14
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Rasa Nyaman: Nyeri Akut
Menurut Mahon 1994 dalam Potter dan Perry 2005, nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik danatau mental, sedangkan
kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang
individu.
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien Asmadi, 2008.
Menurut Hidayat 2009 nyeri merupakan kondisi perasaan tidak menyenangkan yang bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat menjelakan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami.
1. Pengkajian
Menurut NIH 1986, McGuire 1992, dalam Potter dan Perry 2005, Pengkajian nyeri yang tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk
menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Walaupun
pengkajian nyeri merupakan aktivitas yang paling umum dilakukan perawat,
15
pengkajian nyeri merupakan salah satu pengkajian yang sulit dilakukan. Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Penting untuk
menginterpretasi secara cermat tanda-tanda nyeri mengingat komponen fisik dan psikologis dari suatu nyeri mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri.
Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap tingkat kenyamanan klien. Apabila nyeri bersifat akut atau parah, ada kemungkinan klien dapat
memberi penjelasan yang terinci tentang pengalaman nyerinya secara keseluruhan. Selama episode nyeri akut, tindakan perawat yang utama adalah
mengkaji perasaan klien, menetapkan respon fisiologi klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, tingkat keparahan, dan kualitas nyeri. Untuk klien yang mengalami
nyeri kronik, cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif, perilaku dari pengalaman
nyeri dan pada riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri tersebut.Pengkajian nyeri yang dilakukan meliputi pengkajian data subjektif dan data objektif.
1. Data subjektif
a Karakteristik Nyeri dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T
diantaranya faktor pencetus
provocate
yaitu perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal
ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri
psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan
nyeri.
16
Kualitas
Quality
yaitu kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif
yang diungkapkan
oleh klien,
seringkali klien
mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan
lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
Lokasi
Region
yaitu untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagiandaerah yang
dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah
nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus menyebar.
Keparahan
Severe
yaitu tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini
klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada nyeri nyeri sedang nyeri berat
Durasi
Time
yaitu perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat
menanyakan: „kapan nyeri mulai dirasakan?‟, „sudah berapa lama nyeri dirasakan?‟, „apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu
17
yang sama setiap hari?‟,‟seberapa sering nyeri kambuh?‟ atau dengan kata-kata lain yang semakna.
b Faktor yang meredakan nyeri, misalnya gerakan, kurang bergerak,
pengerahan tenaga, istirahat, obat-obatan bebas, dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi nyerinya.
c Efek nyeri terhadap klien. Apabila klien mengalami nyeri maka
perawat perlu mengkaji kata-kata yang diucapkan, respon verbal meringis, menangis, gerakan wajah dan tubuh meringis sambil
mengguling ke kanan, melindungi area nyeri, interaksi sosial klien, dan aktivitas klien.Pada aktivitas sehari-hari nyeri menyebabkan klien
kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin.Seperti pada kehidupan sehari-hari, misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi,
interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas- aktivitas santai.
d Kekhawatiran klien tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai masalah
yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri.
2. Data objektif
a Respon perilaku
Respon perilaku yang ditunjukkan klien yang mengalami nyeri bermacam-macam. Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai
respon perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah nyeri yang dirasakan pasien.
18
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit,
menopang bagian
nyeri yang
sakit, menggeretakkan
gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi
verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung. b
Respon Afektif Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di
dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas kecemasan perlu digali dengan menanyakan pada
pasien seperti: „apakah anda saat ini merasakan cemas?‟. Selain itu juga adanya depresi, ketidaktertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku
menarik diri dari lingkungan perlu diperhatikan.
2. Analisa data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan pasien, kemampuan pasien mengelolah kesehatan terhadap dirinya sendiri. Data
fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap pasien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar itu
19
digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencananakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
pasien. Pengumpulan data tujuannya adalah memperoleh informasi tentang keadaan
kesehatan pasien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien, menilai keadaaan kesehatan pasien, membuat keputusan yang tepat menentukan
langkah-langkah berikutnya. Tipe data terbagi dua, yaitu data subyektif dan data objektif. Data subyektif
adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bsa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien terhadap status kesehatan lainnya. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh menggunakan panca indera lihat, dengar, cium, sentuhraba selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernapasan, tekanan darah, berat
badan, dan tingkat kesadaran. Menurut Wilkinson dan Ahren 2011, menyatakan bahwabatasan
karakteristik untuk diagnosa keperawatan nyeri akut dan nyeri kronis dibagi menjadi data subjektif dan data objektif.
Data subjektif untuk nyeri akut adalah mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat dan Data objektif adalah Posisi untuk
menghindari nyeri, perubahan tekanan darah, pernafasan, perubahan selera makan, perilaku distraksi misalnya, mondar-mandir, mencari orang atau
aktivitas, perilaku ekspresif misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
20
berlebihan, peka terhadap ransang, dan menghela nafas panjang, wajah topeng nyeri, perilaku menjaga atau sikap melindungi dan gangguan tidur
Data subjektif untuk nyeri kronis adalah keletihan, takut kembali terluka, dan Data objektif adalah anoreksia, perubahan pola tidur, wajah topeng, perilaku
melindungi, penurunan interaksi dengan orang lain, gelisah, dan perubahan berat badan.
3. Rumusan masalah
a Nyeri akut
Defenisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa International Association for the study of pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung 6 bulan.
Batasan karakteristik: a.
Perubahan selera makan b.
Perubahan tekanan darah c.
Perubahan frekuensi jantung d.
Perubahan frekuensi pernapasan e.
Laporan isyarat f.
Mengekspresikan perilaku mis, gelisah, merengek, menangis, waspada, mendesah
21
g. Masker wajah mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis h.
Sikap melindungi area nyeri i.
Indikasi nyeri yang dapat diamati j.
Melaporkan nyeri secara verbal k.
Gangguan tidur Faktor yang berhubungan:
Agens cedera mis, biologis, zat kima, fisik, psikologis b Nyeri kronis
Defenisi: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa International Association for the Study of Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga
berat, terjadi yang dapat diantispasi atau diprediksi berlangsung 6 bulan. Batasan karakteristik:
a. Anoreksia
b. Atrofi kelompok otot yang terserang
c. Perubahan pola tidur
d. Skala keluhan
e. Depresi
f. Masker wajah
g. Takut terjadi cedera berulang
h. Sikap melindungi area nyeri
i. Keluhan nyeri
22
j. Gelisah
k. Penurunan interaksi dengan orang lain
Faktor yang berhubungan: a.
Ketunadayaan fisik kronis b.
Ketunadayaan psikososial kronis
4. Diagnosa keperawatan
Terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang dapat digunakan untuk menggambarkan nyeri pada klien yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut
North American Nursing Diagnosis Association
NANDA, 2012, nyeri akut didefenisikan sebagai „suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dan intensitas yang
ringan sampai berat, dapat diprediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan‟ NANDA, 2012. Nyeri kronis didefenisikan sebagai „suatu pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun
lambat, dari intensitas yang ringan sampai berat, tidak dapat diprediksi berakhirnya dan durasi lebih
dari enam bulan‟ NANDA, 2012.
5. Perencanaan keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diperoleh, menurut Wilkinson dan Ahren 2011,intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa keperawatan
nyeri akut dan nyeri kronis adalah:
23
1. Nyeri Akut
Intervensi Keperawatan a
Kaji nyeri yang meliputi lokasi, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya.
b Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif. c
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
d Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologis misalnya, hipnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, kompres hangat atau dingin, dan masase
sebelum, setelah dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menimbulkan nyeri.
e Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri
dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape dan interaksi dengan pengunjung.
f Kendalikan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan misalnya suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan.
2. Nyeri Kronis
Intervensi Keperawatan a
Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
24
b Tentukan dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup misalnya,
tidur, selera makan, aktivitas, kognisi, alam perasaan, hubungan, kinerja, dan tanggungjawab peran
c Tawarkan tindakan meredakan nyeri untuk membantu pengobatan
nyeri misalnya, tehnik relaksasi, dan masase punggung. d
Bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri e
Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk peredaan nyeri
Menurut Potter dan Perry 2005, intervensi keperawatan dengan diagnosa nyeri kronis adalah:
TujuanKriteria hasil Intervensi
Rasional Tujuan: klien secara
aktif akan berpartisipasi dalam
rencana pelaksanaan nyeri
Kriteria hasil: klien mempertahankan dan
berespons pada terapi pengontrolan
nyeri 1.
Implementasi penatalaksanaan obat
dengan Fentanyl transdermal, jelaskan
pada klien tentang efek samping yang
diharapkan, cara pemecahan untuk nyeri
akut
2. Minta klien utuk
memilih terapi yang telah mengatasi
nyerinya di waktu lampau misalnya,
distraksi selama permainan kartu,
berbaring di tempat tidur dengan posisi
semi-fowler
3. Minta klien untuk
menyelesaikan catatan tentang nyeri yaitu
tipenya, menggunakan tindakan pengontrol
nyeri, dan memperoleh penghilang nyeri
4. Ajarkan klien untuk
1. Obat transdermal
menghindari absorbsi gastroinstestinal. Obat
diindikasikan bagi klien yang mengalami nyeri
yang konstan.
2. Kontrol diri
menunjukkan kemampuan seseorang
untuk menentukan keadaan dengan cepat
melalui tindakannya.
3. Pencatatan
pengalaman nyeri dan tindakan mengatasi
nyeri akan meningkatkan kontrol
persepsi klien
4. Masase punggung
dengan usapan lembut
25
melakukan masase punggung dengan
usapan lembut adalah upaya yang
mudah dilakukan, memakan waktu yang
singkat, dan telah terbukti menyebabkan
relaksasi.
26
B. Asuhan Keperawatan Kasus