40
e. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis KOA Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh
kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal,
memejemen, dan pengadaan saprodi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Selain itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai
penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Dalam pelaksanaannya, KOA terdapat kesepakatan
tentang pembagian hasil dan resiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan. Kelebihan dari pola kemitraan KOA adalah pola kemitraan KOA ini
sama dengan keunggulan sistem inti-plasma. Pola KOA paling banyak ditemukan dimasyarakat pedesaan, antara usaha kecil di desa dengan usaha rumah tangga dalam
bentuk bagi hasil. Kelemahan dari pola kemitraan KOA antara lain: Pengambilan untung oleh perusahaan mitra terlalu besar
Perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan
yang diperoleh pengusaha kecil mitranya. Belum ada pihak ketiga yang berperan efektif dalam memecahkan
permasalahan di atas.
2.3 Kerangka Pemikiran
Melihat perkembangan jumlah permintaan jangung yang jauh diatas kemampun produksi dalam negeri, maka dikembangkanlah jagung hibrida. Jagung
hibrida adalah jenis jagung unggul yang menjadi perhatian dan diamati oleh petani, karena jagung jenis ini memiliki beberpa keunggulan yaitu produksi yang tinggi.
Pendapatan yang tinggi selalu diharapkan oleh petani dalam usahataninya. Untuk menperoleh pendapatan yang maksimum petani harus dapat meningkatkan
produksi dan menekan biaya produksi, oleh karena itu petani harus mampu melakukan pemilihan dan menentukan jumlah serta jenis-jenis input yang digunakan
dalam kegiatan usahataninya. Tidak mungkin untuk memperoleh hasil yang banyak dengan hanya menggunakan tanaman dengan varietas dan tehnik-teknik budidaya
yang lama saja, melainkan harus ada perubahan-perubahan baru yang lebih menguntungkan.
41
Salah satu komoditi palawija yang memiliki peranan yang penting di Jember adalah jagung, karena merupakan sumber protein dan kalori yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Nilai nutrisi jagung hampir seimbang dengan beras dan dapat menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok. Hampir sebagian besar jagung
yang dihasilkan digunakan untuk bahan makanan manusia, terutama dalam bentuk tepung, digiling atau dimasak seperti beras atau dicampur dengan beras. Persentase
kegunaan jagung di Jember adalah 71,7 persen untuk bahan makanan manusia, 15,5 persen untuk makanan ternak, 0,8 persen untuk industri, 0,1 persen untuk diekspor
dan 11,9 persen untuk kegunaan lain. Produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah dan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung
terus meningkat. Produksi jagung nasional belum mampu mengimbangi permintaan yang sebagian dipacu oleh pengembangan industri pakan dan pangan.
Masih rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan
ketrampilan petani jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk melaksanakan
proses produksi sampai ke pemasaran hasil. Umumnya agribisnis jagung dilakukan berskala kecil, karena masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh petani
jagung. Permasalahan klasik yang sering dihadapi oleh petani jagung adalah terbatasnya permodalan, manajemen usaha dan pemasaran hasil sehingga tidak dapat
melakukan usaha dengan volume usaha yang luas dan lebih intensif serta pemasaran hasil dengan baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan petani jagung di Desa Karang Anyar Kecamatan Ambulu diantaranya adalah dengan system kemitraan usaha dalam agribisnis jagung dengan PT Pioneer
Indonesia. Beberapa manfaat yang dapat diambil oleh petani jagung pada kemitraan
usaha pertanian dengan perusahaan mitra dengan pola inti plasma antara lain adalah tersedianya fasilitas modal usaha yang murah tanpa diperhitungkan bunga yang
selama ini tidak mudah diperoleh, terjaminya pemasaran hasil baik dari volume maupun harga yang memadai, pendapatan petani meningkat. Pada kemitraan pola
inti plasma antara PT. Pioneer Indonesia dengan kelompok tani pada tahun 1997
42
pendapatan petani dapat meningkat antara 14,9 persen hingga 72,9 persen, sedangkan manfaat lainnya adalah semakin meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani dan kelompok tani dalam penerapan teknologi dan kelembagaan karena mendapat bimbingan dan pembinaan yang lebih intensif dari perusahaan inti.
Pola kemitraan antara perusahaan dengan petani akan menciptakan keterkaitan antara subsistem produksi usahatani dengan subsistem pengolahan dan
pemasaran. Pengembangan budidaya jagung secara komersial dan dikelola dalam skala agribisnis semakin cerah, karena pemasaran hasilnya tidak hanya dilakukan di
dalam negeri domestik, tetapi juga ke luar negeri ekspor. Seperti halnya petani di Kabupaten Jember yang melakukan kemitraan dengan PT. Pioneer mengusahakan
budidaya benih jagung karena dirasa memiliki prospek yang baik yaitu termasuk komoditas yang potensial untuk dibudidayakan. Tanah yang subur dan ketinggian
tempat sangat mendukung pertumbuhan jagung. Kemitraan ini diharapkan bagi petani menguntungkan, hal tersebut dapat diketahui melalui tiga analisis yaitu
tingkat pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih cabai rawit, serta efisiensi panggunaan faktor produksi.
Faktor keunggulan petani jagung dengan pola kemitraan, dapat diukur dari berhasilnya upaya tersebut dalam meningkatkan produktivitas. Produktivitas tenaga
kerja dan lahan yang merupakan modal utama dari petani dapat ditingkatkan melalui pola kemitraan. Melalui pelaksanaan program kemitraan kesinambungan pasokan
input produksi dapat meningkatkan intensitas produksi. Selain melakukan analisis dari sisi usahataninya, pada penelitian ini
dilakukan pula analisis dari sisi pemasarannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dari pola pasar, lembaga pemasaran dan nilai marjin pemasarannya. Adapun
operasional penelitiannya adalah dengan cara mengikuti saluran pemasaran jagung yang terdapat di Desa Karang Anyar Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember dari
tingkat produsen petani sampai ke tingkat konsumen akhir. Dari setiap saluran tersebut kemudian dilakukan analisis fungsi pemasaran terhadap setiap pola dan
lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan analisis tersebut maka akan diketahui kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat.
43
Seringkali lebih sedikit lembaga pemasaran yang terlibat maka saluran pemasaran tersebut akan lebih efisien. Sebaliknya semakin panjang saluran
pemasaran maka tidak efisien karena semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat akan menimbulkan biaya lebih banyak. Bisa disimpulkan bahwa efisiensi
pemasaran petani jagung yang bermitra akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang tidak bermitra. Petani yang bermitra akan langsung menjual produksinya
kepada perusahaan mitranya dan tidak perlu mengeluarkan biaya lagi seperti biaya angkut biaya transportasi, biaya tenaga kerja ataupun biaya retribusi. Petani yang
tidak bermitra akan lebih banyak mengeluarkan biaya lagi entah itu biaya transportasi, tenaga kerja dan biaya retribusi pada tiap-tiap lembaga pemasaran yang
terlibat. Sehingga saluran pemasaran petani non kemitraaan akan kurang efisien. Sehingga Manfaat yang dirasakan oleh Petani sebagai berikut
1. Petani mitra mendapatkan benih secara gratis yang disediakan oleh perusahaan sehingga Petani tidak perlu mengeluarkan dana untuk memperoleh benih.
2. Menambah penghasilan. 3. Adanya kepastian harga. Kepastian harga dari perusahaan dapat membantu Petani
meminimalkan resiko kerugian. 4. Adanya jaminan pemasaran hasil dari perusahaan. Pihak perusahaan sudah pasti
akan membeli semua benih dari Petani yang sesusi dengan standar mutu yang telah disepakati, sehingga Petani mitra tidak perlu khawatir dengan pemasaian
hasil panen mereka. 5. Menambah pengetahuan Petani mitra dalam menjalankan usahatani melalui
transfer inovasi dari perusahaan. 6. Pinjaman dana dengan kredit tanpa bunga atau bunga 0 yang diberikan oleh
perusahaan meringankan Petani dalam hal biaya usahatani atau mempermudah pembiayaan untuk budidaya tanaman.
44
Untuk lebih jelasnya gambaran penelitian yang akan dilakukan adalah
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
2.4 Hipotesis