target yang ditetapkan.

4.2.3. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah Badan Usaha yang dibentuk oleh Daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menopang keuangan Daerah. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi adalah penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari hasil (laba) pengelolaan BUMD. Realisasi penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dari Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah sebagai berikut :

Tabel.4.2.3

Target dan realisasi laba BUMD

Tahun Sumber Target Realisasi %

2003 1. PDAM TIRTANADI 2.750.000.000,00 2.750.000.000,00 100,00

2. PERKEBUNAN 2.530.000.000,00 2.530.000.000,00 100,00

3. PD PERHOTELAN 225.750.000,00 225.750.000,00 100,00

4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00

5. PT KIM 175.000.000,00 175.000.000,00 100,00


(54)

Jumlah 5.880.750.000,00 5.880.750.000,00 100,00

Tahun Sumber Target Realisasi %

2004 1. PDAM TIRTANADI 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00 100,00

2. PERKEBUNAN 3.376.893.000,00 3.376.893.000,00 100,00

3. PD PERHOTELAN 300.000.000,00 300.000.000,00 100,00

4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00

5. PT KIM 180.000.000,00 180.000.000,00 100,00

6. PT BANK SUMUT - - -

Jumlah 7.056.893.000,00 7.056.893.000,00 100,00

2005 1. PDAM TIRTANADI 3.300.000.000,00 3.300.000.000,00 100,00

2. PERKEBUNAN 4.323.503.000,00 4.323.503.000,00 100,00

3. PD PERHOTELAN 500.000.000,00 500.000.000,00 100,00

4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00

5. PT KIM 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00

6. PT BANK SUMUT - - -

Jumlah 8.523.503.000,00 8.523.503.000,00 100,00

2006 1.PDAM TIRTANADI 3.700.000.000,00 3.700.000.000,00 100,00

2. PERKEBUNAN 4.755.854.000,00 4.755.854.000,00 100,00

3. PD PERHOTELAN 500.000.000,00 500.000.000,00 100,00

4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00

5. PT KIM 220.000.000,00 368.863.955,00 167,67

6.PT BANK SUMUT 80.766.483.000,00 80.766.482.421,00 100,00

Jumlah 90.142.337.000,00 90.291.200.376,00 100,17

2007 1. PDAM TIRTANADI 4.100.000.000,00 4.100.000.000,00 100,00

2. PERKEBUNAN 5.754.582.900,00 5.754.582.900,00 100,00

3. PD PERHOTELAN 550.000.000,00 525.000.000,00 95,45


(55)

5. PT KIM 275.140.784,00 275.140.784,00 100,00

6. PT BANK SUMUT 63.433.826.825,00 63.433.826.824,78 100,00

Tahun Sumber Target Realisasi %

Jumlah 74.213.550.509,00 74.138.550.508,78 99,90

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Pada tahun anggaran 2003 penerimaan yang diperoleh sesuai dengan target kecuali PT. Bank Sumut yang belum memberikan kontribusinya apapun. Penerimaan terbesar di peroleh dari PDAM Tirtanadi disusul PD. Perkebunan. Pada tahun anggaran 2004 target meningkat sebesar Rp. 1.176.143.000 menjadi Rp.7.056.893.000 dengan realisasi penerimaan sama dengan target yang ditetapkan, kecuali PT. Bank Sumut yang masih belum memberikan kontribusi. Pada Tahun Anggaran 2005 penerimaan terbesar diperoleh dari PD. Perkebunan disusul PDAM Tirtanadi. Selanjutnya pada tahun anggaran 2005 target kembali meningkat sebesar Rp. 1.466.610.000 menjadi Rp. 8.523.503.000. dengan realisasi penerimaan sama dengan target yang ditetapkan namun kontribusi dari PT. Bank Sumut sebagai Lembaga Keuangan Provinsi Sumut masih belum memberikan kontribusinya. Pada tahun anggaran 2005 ini penerimaan terbesar diperoleh dari PD. Perkebunan disusul PDAM Tirtanadi. Pada tahun anggaran 2006 target mengalami kenaikan sebesar Rp. 81.618.834.000 dari realisasi tahun anggaran 2005. Hal ini dilatarbelakangi oleh potensi PT. Bank Sumut yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya setelah beberapa Tahun nihil. Dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 90.142.337.000 realisasi penerimaan sebesar Rp.90.291.200.376.00 (100.17%). Penerimaan ini over target sebesar Rp. 148.863.376.- (+0,17%). Pada Tahun ini kontribusi dari PT. Bank Sumut adalah sesuai dengan target yang ditetapkan, dimana realisasi tersebut merupakan laba 2


(56)

(dua) Tahun buku 2004 dan 2005. Pada TA. 2007 kontribusi dari BUMD terutama PT. Bank Sumut sudah mulai normal karena telah mampu memenuhi target Tahunan yang ditetapkan.

4.2.4. Lain-lain PAD yang Sah

Lain-lain PAD yang Sah adalah penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di luar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah seperti jasa giro, hasil penjualan aset daerah. Realisasi penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dari Lain-lain PAD yang Sah adalah sebagai berikut :

Tabel.4.2.4

Target dan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah

Tahun Sumber Dana Target Realisasi %

2003 Lain-Lain PAD Yang Sah 19,278,672,000.00 23,482,163,711.71 121.80

2004 Lain-Lain PAD Yang Sah 28,224,909,000.00 30,943,866,822.78 109.63

2005 Lain-Lain PAD Yang Sah 24,358,228,000.00 33,304,360,678.34 136.73

2006 Lain-Lain PAD Yang Sah 32,980,874,000.00 34,157,224,532.05 103.57

2007 Lain-Lain PAD Yang Sah 49,222,881,095.00 76,558,383,817.18 155.53

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa secara keseluruhan penerimaan dari Lain-lain PAD yang sah sangat positif sebab realisasi penerimaan terus menerus mengalami peningkatan. Dalam pengelolaannya, Lain-lain PAD yang Sah dibagi dalam dua kelompok penerimaan yakni Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan dan Penerimaan lain-lain PAD yang Sah. Pada tahun anggaran 2003 penerimaan lain-lain melampaui target sebesar (+121.80%), tahun anggaran 2004 mencapai (+109.63%), %), tahun anggaran 2005 mencapai (+136,73%), tahun


(57)

anggaran 2006 mencapai (+103.57%) dan pada tahun anggaran 2007 mencapai (+155,53%).

4.2.5. Target Pendapatan Asli Daerah

Rencana Penerimaan (Target) PAD, disusun dengan menggunakan beberapa variabel, lain antara lain :

1) Kondisi potensi atau data objek pungutan dan asumsi

perkembangannya pada tahun berjalan.

2) Tingkat realisasi penerimaan pada tahun berjalan dan Tahun

Anggaran sebelumnya.

3) Estimasi perkembangan dan kondisi dilapangan.

4) Faktor-faktor pendukung seperti : tarif, penagihan tunggakan, kegiatan pemungutan dilapangan.

5) Karakter masing-masing jenis pungutan terutama PAD tidak sama. 6) Penerimaan yang bersumber dari bagi hasil pajak/bagi hasil bukan

pajak sangat erat kaitannya dengan kebijakan Pemerintah Pusat. 7) Kajian potensi dan pendataan objek pungutan untuk dijadikan bahan

referensi dan evaluasi sehingga target yang ditetapkan lebih rasional.

4.2.6. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah. Dana Perimbangan ini terdiri atas 3 (tiga) jenis sumber dana yakni Dana Bagi Hasil, DAU dan DAK yang sesungguhnya pengalokasiannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis Dana Perimbangan tersebut saling


(58)

mengisi dan melengkapi. Pencantuman Dana Perimbangan dalam APBN dimaksud untuk memberi kepastianpandanaan bagi daerah. Adapun kontribusi dari Dana Perimbangan yang diterima Provinsi Sumatera Utara dituangkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2.6

Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sumatera Utara 2003-2007 (dalam ribuan rupiah)

Target Dan Realisasi Dana Perimbangan

Tahun Sumber Dana Target Realisasi %

1 2 3 4 5

2003 Bagi Hasil Pajak 121.137.212.000,00 160.560.863.863,00 132,54

Bagi Hasil Bukan Pajak 11.113.283.000,00 10.136.723.644,74 91,21

DAU 301.750.000.000,00 301.750.000.000,00 100,00

DAK 4.800.000.000,00 4.816.867.000,00 100,35

Jumlah 438.800.495.000,00 477.264.454.507,74 108,77

2004 Bagi Hasil Pajak 145.139.411.000,00 186.674.985.644,47 128,62

Bagi Hasil Bukan Pajak 7.954.040.000,00 6.559.477.508,34 82,47

DAU 319.740.000.000,00 319.741.000.000,00 100,00

DAK

Jumlah 472.833.451.000,00 512.975.463.152,81 108,49

2005 Bagi Hasil Pajak 186.500.000.000,00 202.359.849.056,00 108,50

Bagi Hasil Bukan Pajak 6.827.040.000,00 2.286.447.778,00 33,49

DAU 313.745.000.000,00 313.745.000.000,00 100,00

DAK 14.998.000.000,00 14.998.000.000,00 100,00

Jumlah 522.070.040.000,00 533.389.296.834,00 102,17

2006 Bagi Hasil Pajak 210.000.000.000,00 240.832.726.918,40 114,68

Bagi Hasil Bukan Pajak 1.690.000.000,00 2.291.984.820,00 135,62


(59)

DAK

Jumlah 749.408.000.000,00 780.842.711.738,40 104,19 Target Dan Realisasi Dana Perimbangan

Tahun Sumber Dana Target Realisasi %

1 2 3 4 5

2007 Bagi Hasil Pajak 266.263.784.000,00 291.470.533.405,00 109,47

Bagi Hasil Bukan Pajak 2.053.210.000,00 4.253.765.414,00 207,18

DAU 657.357.000.000,00 657.357.000.000,00 100,00

DAK

Jumlah 925.673.994.000,00 953.081.298.819,00 102,96 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

4.2.7. Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan PAD dan Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah. Lain – lain Pendapatan Daerah diperoleh dari hibah dan dana darurat. Selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2007, penerimaannya ditampilkan pada tabel 4.2.7 berikut :

Tabel 4.2.7

Target dan Realisasi Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Tahun Sumber Dana Target Realisasi %

2003

Iuran Jasa Air (Annual Fee) 8.917.493.000,00 7.726.684.416,00 86,65

Penerimaan dari TNGL 10.000.000,00 485.400,00 4,85

Bantuan Pemerintah Pusat 19.898.152.000,00 20.089.612.000,00 100,96

Jumlah 28.825.645.000,00 27.816.781.816,00 96,50

2004 Iuran Jasa Air (Annual Fee) 8.917.493.000,00 7.994.976.240,00 89,65


(60)

Bantuan Pemerintah Pusat - - - Jumlah 8.917.493.000,00 7.994.976.240,00 89,55

Tahun Sumber Dana Target Realisasi %

2005 Annual Fee 8.917.493.000,00 11.164.665.991,49 125,20

Jumlah 8.917.493.000,00 11.164.665.991,49 125,20

2006 Sumbangan Pihak Ketiga

(SP-3)

3.631.992.000,00 2.998.242.500,00 82,55

Annual Fee 8.917.493.000,00 14.014.478.332,90 135,57

Jumlah 12.549.485.000,00 17.012.720.832,90 135,57

2007 Sumbangan Pihak Ketiga

(SP-3)

3.403.710.000,00 3.717.819.797,00 109,23

Annual Fee 14.014.478.000,00 19.145.276.322,00 136,61

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

20.000.000.000,00 18.000.000.000,00 90,00

Jumlah 37.418.188.000,00 40.863.096.119,00 109,21 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel diatas pada tahun anggaran 2003 penerimaan hanya (+96,50 %) atau minus (3,50 %), pada tahun anggaran 2004 pencapaiannya hanya (89,55%) atau minus (-10,45 %) yang diperoleh dari jasa akhir tahunan PT. Inalum.

4.2.8. Permasalahan Keuangan Daerah

Permasalahan prinsip yang dimiliki oleh seluruh daerah otonom pada umumnya adalah terbatasnya dana yang dimiliki. Khusus Provinsi Sumatera Utara, upaya peningkatan pendapatan daerah dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut;


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

• Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2003 sampai 2007 adalah efektif.

• Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun ke tahun yaitu tahun 2003 sampai 2007 mengalami penurunan. Hal tersebut jelas terlihat dimana kontribusi di tahun 2007 hanya mencapai 51,28% sementara pada tahun 2003 masih bisa mencapai 97,68%.

• Dari hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi PAD diketahui bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memberikan pengaruh yang positif terhadap PAD.

• Berdasarkan penelitian diketahui juga bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memberikan pengaruh yang positif terhadap PAD.


(2)

5.2. Saran

Dari hasil penelitian, ada beberapa saran yang akan penulis ajukan. Yang antara lain adalah sebagai berikut:

• Sampai tahun 2007 diketahui bahwa tingkat efektivitas pajak dan retribusi daerah sebagai pendapatan asli daerah masih tergolong tinggi. Akan tetapi sangat perlu perhatian dari pemerintah untuk selalu berkomitmen pada target-target yang akan dicapai.

• Adalah sangat perlu dipertimbangkan oleh pejabat pemerintahan bahwa kontribusi pajak dan retribusi daerah yang semakin menurun dari tahun ke tahun dapat berdampak buruk bagi pembangunan yang akan direncanakan. Hal ini jelas akan membuat PAD Sumatera Utara menurun.

• Yang merupakan cara untuk terus meningkatkan pendapatan asli daerah khususnya daerah Sumatera Utara adalah dengan meningkatkan PDRB dari semua sektor. Hal itu akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PAD Sumatera Utara.

• Pemerintah perlu mempererat kerjasama dengan para pengusaha swasta untuk meningkatkan Penanaman Modal Dalam Negeri. Peningkatan tersebut dengan sendirinya akan semakin menambah PAD.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ambardi, Urbanus M & Socia Prihawantoro, 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah, Jakarta:BPPT.

Arikunto, Suharsini, 1998. Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktek, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Arikuto, Suharsini, 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Arsyad, Lincolin, 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah,

BPFE –Yogyakarta.

Biro Pusat Statistik, 2008. Pendapatan Regional(PDRB) provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota 1998-2007, Medan.

Elmi, Bachrul, 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press).

Gujarati, Damodar N.2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta, Penerbit Erlangga.

Kumorotomo, Wahyudi, Erman Agus Purwanto, 2005. Anggaran Berbasis Kinerja Konsep dan Aplikasinya, Yogyakarta: Magister Administrasi public UGM.

Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Cetakan keempat, Jakarta.

Sirojuzilam. 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional. Bandung: ISEI Bandung.

Sirojuzilam, 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, Bandung: ISEI Bandung.

Sukirno, Sadono, 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan, Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Supranto, j, 2004. Ekonometri, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Tarigan, Robinson, 2006. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widjaya, HAW. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(4)

LAMPIRAN I

Dependent Variable: LAGLNPAD Method: Least Squares

Date: 11/19/09 Time: 16:41 Sample(adjusted): 1999 2007

Included observations: 9 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 44.73241 13.60123 3.288850 0.0166 LAGLNPDRB 3.413661 0.790108 4.320496 0.0050 LAGLNPMDN 0.546395 0.205220 1.226074 0.0828 R-squared 0.756830 Mean dependent var 13.23878 Adjusted R-squared 0.675773 S.D. dependent var 1.004567 S.E. of regression 0.572010 Akaike info criterion 1.981881 Sum squared resid 1.963172 Schwarz criterion 2.047622 Log likelihood -5.918464 F-statistic 9.337025 Durbin-Watson stat 1.507622 Prob(F-statistic) 0.014379


(5)

LAMPIRAN II

TAHUN PMDN PDRB PAD

1998 102.716,34 22.332.689,00 122.888,67

1999 119.777,75 22.898.424,00 187.597,43

2000 519.744,66 24.016.650,00 255.078,47

2001 339.603,38 24.911.050,00 423.075,22

2002 504.556,61 25.925.360,00 614.459,28

2003 417.053,58 27.071.250,00 899.752,29

2004 26.807,50 28.680.852,00 1.143.128,73

2005 131.753,30 34.006.074,00 1.372.982,70

2006 346.530 50.705.973,00 2.579.598,93


(6)

LAMPIRAN III

TAHUN Pendapatan Asli

Daerah (juta rupiah)

Realisasi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah (juta rupiah)

Target Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah (juta rupiah)

2003 899.752,3 878.899,85 774.456,90

2004 1.143.129,0 1.105.134,27 969.413,40 2005 1.372.983,0 1.319.990,20 1.253.370,75 2006 2.579.599,0 1.378.159,79 1.328.644,01 2007 3.033.831,0 1.555.598,24 1.470.579,35


Dokumen yang terkait

Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Samosir

7 105 84

Kontribusi Penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemkab/Pemko di SUMUT.

3 62 88

Peranan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Pematang Siantar sesudah otonomi daerah.

9 104 90

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2007 – 2012

0 3 16

Analisis pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD); studi empiris pada Propinsi Bengkulu

12 81 98

Analisis perbandingan penerimaan pajak Daerah dan restribusi daerah terhadap peningkatan pada sebelum dan sesudah otonomi periode 2006-2010 pada kota tangerang selatan

1 8 53

Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten dan kota di Indonesia tahun 2006-2010

0 5 0

ANALISIS PENDAPATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH UNTUK Analisis Pendapatan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Untuk Realisasi Biaya Pendidikan Di Kabupaten Klaten

0 0 16

ANALISIS PENDAPATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH UNTUK Analisis Pendapatan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Untuk Realisasi Biaya Pendidikan Di Kabupaten Klaten

0 2 17

Analisis Kontribusi Pajak Daerah & Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah.

0 7 20