Kegunaan rasio Keuangan Analisis Rasio Likuiditas

Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.

B. Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Harahap 2004 : 297 “Rasio Keuangan adalah Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan berarti”. Sedangkan menurut Hanafi 2004 :36 “Rasio Keuangan adalah Dengan menghitung rasio-rasio keuangan dengan menggabungkan angka-angka di neraca denganatau angka-angka pada laporan laba rugi.” Rasio keuangan ini sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengaan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain, sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

C. Kegunaan rasio Keuangan

Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti investor, kreditor, analisis, konsultan keuangan, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Laporan Keuangan dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 tertentu. Laporan Keuangan yang baik dan akurat menurut Martono 2001 : 52 dapat menyediakan informasi yang berguna antara lain dalam : 1. pengambilan keputusan investasi, 2. keputusan pemberian kredit, 3. penilaian aliran kas, 4. penilaian sumber-sumber ekonomi, 5. melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana, 6. menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana, 7. menganalisis penggunaan dana.

D. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Secara Garis Besar ada 4 Jenis Rasio Keuangan menurut Martono 2001:53 yang peneliti gunakan untuk menilai kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara I Persero, yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas Rentabilitas. 1. rasio likuiditas liquidity ratios yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar, 2. rasio aktivitas activity ratios yaitu rasio yang mengukur efisiensi dalam menggunakan asset-assetnya, 3. rasio solvabilitas solvability ratios yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilkuidasi, Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 4. rasio keuntungan profitabilitas ratios yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio dikatakan aman jika berada diatas 1 atau 100 , artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar. Menurut Munawir 2002 : 72 Current ratio dapat dihitung dengan rumus : Current Ratio = Aktiva Lancar x 100 Kewajiban Lancar Tahun 2006 = 47.630.334 x 100 = 27,26 atau Rp.0,27 174.749.89 Tahun 2007 = 39.556.996 x 100 = 22,17 atau Rp.0,22 178.390.491 Tahun 2008 = 67.702.682 x 100 = 31,13 atau Rp.0,31 217.455.677 b. Cash Ratio Cash Ratio menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 yang harus segera diuangkan. Semakin tinggi cash ratio berarti jumlah uang yang tersedia semakin besar sehingga pelunasan utang pada saat jatuh tempo tidak mengalami kesulitan. Akan tetapi Cash Ratio yang terlalu tinggi pun tidak baik akibatnya terhadap potensi untuk mempertinggi rate of return. Menurut Munawir 2002 : 104 Cash Ratio dapat ditentukan dengan rumus : Cash Ratio = KasBank + Surat Berharga x 100 Kewajiban Lancar Tahun 2006 = 8.341.375 x 100 = 4,77 atau Rp.0,047 174.749.891 Tahun 2007 = 9.968.635 x 100 = 5,59 atau Rp 0,059 178.390.491 . Tahun 2008 = 20.939.483 x 100 = 9,63 atau Rp. 0,096 217.455.677 c. Quick Ratio Acid test ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencairkannya dalam bentuk uang tunai. Rasio ini semakin besar maka semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100 atau 1:1. Menurut Harahap 2004 : 342 rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Quick Ratio = Kas + Surat Berharga + Piutang Usaha x 100 Kewajiban Lancar Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 Tahun 2006 = 8.341.375 + 2.203.410 x 100 = 6,00 atau Rp.0,06 174.749.891 Tahun 2007 = 9.968.635 + 1.241.640 x 100 = 6,2 atau Rp. 0,062 178.390.491 Tahun 2008 = 20.939.483 + 3.221.495 x 100 = 11,1 atau Rp.0,11 217.455.677 2. Rasio Solvabilitas a. Total Debt to Equity Ratio Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik cepat menutupi kewajiban-kewajiban kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Menurut Syahyunan 2004 : 89 rasio ini dapat ditentukan dengan rumus : Total debt to Equity Ratio = Total Kewajiban x 100 Modal sendiri Tahun 2006 = 479.589.367 x 100 = 819,8 atau Rp. 8,19 58.496.364 Tahun 2007 = 451.698.559 x 100 = 269,2 atau Rp. 2,69 167.752.083 Tahun 2008 = 478.910.398 x 100 = 4722,4 atau Rp. 47,22 10.141.087 b. Total Debt to Total Capital Assets Ratio Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana total aktiva dapat menutupi kewajiban-kewajiban kepada pihak luar. Menurut Harahap 2004 : 304 rasio ini dihitung dengan rumus : Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 Total Debt to Total Capital Assets Ratio = Total Kewajiban x 100 Total Aktiva Tahun 2006 = 479.589.367 x 100 = 99,2 atau Rp.0,99 483.294.567 Tahun 2007 = 451.698.559 x100 = 97,5 atau Rp.0,97 463.218.854 Tahun 2008 = 478.910.398 x 100 = 95,8 atau Rp.0,95 499.617.353 3. Rasio Aktivitas a. Total Assets Turn Over Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Menurut Syahyunan 2004 : 85 rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Total Assests Turn Over = Total Pendapatan x 1 kali Capital Employed Tahun 2006 = 283.867.083 x 1 kali = 0,59 kali 477.760.285 Tahun 2007 = 354.319.758 x 1 kali = 0,76 kali 460.258.046 . Tahun 2008 = 467.732.382 x 1 kali = 0,94 kali 498.238.145 b. Receivable Turn Over Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja penagihan piutang yang dilakukan Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 perusahaan. Menurut Perusahaan rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Receivable Turn Over Ratio = Total Pendapatan Usaha x 1 kali Total Piutang Usaha Tahun 2006 = 275.420.333 x 1 kali = 125 kali 2.203.410 Tahun 2007 = 324.036.074 x 1 kali = 285 kali 1.133.623 Tahun 2008 = 448.779.796 x 1 kali = 140 kali 3.221.495 c. Collection Period Rasio ini menunjukkan periode yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Menurut Bragg 2000 : 328 rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Collection Period = Total Piutang Usaha x 365 hari Total Pendapatan Usaha Tahun 2006 = 2.203.410 x 365 hari = 2,92 hari 275.420.333 Tahun 2007 = 1.133.623 x 365 hari = 1,28 hari 324.036.074 Tahun 2008 = 3.221.495 x 365 hari = 2,62 hari 448.779.796 d. Net Worrking Capital Turn Over Rasio ini menunjukkan berapa penjualan bersih terhadap modal kerja rata-rata. Menurut Munawir 2002 : 80 rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 Net Working Capital Turn Over = Penjualan Bersih x 1 kali Modal Kerja Rata-rata Tahun 2006 = 275.420.333 x 1 kali = 4,7 kali 58.496.364 Tahun 2007 = 324.036.074 x 1 kali = 1,9 kali 167.752.083 Tahun 2008 = 448.779.796 x 1 kali = 44,2 kali 10.141.087 4. Rasio Profitabilitas a. Net Profit Margin Rasio ini mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Menurut Brigham 2001 : 89 rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Net Profit Margin Ratio = Laba Bersih x 100 Penjualan Tahun 2006 = 60.325.446 x 100 = 21,9 atau Rp.0,21 275.420.333 Tahun 2007 = 7.815.095 x 100 = 2,41 atau Rp.0,024 324.036.074 Tahun 2008 = 9.186.660 x 100 = 2,04 atau 0,020 448.779.796 b. Gross Profit Margin Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok biaya produksi, mengidikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Menurut Munawir 2002 : 105 rasio ini dapat ditentukan dengan rumus : Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 Gross Profit Margin Ratio = Laba Kotor x 100 Penjualan Netto Tahun 2006 = 21.017.788 x 100 = 7,63 atau Rp.0,07 275.420.333 Tahun 2007 = 77.964.717 x 100 = 24,1 atau Rp. 0,24 324.036.074 Tahun 2008 = 112.756.383 x 100 = 25,2 atau Rp. 0,25 448.779.796 c. Rate of Return on Total Assets Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Dimana semakin besar rasio ini semakin baik. Berarti perusahaan dapat meraih laba dengan lebih cepat. Menurut Harahap 2004 : 305 rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Rate of Return on Total Assets = EBIT x 100 Total Aktiva Tahun 2006 = 50.882.448 x 100 = 10,5 atau Rp. 0,1 483.294.567 Tahun 2007 = 12.898.939 x 100 = 2,78 atau Rp.0,027 463.218.854 Tahun 2008 = 10.996.390 x 100 = 2,2 atau Rp. 0,022 499.617.353 d. Rate of Retuurn on Investment ROI Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Menurut Syahyunan rasio ini dapat diukur dengan rumus : Rate of ROI = EAT x 100 Total Aktiva Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 Tahun 2006 = 14.322.564 x 100 =3,00 atau Rp.0,03 477.760.285 Tahun 2007 = 50.928.167 x 100 =11,07 atau Rp. 0,11 460.258.046 Tahun 2008 = 50.005.946 x 100 =10,04 atau Rp. 0,10 498.238.145 e. Rate of Return on Equity ROE Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Menurut Munawir 2002 : 109 rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Rate of Return on Equity = EAT x 100 Modal Sendiri Tahun 2006 = 60.325.446 x 100 = 103,13 atau Rp.103,13 58.496.364 Tahun 2007 = 7.815.095 x 100 = 4,66 atau Rp.0,046 167.752.083 Tahun 2008 = 9.186.660 x 100 = 90,59 atau Rp.0,90 10.141.087 Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 2 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan PT. Perkebunan Nusantara I Persero Tahun 2006-2008 Rasio Tahun 2006 2007 2008 I. Likuiditas Current Ratio 27,26 22,17 31,13 Cash Ratio 4,77 5,59 9,63 Quick Ratio 6,00 6,20 11,10

II. Solvabilitas

Total Debt to Equity Ratio 819,80 269,20 4722,40 Total Debt to Capital Assets Ratio 99,20 97,50 95,80

III. Aktivitas

Total Assets Turn Over 0,59 x 0,76 x 0,94 x Receivable Turn Over 125 x 285 x 140 x Collection Periods 2,92 hari 1,28 hari 2,62 hari Net Working Capital Turn Over 4,7 x 1,9 x 44,2 x

IV. Profitabilitas

Net Profit Margin -21,90 2,41 2,04 Gross Profit Margin 7,63 24,10 25,20 Rate of Return on Total Assets -10,50 2,78 2,20 Rate of Return on Invesment ROI -3,00 11,07 10,04 Rate of Return on Equity ROE -103,13 4,66 90,59 E. Kelemahan Rasio Keuangan Keterbatasankelemahan rasio keuangan menurut Syahyunan 2004 : 82 yaitu : 1. kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dan perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak dibidang usaha, Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 2. rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, 3. perbedaaan metode akuntansi yang digunakan perusahaan akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan, 4. informasi rata-rata industri atau perusahaan adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

F. Analisis Rasio Likuiditas

Tabel 3 Rasio Likuiditas PT. Perkebunan Nusantara I Persero Rasio Tahun 2006 2007 2008 Current Ratio 27,26 22,17 31,13 Cash Ratio 4,77 5,59 9,63 Quick Ratio 6,00 6,2 11,1 Hasil Penelitian 2009 data diolah Dari 3 komponen Rasio Likuiditas tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi likuiditas PTP N I Persero dalam keadaan tidak likuid, artinya perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tepat waktu. a. Current Ratio Current Ratio PTPN I Persero pada tahun 2006 sebesar 27,26 , tahun 2007 sebesar 22,17 dan tahun 2008 sebesar 31,13 . Dari hasil analisis ini Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 secara garis besar dapat diketahui bahwa current ratio perusahaan dalam keadaan tidak likuid. Hal ini terjadi dikarenakan sedikitnya aktiva lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancar perusahaan yang diikuti dengan penurunan aktiva lancar pada tahun 2007 serta peningkatan kewajiban lancar dari tahun ke tahun selama 3 periode berturut-turut. Suatu perusahaan dikatakan baik jika current rationya mencapai 200 atau 2:1, jadi dapat dilihat dari current ratio ini bahwa perusahaan belum dapat melunasi kewajiban lancarnya pada saat jatuh tempo dengan aktiva lancarnya. Keadaan ini sudah tentu dapat menghambat operasional perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat kinerja perusahaan. b. Cash Ratio Cash Ratio menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya yang harus dilunasi dengan kas yang tersedia dimana kas tersebut dapat diuangkan segera. Cash Ratio PTPN IPersero tahun 2006 sebesar 4,77 , tahun 2007 sebesar 5,59 dan tahun 2008 sebesar 9,63 . Dilihat dari besar angka perbandingannya, cash ratio perusahaan menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan aktiva lancar disertai kenaikan kewajiban lancar selama 3 periode berturut-turut.. Keadaan ini masih menggambarkan bahwa perusahaan belum mampu untuk membayar kewajibannya dengan kas yang ada. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa kredibilitas PTPN I dimata kreditur semakin menurun. Riezka Dharma : Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara I Persero Langsa-NAD, 2009. USU Repository © 2009 c. Quick Ratio Pada tahun 2006 Quick Ratio PTPN I Persero menunjukkan angka sebesar 6,00 , tahu 2007 sebesar 6,2 dan tahun 2008 sebesar 11,1 . Penurunan ini terjadi karena penambahan aktiva lancar yang tidak sebanding dengan penambahan kewajiban lancar perusahaan. Dengan melihat rasio ini dapat diketahui bahwa jumlah kas dan piutang yang dimiliki perusahaan belum mampu untuk membayar kewajiban lancar perusahaan.

G. Analisis Rasio Solvabilitas