BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun mengalami perkembangan setiap tahunnya. Dengan perkembangan bisnis yang semakin
meningkat, perusahaan harus berusaha untuk membentuk perusahaannya menjadi perusahaan yang kuat dan tangguh. Usaha-usaha yang dilakukan perusahaan
untuk memajukan perusahaan sangatlah tidak mudah. Perusahaan selalu diperhadapkan pada permasalahan dan risiko dalam setiap keputusan yang
diambil. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, perusahaan harus menentukan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang cukup ketat.
Salah satu strategi yang bisa diterapkan perusahaan adalah menciptakan produk yang mampu menguasai pasar dan mampu bersaing dengan produk
kompetitor agar perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup going concern. Strategi perusahaan ini didukung oleh keadaan krisis yang menuntut
perusahaan agar dapat bertahan dalam persaingan. Hasil dari persaingan yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan penjualan di laporkan dalam laporan
keuangan. Fase kedua dari krisis global berupa kejatuhan manufaktur telah berlangsung
dan mulai dirasakan dampaknya di berbagai Negara Investor Daily, 2009. Pada
Universitas Sumatera Utara
kuartal terakhir 2008, output manufaktur di Amerika Serikat mengalami kejatuhan sebesar 3,6. Begitu juga, produksi di Jerman dan Inggris mengalami kejatuhan
sebesar 6,8 dan 4,4. Pada kurun waktu yang sama, tingkat produksi manufaktur juga turun di negara-negara industri Asia. Taiwan mengalami
kejatuhan sebesar 21,7, Jepang 12, dan Korea 5,9. Sementara produksi manufaktur di Indonesia anjlok sebesar 5,8. Selain penurunan produksi
manufaktur Indonesia, ditahun yang sama gelombang pemutusan hubungan kerja PHK terjadi dimana-mana yaitu sebanyak 10.306 orang Outlook Bank
Indonesia. Kedua hal ini merupakan indikasi adanya masalah going concern perusahaan karena menurunnya produksi perusahaan yang berdampak pada
menurunnya sumber dana perusahaan dan pemutusan hubungan kerja PHK yang menunjukkan adanya ketidakmampuan perusahaan membiayai tenaga kerja
mereka. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia seperti
perusahaan tekstil, sepatu, semen, bahan galian, dan baja mengalami pertumbuhan negatif dan mengalami penurunan ekspor hampir 20 pada kuartal pertama 2009
karena berkurangnya negara tujuan ekspor. Kedua hal ini disebabkan oleh krisis finansial global tahun 2008. Oleh karena kondisi tersebut, perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai objek penelitian ini. Kondisi yang dialami perusahaan manufaktur perlu dianalisis apakah
perusahaan manufaktur Indonesia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam persaingan perusahaan manufaktur di Indonesia. Karena apabila
tidak mampu bersaing, maka dapat menyebabkan financial distress. Financial
Universitas Sumatera Utara
distress yang ditandai dengan menurunnya penjualan akan mengakibatkan penuruna pendapatan perusahaan juga. Rendahnya pendapatan perusahaan
mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar utang-utangnya kepada pihak lain. Sehingga financial distress menjadi awal yang mengakibatkan perusahaan
mengalami kebangkrutan. Risiko kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus
diwasapadai oleh perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan tersebut mengalami kegagalan usaha, dengan demikian
perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Analisis ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan
untuk melakukan antisipasi yang diperlukan. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal
kebangkrutan tanda-tanda kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan perusahaan diketahui, semakin baik manajemen untuk melakukan
perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut tidak benar-benar terjadi pada perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi dan membuat strategi untuk
menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan. Secara empiris prediksi kebangkrutan dapat dibuktikan, sebagaimana yang
telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan peneliti dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Analisis yang banyak digunakan saat ini
adalah analisis diskriminan Altman dimana analisis ini mengacu pada analisis rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
Universitas Sumatera Utara
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Alat analisis berupa rasio ini digunakan untuk menjelaskan atau memberi gambaran kepada
analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan, terutama apabila angka rasio itu dibandingkan dengan angka rasio pembanding
yang digunakan sebagai standar. Analisis diskriminan Altman merupakan satu model statistik yang dikembangkan oleh Altman yang kemudian berhasil
merumuskan rasio-rasio keuangan terbaik dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan. Rasio keuangan tersebut kemudian dirumuskan dalam
Z-Score kebangkrutan perusahaan dimana perusahaan yang diteliti mendekati kebangkrutan.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk
memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan
persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil
lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari
perusahaan yang berukuran kecil. Berdasarkan gambaran dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score
dan ukuran perusahaan dalam sebuah skripsi dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Model Altman dan Ukuran Perusahaan dalam Memprediksi
Universitas Sumatera Utara
Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Batasan Masalah