22 Menurut Sumantri 2010, beristirahat bagi nyamuk
mempunyai arti dua macam, yaitu:
1. Beristirahat yang sebenarnya, selama waktu menunggu proses perkembangan telur.
2. Beristirahat yang hanya sementara, yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.
Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab, dan aman untuk beristirahat, tetapi
apabila diteliti lebih lanjut tiap spesies ternyata mempunyai perilaku yang berbeda. Ada spesies yang hanya hinggap di
tempat-tempat dekat tanah, tetapi adapula spesies yang hinggap di tempat-tempat yang lembab dan terlindung dari
cahaya.
2.2.4 Penyebaran
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun karena angin atau kendaraan
dapat berpindah lebih jauh Widodo, 2012. Menurut Depkes RI 2005, nyamuk Aedes aegypti
tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun
tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari
23 permukaan air laut. Di atas ketinggian 1.000 m nyamuk ini
tidak dapat berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
memunginkan bagi kehidupan nyamuk tersebut Depkes RI, 2005.
Menurut Sumantri
2010, Penyebaran
vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang
ditularkan oleh serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu:
1 Cara aktif,
yang dilakukan
nyamuk dengan
menggunakan kekuatan terbang. 2 Cara pasif, dengan perantaraan dan bantuan transportasi
angin.
2.3 Keberadaan Larva Aedes aegypti
Keberadaan larva atau jentik nyamuk merupakan indikator dari potensi keterjangkitan masyarakat akan DBD. Jentik nyamuk ini dapat
berkembang biak pada wadah-wadah di sekitar pemukiman Hardayati, W.
et. al., 2011.
Keberadaan kontainer air akan sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak kontainer air yang
memadai, maka akan semakin banyak tempat perindukan dan akan
24 semakinpadat pula jentik nyamuk Aedes aegypti di dalam kontainer air
tersebut Wati, 2009.
Keberadaan tempat penampungan air di dalam maupun luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes aegypti, bahkan
tempat penampungan air tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan menjadi nyamuk dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD Fatimah,
2006. Soeroso 2000 mengatakan bahwa ada kemungkinan risiko terkena
DBD pada lingkungan rumah yang ada jentiknya dengan yang tidak ada.
2.4 Kepadatan Populasi Nyamuk Penular
Berdasarkan data dari Depkes RI 2005, untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu lokasi dapat dilakukan
beberapa survei di beberapa rumah, seperti: a.
Survei Nyamuk
Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah, masing-masing
selama 20 menit per rumah dan penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah yang sama. Penangkapan nyamuk biasanya
dilakukan dengan menggunakan aspirator. Indeks nyamuk yang
digunakan:
1. BitingLanding Rate: Jumlah Aedes agypti betina tertangkap umpan orang
Jumlah Penangkapan x Jumlah jam penangkapan