27
Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang dapat diperoleh dari produksi yang dihasilkan dapat ditentukan dengan rumus: Soekartawi, 2005
π = TR – TC dimana:
π = Keuntungan yang yang diperoleh TR = Total Revenue atau Total Penerimaan
TC = Total Cost atau Biaya Total Soekartawi 2005, menyatakan bahwa penerimaan pendapatan kotor dalam
usahatani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Selain itu, menurut Rahardja dan Manurung 2000 menyatakan bahwa
pendapatan total atau total revenue TR sama dengan jumlah unit output Q dikalikan dengan harga output per unit P.
Pendapatan bersih atau keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis berikut:
π = TR – TC = P x Q
– VC + FC Keterangan:
π = Pendapatan bersih atau keuntungan Rp
TR = Total penerimaan Rp
TC = Total biaya Rp
P = Harga output Rp
Q = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
FC = Biaya tetap Rp
VC = Biaya variabel Rp
2.2.5 Efisiensi Usahatani
Keberhasilan dalam usahatani dapat dilihat dan diukur dari efisiensi produksi yang dicapai. Suatu usahatani dikatakan berhasil dan efisien jika
minimal dapat : 1. Menghasilkan cukup penerimaan untuk membayar semua modal dan alat yang
digunakan. 2. Menghasilkan penerimaan yang dapat digunakan untuk membayar bunga modal
milik sendiri atau pinjaman.
28
3. Membayar upah tenaga kerja petani yang digunakan secara layak. 4. Paling sedikit harus dalam keadaan semula.
5. Membayar tenaga kerja petani sebagai pengelola. Soekartawi, 2006 Menurut Soekartawi 2006, efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara
menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan ekonomi. Penggunaan suatu faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang digunakan
menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisien harga kalau nilai produk sama dengan harga produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisien secara
ekonomi kalau usahatani tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus efisiensi ekonomi.
Untuk mengukur perbandingan antara penerimaan dengan biaya dinyatakan dengan menggunakan rumus RC ratio Return and Cost Ratio. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut : 1 Apabila hasil analisa memberikan RC rasio 1, maka usahatani atau usaha
yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan efisien dan menguntungkan. 2 Apabila hasil analisa memberikan RC rasio = 1, maka usahatani atau usaha
yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan efisien dan menguntungkan dan juga tidak mengalami kerugian.
3 Apabila hasil analisa memberikan RC rasio 1, maka usahatani atau usaha yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan tidak efisien dan tidak
menguntungkan dan atau usaha tersebut mengalami suatu kerugian. Untuk lebih jelasnya secara matematis analisis RC ratio dapat
diformulasikan sebagai berikut : TR
= P x Q TC
= FC + VC
RC rasio = TC TR
RC rasio =
VC FC
Q x
P
29
Keterangan : RC rasio
= Efisiensi biaya TR
= Total penerimaan Rp TC
= Total biaya Rp P
= Harga output Rp Q
= Jumlah output kg FC
= Biaya tetap Rp VC
= Biaya variabel Rp
Tolak ukur paling sederhana yang dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi suatu usahatani adalah RC rasio Revenue Cost Ratio. Walaupun tidak ada
ukuran tertentu untuk nilai RC rasio ini, pada umumnya dinyatakan jika nilai RC rasio
_ _
1 berarti kegiatan usahatani tersebut gagal, jika nilai RC rasio = 1, maka kegiatan usahatani tidak rugi, jika nilai RC rasio 1, maka kegiatan usahatani
berhasil atau menguntungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani adalah biaya, penerimaan, dan keuntungan. Secara teoritis dengan RC rasio = 1
artinya impas, tetapi berhubung adanya biaya usahatani yang kadang-kadang tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan peneliti. Sebagai contoh
RC rasio 1 usahatani baru dapat dikatakan untung apabila mencapai minimal 1,5 atau bahkan 2,0 Soekartawi 2006.
2.2.6 Teori Pemasaran