13
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan jurnal Lukman Purba Wahyudi 2010 mengenai Analisis Pelaksanaan Kemitraan Usahatani Pembenihan Jagung Hibrida Antara PT. Dupont
Indonesia dengan Petani Studi Kasus di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan dapat
memperbaiki penyelenggaraan usahatani jagung hibrida. Rata-rata produksi usahatani jagung hibrida petani mitra di daerah penelitian sebesar 5.322,06 KgHa.
Penerimaan petani mitra untuk produksi per hektar per musim tanam rata-rata sebesar Rp. 9.713.610,78,-, sehingga usahatani jagung hibrida menghasilkan
pendapatan rata-rata sebesar Rp. 6.397.461,03. Rata-rata produksi usahatani jagung hibrida petani non-mitra di daerah penelitian sebesar 4.995,84 KgHa. Penerimaan
petani jagung hibrida non-mitra untuk produksi per hektar permusim tanam rata-rata sebesar Rp. 8.260.340,66,-, sehingga usahatani jagung hibrida menghasilkan
pendapatan sebesar Rp. 3.689.295,61,-. Dengan demikian dapat diketahui rata-rata pendapatan usahatani jagung hibrida petani mitra lebih tinggi dibanding dengan rata-
rata pendapatan usahatani jagung hibrida petani non-mitra. Hal ini juga terlihat dengan Uji beda rata-rata, dimana nilai T hitung 8,077 lebih besar daripada nilai T
table 0,05, yaitu 2,04. Berdasarkan skripsi Triswan Tarigan 2006 dalam penelitiannya Analisis
Kinerja Usahatani Dan Saluran Distribusi Jagung Hibrida Terhadap Pendapatan Petani di Desa Pergendangen Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo, Propinsi
Sumatera Utara menemukan bahwa usahatani jagung perhektar MT 2006 di Kabupaten Karo diperoleh nilai RC rasio atas biaya tunai adalah 1,96 dan Dari nilai
RC rasio yang diperoleh menunjukan bahwa usahatani jagung telah mencapai tingkat yang layak. Keputusan untuk memilih saluran pemasaran tertentu akan
berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung. Jika saluran pemasaran dipilih tepat maka effisiensi pemasaran akan tercapai sehingga pada akhirnya petani akan
14
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Kegiatan pemasaran merupakan suatu ujung yang sangat penting, bukan hanya agar petani bertindak efisiensi dalam proses
produksi, tapi juga harus mempunyai kemampuan yang tinggi untuk memperoleh keuntungan.
Berdasarkan jurnal Faisal 2008 mengenai analisis pendapatan dan faktor- faktor produksi komoditi usahatani jagung hibrida, rata-rata pendapatan usahatani
jagung hibrida dengan pola kemitraan lebih tinggi Rp 2.302.751,00 dibandingkan pendapatan usahatani jagung hibrida pola non kemitraan Rp. 1.720.886,00. Hal
tersebut berarti tingkat pendapatan petani sistem kemitraan lebih tinggi daripada petani non kemitraan, selain itu menyatakan bahwa usahatani jagung hibrida pada
pola kemitraan dan pola non kemitraan memiliki nilai Ep lebih besar dari 60. Nilai tersebut diperoleh dari perbandingan harga ditingkat konsumen dengan harga
ditingkat produsen dikalikan 100. Nilai Ep untuk usahatani jagung hibrida pola kemitraan sebesar 90 dan untuk usahatani jagung hibrida pola non kemitraan
sebesar 84,21, maka efisiensi pemasaran usahatani jagung hibrida pada pola kemitraan lebih tinggi dari usahatani jagung hibrida non kemitraan.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Tanaman Jagung