Tingkat Efisiensi Biaya Produksi Usahatani Jagung Melalui Pola

64

5.2 Tingkat Efisiensi Biaya Produksi Usahatani Jagung Melalui Pola

Kemitraan Dan Non Kemitraan Petani Jagung Tingkat pendapatan yang diterima oleh petani dapat juga dilihat dari efisiensi biaya. Biaya produksi yang efisien akan memberikan keuntungan yang besar bagi setiap petani. Efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh petani dapat dianalisis dengan menggunakan RC ratio yang merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan dan biaya. Efisiensi yang tinggi dapat diperoleh dengan jalan meningkatkan produksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta menekan biaya produksi yang dikeluarkan. Penggunaan biaya produksi dinyatakan sudah efisien apabila nilai RC ratio lebih besar dari satu. Apabila nilai RC ratio lebih kecil sama dengan satu, berarti penggunaan biaya tidak efisien. Tabel 5.3. Hasil Analisis Nilai RC Ratio Usahatani Jagung Pola Kemitraan dan Non Kemitraan di di Desa Karanganyar Kabupaten Jember Jenis Usahatani Penerimaan RpHa Jumlah Biaya RpHa RC Ratio Pola Kemitraan 25.616.000 7.627.278 3,37 Pola Non Kemitraan 17.377.841 4.743.710 3,73 Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013, Lampiran 4, 5, 6, dan 7 Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui rata-rata efisiensi biaya usahatani jagung pola kemitraan sebesar 3,37 artinya penggunaan biaya usahatani ini efisien karena nilainya lebih besar dari satu. Nilai RC ratio sebesar 3,37 menunjukkan bahwa setiap Rp 1000,00 yang diinvestasikan pada usahatani jagung pola kemitraan akan memberikan hasil sebesar Rp. 3370,00. Rata-rata efisiensi biaya usahatani jagung pola non kemitraan sebesar 3,73 artinya penggunaan biaya pada usahatani ini efisisen karena nilainya lebih besar dari satu. Nilai RC ratio sebesar 3,73 menunjukkan bahwa setiap Rp 1000,00 biaya yang diinvestasikan pada usahatani jagung pola non kemitraan akan memberikan hasil sebesar Rp. 3730,00. 65 Berdasarkan dari nilai RC ratio kedua pola usahatani jagung, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung dengan pola non kemitraan lebih besar atau lebih effisien dibandingkan dengan usahatani jagung pola kemitraan karena biaya yang dikeluarkan pada pola kemitraan lebih besar dibandingkan dengan yang pola non kemitraan. Nilai pembagi yang merupakan total biaya mempunyai nilai besar menyebabkan hasil RC rasio dari pola kemitraan lebih rendah dibandingkan pola non kemitraan. Perbedaan kegiatan jenis usahatani pada pola kemitraan dengan non kemitraan jagung menyebabkan berbeda pula komponen biaya produksinya. RC ratio dipengaruhi oleh perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi. Penerimaan merupakan hasil kali antara produksi dan harga jual, sedangkan biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel yang digunakan pada usahatani jagung adalah biaya benih, biaya pupuk, biaya obat- obatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Biaya benih yang membedakan hasil dari RC ratio antara pola kemitraan dengan non kemitraan. Petani non kemitraan membeli benih dengan harga Rp 55.000 per kg, sedangkan petani bermitra tidak mengeluarkan biaya untuk membeli benih karena perusahaan mitra memberi benih kepada petani secara gratis. Harga beli dan jumlah produksi juga merupakan faktor yang menyebabkan nilai RC ratio berbeda.

5.3 Efisiensi Pemasaran Usahatani Jagung Melalui Pola Kemitraan dan Non Kemitraan