Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MASYARAKAT MEMILIH PENGOBATAN ALTERNATIF

AKUPUNKTUR DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

Nanda Masraini Daulay 061101056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Prakata

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur di Kota Medan” dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapakan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan beribu terima kasih untuk keluarga tersayang, Mamak dan Ayah, yang telah memberikan pendidikan dan dukungan untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu, terima kasih untuk nasehat-nasehat yang telah kalian berikan untukku. Mudah-mudahan Nanda selalu dapat menjadi anak yang membanggakan dan membahagiakan kalian di masa mendatang. Bang Ilham, terima kasih atas dukungan dan nasehatnya sehingga Nanda bisa menjadi lebih baik lagi. Adik-adikku, Khairunnisya, Rizki, dan Hatta, terima kasih untuk semua pengertian dan dukungannya sehingga kakak bisa menyelesaikan kuliah dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.

4. Ibu Nur Asnah, S.Kp, M.Kep dan Ibu Anna Kasfi, S.Kp, Ns. Selaku dosen penguji skripsi saya. Terima kasih atas masukan dan saran yang telah ibu berikan untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Ismayadi, S.Kp, Ns selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan arahan-arahan untuk kelancaran proses perkuliahan.


(3)

6. Seluruh staff pengajar Fakultas Keperawatan USU yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua ilmu, pengalaman, dan nasehat yang telah kalian berikan. Semoga Allah membalas ilmu dan kebaikan yang telah kalian berikan.

7. Terima kasih untuk bapak dan ibu staff administrasi yang telah membantu dalam urusan administrasi.

8. Prof.dr. Amri Amir,Sp.F(K), DFM, SH, Sp.Akp selaku pemilik Klinik Akupunktur Medistra Medan. Terima kasih telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di klinik tersebut, dan juga terima kasih atas saran-sarannya untuk perbaikan skripsi ini.

9. Seluruh pasien Klinik Akupunktur Medistra Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Khususnya buat sahabatku Devi, Ridha, Juliana yang selalu bersama dalam suka dan duka, sering mengingatkan tugas-tugas dan tidak bosan menyampaikan informasi terkait pelajaran. Firda, Paula, Desy, dan Heppy sebagai teman konsul yang kompak dari proposal sampai skripsi, terima kasih atas bantuannya dan sudah berjuang bersama. Terima kasih buat Husna, Ito, Yani Bersaudara (Firda, Astika, Elis, Anggi), Syafrina, Ainil, Kak Endang Kartini, Zuliawati, Kak Elyn, dan teman-teman lain yang turut membantu dalam proses perkuliahan.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian.

Medan, September 2010


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Abstrak ... viii

Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Alternatif ... 7

1.1.Definisi ... 7

1.2.Jenis-jenis ... 7

1.3.Cara Memilih Pengobatan Alternatif ... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif ... 9

2.1.Faktor Sosial ... 9

2.2.Faktor Ekonomi ... 10

2.3.Faktor Budaya ... 11

2.4.Faktor Psikologis ... 13

2.5.Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis ... 13

2.6.Faktor Manfaat dan Keberhasilan ... 14

2.7.Tingkat Pendidikan ... 15

2.8.Persepsi tentang Sakit dan Penyakit ... 17

3. Akupunktur ... 18

3.1.Definisi ... 18

3.2.Sejarah Akupunktur ... 19

3.3.Konsep Dasar Akupunktur ... 21

3.4.Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur ... 23

3.5.Meridian dan Titik-titik Akupunktur ... 23

3.6.Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur ... 27

Bab 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konsep ... 29

2. Defenisi Operasional ... 29


(5)

Bab 4 Metodologi Penelitian

Desain Penelitian ... 32

Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 32

2.1.Populasi ... 32

2.2.Sampel ... 32

2.3.Teknik Sampling ... 33

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

Pertimbangan Etik Penelitian ... 34

Instrumen Penelitian ... 35

5.1.Kuesioner Penelitian ... 35

5.2.Validitas Instrumen ... 36

5.3.Reliabilitas Instrumen ... 36

Pengumpulan Data ... 37

Analisa Data ... 38

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil penelitian ... 39

1.1 Karakteristik Responden ... 39

1.2 Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur di Kota Medan ... 41

2. Pembahasan ... 48

2.1 Faktor Pengetahuan ... 48

2.2 Faktor Psikologis ... 50

2.3 Faktor Sosial ... 52

2.4 Faktor Ekonomi ... 54

2.5 Faktor Manfaat dan Keberhasilan ... 56

2.6 Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis ... 58

2.7 Persepsi Terhadap Sakit dan Penyakit ... 59

2.8 Faktor Budaya ... 61

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 66

2. Saran ... 67

3. Hambatan dalam Penelitian ... 68

Daftar Pustaka ... 69

Lampiran-lampiran 1. Lembar Persetujuan ... 72

2. Jadwal Tentatif Penelitian ... 74

3. Taksasi Dana ... 75

4. Instrumen Penelitian ... 76


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ...39 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Sosial ...41 Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Ekonomi ...42 Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Budaya ...43 Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Psikologis ...43 Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis ...44 Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Manfaat dan Keberhasilan ...45 Tabel 8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Pengetahuan ...45 Tabel 9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor

Persepsi terhadap Sakit dan Penyakit ...46 Tabel 10 Distribusi mean dan standart deviasi dari faktor-faktor yang


(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1.3 Kerangka Konseptual Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur ... 29


(8)

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur

Nama Mahasiswa : Nanda Masraini Daulay

NIM : 061101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2006

==========================================================

Abstrak

Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, salah satu diantaranya adalah pengobatan alternatif akupunktur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis/pengobatan konvensional, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan persepsi tentang sakit dan penyakit.

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling di klinik akupunktur Medistra Medan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 32 pernyataan dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010-28 Februari 2010.

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas responden berumur 38-58 tahun (70%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (42%), suku Batak (36%), agama Islam (94%), pekerjaan ibu rumah tangga/IRT (36%), penghasilan perbulan > Rp.2.000.000 (52%), dan mayoritas penyakit yang diderita pasca stroke (26%). Adapun faktor tertinggi yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan adalah faktor pengetahuan dengan nilai mean 8,42 dan SD 1,39 yang juga terkait dengan tingkat pendidikan masyarakat. Tingginya faktor pengetahuan disebabkan masyarakat mengetahui manfaat pengobatan akupunktur yang terbukti melalui banyak penelitian ilmiah. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut faktor pengetahuan yang mempengaruhi dalam pemilihan akupunktur dengan menggunakan metode penelitian multiple regresi.


(9)

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur

Nama Mahasiswa : Nanda Masraini Daulay

NIM : 061101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2006

==========================================================

Abstrak

Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, salah satu diantaranya adalah pengobatan alternatif akupunktur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis/pengobatan konvensional, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan persepsi tentang sakit dan penyakit.

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling di klinik akupunktur Medistra Medan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 32 pernyataan dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010-28 Februari 2010.

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas responden berumur 38-58 tahun (70%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (42%), suku Batak (36%), agama Islam (94%), pekerjaan ibu rumah tangga/IRT (36%), penghasilan perbulan > Rp.2.000.000 (52%), dan mayoritas penyakit yang diderita pasca stroke (26%). Adapun faktor tertinggi yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan adalah faktor pengetahuan dengan nilai mean 8,42 dan SD 1,39 yang juga terkait dengan tingkat pendidikan masyarakat. Tingginya faktor pengetahuan disebabkan masyarakat mengetahui manfaat pengobatan akupunktur yang terbukti melalui banyak penelitian ilmiah. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut faktor pengetahuan yang mempengaruhi dalam pemilihan akupunktur dengan menggunakan metode penelitian multiple regresi.


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan di bidang kesehatan yang tercantum dalam GBHN yaitu meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya pencegahan dan pemerataan pelayanan kesehatan agar terjangkau oleh masyarakat sampai ke pelosok desa. Maka upaya pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan modern (Zulkifli, 1999).

Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut (Turana,2003). Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang memilih pengobatan alternatif , yaitu: (1). Faktor sosial, (2). Faktor ekonomi, (3). Faktor budaya, (4). Faktor psikologis, (5). Faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis / pengobatan konvensional, (6). Faktor manfaat dan keberhasilan, (7). Faktor pengetahuan, (8). Persepsi tentang sakit dan penyakit (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001).

Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, hal ini diketahui dari survei yang dilakukan oleh National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2007 yaitu hampir 40% orang dewasa dan 12% anak-anak di Amerika Serikat menggunakan Complementary and Alternative Medicine (CAM).


(11)

Di Eropa penggunaannya bervariasi antara lain 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis. Di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif (Turana, 2003). Sedangkan di Indonesia, menurut Susenas (survei sosial ekonomi nasional) (2001), sebanyak 31,7% masyarakat Indonesia menggunakan obat tradisional dan 9,8% masyarakat

memilih cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan mereka (Litbang Depkes RI, 2004).

Banyaknya pengguna pengobatan alternatif / CAM (Complementary and Alternative Medicine) di luar negeri menjadi pertanyaan khususnya di kalangan medis. Sehingga, dilakukanlah penelitian-penelitian, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Barnes, Griner, McFann, Nahin (2002) di Amerika, menyatakan ada beberapa alasan atau faktor yang mendorong masyarakat di Amerika memilih CAM yaitu: mereka meyakini bila CAM dikombinasikan dengan pengobatan medis konvensional akan lebih membantu dalam penyembuhan (54,9%), karena tertarik untuk mencoba (50,1%), karena profesional pengobatan konvensional menyarankan untuk mencoba CAM (26%), dan 13% pengguna CAM menyatakan bahwa pengobatan medis konvensional terlalu mahal.

Salah satu pengobatan alternatif yang mulai banyak diminati masyarakat adalah akupunktur (Saputra, 2005). Yaitu suatu cara pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien.


(12)

Maksudnya adalah untuk mengembalikan fungsi homeostasis tubuh sehingga pasien sehat kembali (Dharmojono, 2001).

Sekarang ini telah banyak dilakukan penelitian di bidang pengobatan akupunktur baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri. Di Inggris, pada tahun 1827 dilaporkan keberhasilan pengobatan akupunktur pada penyakit oedem anasarka. Elliotson pada tahun 1827 melaporkan keberhasilan pengobatan akupunktur terhadap 100 kasus rematik menahun di St. Thomas Hospital. Di Amerika Serikat, Russek, Allen dari Institute of Rehabilitation and Medicine New York telah berhasil mengobati rasa nyeri kronis dengan akupunktur (Dharmojono, 2001). Di Indonesia sendiri, pada tahun 1996 dikeluarkan Permenkes No. 1186/Menkes/Per/XI/1996 tentang pemanfaatan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan (Saputra, 2005).

Metode pengobatan akupunktur menggunakan pendekatan holistik sehingga ada keterkaitan antara semua sistem dengan semua organ tubuh manusia (Saputra, 2005). Selain itu, akupunktur merupakan sistem pengobatan yang tidak bertentangan dengan upaya pelayanan pengobatan formal, melainkan sebagai upaya alternatif, tambahan (aditif), penunjang (suportif), dan peningkatan (promotif). Akupunktur mempunyai moto yang terkenal dengan nama MAREM (Murah, Aman, Rasional, Efektif, Mudah) sehingga sangat sesuai dengan tujuan kesehatan Indonesia yang tertuang dalam GBHN (Dharmojono, 2001). Sebagai suatu cara pengobatan yang sederhana, murah dan efektif, akupunktur diharapkan dapat memberikan sumbangannya untuk peningkatan kesehatan masyarakat khususnya di negara-negara yang sedang berkembang.


(13)

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh NHIS pada tahun 2002 dan 2007 di Amerika, terdapat peningkatan jumlah pengguna pengobatan alternatif akupunktur. Tahun 2002 tercatat sebanyak 2.136.000 orang pengguna akupunktur, sedangkan survei pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah yaitu mencapai

3.141.000 orang pengguna pengobatan alternatif akupunktur (Barnes, Bloom, Nahin, 2008).

Di Medan, jumlah masyarakat pengguna pengobatan alternatif akupunktur cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari data pengunjung di Klinik Akupunktur Medistra, jumlah pasien akupunktur sejak tahun 2007 sebanyak 234 orang, tahun 2008 sebanyak 450 orang. Data terakhir tahun 2009 tercatat 635 orang pasien akupunktur.

Melihat fenomena semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap pengobatan alternatif akupunktur, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang apa alasan atau faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di klinik akupunktur Medistra dengan alasan jumlah populasi dapat mewakili untuk dilakukan penelitian.

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan?


(14)

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini menjadi sumbang saran bagi sistem pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan pengobatan alternatif yang mendukung pelayanan kesehatan. Dan juga diharapkan pengobatan alternatif akupunktur dapat terintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional sehingga lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan khususnya bagi keperawatan komunitas dalam menyikapi masyarakat yang menggunakan pengobatan alternatif. Diharapkan perawat komunitas terbuka terhadap penggunaan pengobatan alternatif yang mendukung kesehatan klien dan mempunyai dasar penelitian yang jelas dan dapat memberikan bantuan dalam memilih pengobatan alternatif apa yang aman dan sesuai dengan standar.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber data bagi penelitian tentang akupunktur dan menjadi salah satu pengalaman dalam melakukan riset keperawatan untuk pengobatan alternatif.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengobatan Alternatif 1.1. Definisi

1.2. Jenis-jenis

1.3. Cara Memilih Pengobatan Alternatif

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif 2.1. Faktor Sosial

2.2. Faktor Ekonomi 2.3. Faktor Budaya 2.4. Faktor Psikologis

2.5. Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis 2.6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan

2.7. Tingkat Pendidikan

2.8. Persepsi tentang Sakit dan Penyakit 3. Akupunktur

3.1. Definisi

3.2. Sejarah Akupunktur 3.3 Konsep Dasar Akupunktur

3.4. Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur 3.5. Meridian dan Titik-titik Akupunktur


(16)

1. Pengobatan Alternatif

1.1. Definisi

Pengobatan alternatif dapat didefinisikan sebagai suatu cara mencari pengobatan dengan memilih diantara dua atau beberapa kemungkinan untuk menyembuhkan penyakit (Depdiknas, 2005). Turana (2003) mendefinisikan pengobatan alternatif sebagai bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut.

1.2. Jenis-jenis

Nahin, Barnes, Stussman, Bloom (2009), dala pengobatan CAM dikategorikan menjadi 5 kategori, antara lain:

a. Alternative Medical System/ Healing System – non medis

b.

terdiri dari Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese Medicine (TCM)

Mind Body Intervention

c.

terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi

Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi Kreatif, Hypnotherapy, Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach Flower Remedy.

Terapi Biologis terdiri dari Terapi Herbal, Terapi Nutrisi, Food Combining, Terapi Jus, Makrobiotik, Terapi Urine, Colon Hydrotherapy.


(17)

d. Manipulasi Anggota Tubuh

e.

terdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy, Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga, Terapi Craniosacral, Teknik Buteyko.

Terapi Energi

1.3. Cara Memilih Pengobatan Alternatif

Dari penelitian Supardi (1996) dikatakan bahwa sesorang yang sakit dalam studi pengambilan keputusan berobat biasanya akan mempertimbangkan 3 hal yang menjadi pertanyaan pokok: (a). Alternatif apa yang dilihat anggota masyarakat agar mampu menyelesaikan masalahnya, (b). Kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada, (c). Bagaimana proses pengambilan keputusan untuk memilih alternatif tersebut.

Diantara salah satu respon seseorang terhadap pencarian pelayanan kesehatan atas sakitnya adalah dengan datang ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional atau alternatif (Notoadmodjo, 2003). Oleh karena diperlukan cara memilih pengobatan alternatif yang tepat dan memanfaatkannya secara cerdas. Hal ini perlu diketahui karena sebagaimana pengobatan konvensional, pengobatan alami juga bisa membahayakan jiwa. Beberapa hal berikut ini yang perlu diperhatikan adalah:

terdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana healing.

a. Pilih pengobatan yang sesuai dengan masalah b. Pengobatan alamiah tidak sama dengan perdukunan c. Alamiah tidak berarti bebas efek samping


(18)

d. Jangan mengharapkan hasil segera

e. Sesuaikan pengobatan dengan gaya hidup f. Pola makan yang baik (CBN, 2004).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif

Menurut (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001), ada banyak faktor yang berperan dalam pemilihan seseorang terhadap pengobatan alternatif, antara lain sebagai berikut:

2.1. Faktor Sosial

Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok (lingkungan), terutama lingkungan keluarga. Suatu kelompok dalam lingkungan ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain (Notoatmodjo, 2007).

Faktor sosial disebabkan pengaruh informasional yaitu pengaruh agar informasi yang diperoleh dari orang lain diterima sebagai fakta, sehingga dengan pengaruh tersebut individu mempunyai dua sumber informasi mengenai kenyataan: pengalaman sensorik pribadi dan laporan serta perilaku orang-orang yang berada disekitarnya (Deutch & Gerard, 1955 dalam Maramis, 2006). Salah satu faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugesti yaitu pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan / pengaruh


(19)

tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti akan lebih berhasil bila yang memberi sugesti adalah orang berwibawa atau yang memiliki tipe otoriter (Sunaryo, 2004).

Dalam penelitian yang dilakukan Varghese (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial memang sangat kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman memiliki angka 11,59% dari alasan pemilihan pengobatan alternatif. Hal ini terlihat pada fenomena sosial di sebagian masyarakat bahwa perilaku mencari dan memelihara kesehatan pada pengobatan alternatif tersebut sudah mendapatkan pembenaran bahkan saling merekomendasikan si sakit pada pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986).

Kelman (1961, dalam Maramis 2006) menetapkan tiga macam proses pengaruh sosial: kepenurutan (compliance), identifikasi dan internalisasi.

Kepenurutan terjadi bila kita menyesuaikan diri dengan suatu usaha

memengaruhi, tetapi hanya pada tingkat perilaku dan bila sendirian tetap pada sikap dan pandangan kita sebelumnya. Identifikasi terjadi bila kita menerima sikap dan kepercayaan orang lain agar terjadi suatu ‘relasi yang baik dengannya’ tanpa memperhatikan kehadiran fisik mereka (yaitu apakah mereka dapat memonitor perilaku kita atau tidak). Internalisasi terjadi bila sikap dan pendapat yang dimasukkan betul-betul menjadi kepunyaan kita. Kita menerima itu secara mendasar dan seutuhnya, karena isinya yang menjadi terintegrasi dengan sistem nilai kita.

2.2. Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti keuangan, perindustrian, dan


(20)

perdagangan (Depdiknas, 2005). Dalam penelitiannya, Varghese (2004) menyebutkan bahwa 13,04% responden menyatakan pengobatan alternatif dipilih karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan alternatif, pengobatan modern mensyaratkan kemampuan ekonomi yang memadai. Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau penolakan suatu pengobatan. Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat bahwa pengobatan alternatif sedikit membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu (Foster & Anderson, 1986). Kedokteran konvensional sangat tergantung dari teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang pula hal tersebut tidak efektif (Turana, 2003).

Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan terhadap pengobatan konvensional (Turana, 2003).

2.3. Faktor Budaya

Budaya merupakan suatu pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, yang menjadi kebiasaan masyarakat (Depdiknas, 2005). E.B. Taylor, Bapak Antropologi budaya, mendefinisikan budaya sebagai “ keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan


(21)

kebiasaan-kebiasaan masyarakat (Mulyana & Rakhmat, 2003). Kluckhon (1949 dalam Maramis 2006) mendefinisikan bahwa kebudayaan atau kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.

Nilai-nilai budaya yang dominan pada diri individu sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia, termasuk perilaku dalam hal memilih pengobatan (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini budaya dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau menolak didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut.

Semua kebudayaan mempunyai cara-cara pengobatan, beberapa melibatkan metode ilmiah, yang lain melibatkan kekuatan supranatural dan supernatural. Dalam beberapa kebudayaan, orientasi adalah pada masa kini, bukan pada masa depan, dan pasien mungkin tidak menyelesaikan pengobatan jangka panjang ketika gejala-gejala yang menonjol telah hilang. Dalam suatu masyarakat di mana kesembuhan dianggap berhubungan dengan tingginya harga yang dibayar untuk pengobatan, maka kepercayaan pada kedokteran barat yang tersedia gratis atau murah menjadi kurang (Maramis, 2006).

Pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat , tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut (Turana, 2003). Disamping itu hal ini sesuai


(22)

dengan apa yang dikemukakan oleh Foster & Anderson (1986) bahwa sistem medis adalah bagian integral dari masyarakat.

2.4. Faktor Psikologis

Manusia merupakan makhluk bio-psiko-sosio-kulutural-spiritual, dan unsur-unsur ini saling mempengaruhi. Pendekatan psikologis yaitu yang berkenaan dengan proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku (Depdiknas, 2005). Kebutuhan akan hal tersebut menurut Kessler & Rees L dalam Turana (2003) dapat dipenuhi oleh pengobat alternatif sehingga pasien lebih dapat mengontrol penyakitnya.

Aspek psikologis akan mempengaruhi emosi yang berhubungan erat dengan keadaan jasmani (Notoatmodjo, 2007). Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan, karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk datang ke pelayanan pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986). Kenyamanan diperoleh pada saat pengobatan karena tidak menggunakan peralatan yang menyakitkan. Misalnya, patah tulang, tidak perlu diamputasi atau digips (Notoatmodjo, 2007).

2.5. Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

Proses pengobatan yang terlalu lama dari pengobatan medis menyebabkan si penderita bosan menerima peran sebagai pasien, dan ingin segera mengakhirinya, oleh karena itu dia berusaha mencari alternatif pengobatan lain yang mempercepat proses penyembuhannya ataupun hanya memperingan rasa


(23)

sakitnya (Foster & Anderson, 1986). Menurut Turana (2003) dari sudut pandang pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari pengobatan alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya.

2.6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Varghese (2004) menyatakan keefektifan dari pengobatan alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan alternatif. Suatu hal dikatakan berhasil apabila mendatangkan hasil atau perubahan ke arah yang diharapkan (Depdiknas, 2005). Pernyataan ini juga didukung oleh Turana (2003) adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan alternatif baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan pengobatan modern, yaitu: mengurangi stres dan kecemasan akibat ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya.

Penelitian Verhoef et al, pada pasien tumor otak yang menggunakan pengobatan alternatif menunjukkan dua pertiganya menyatakan bahwa pengobatan tersebut bermanfaat. Secara umum pasien mengatakan bahwa tingkat ‘ energi ‘ meningkat dan merasa lebih sehat fisik dan mental. Pada sepertiga pasien mempunyai harapan yang tinggi bahwa pengobatan alternatif ini mampu mengecilkan dan menghilangkan tumornya. Penelitian Ernaldi bahar dkk, terhadap gangguan kesehatan jiwa pada anak dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orang tua penderita percaya bahwa pengobatan tradisional lebih kompeten dan mampu mengobati kesehatan jiwa anaknya.


(24)

Penelitian Kessler et al, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif sama berguna dengan pengobatan konvensional. Dalam suatu diskusi panel National Institut of Health (NIH) yang dihadiri oleh 23 ahli di bidang kedokteran perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu saraf dan psikologi ditemukan berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik relaksasi dan terapi perilaku dapat mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia akibat berbagai kondisi penyakit. Diskusi Panel NIH pernah juga memberikan simpulan bahwa akupuntur efektif untuk mengurangi nyeri gigi, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri pinggang bawah (Turana, 2003).

2.7. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga atau kognitif yang merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, juga media elektronika seperti televisi, radio dan internet (Purwanto, 1996).

Pengetahuan formal terkait dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam


(25)

mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka, hal ini yang juga dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap pengobatan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan yang masih rendah serta kurangnya informasi kesehatan yang diterima menyebabkan sebagian besar masyarakat kurang menyadari akan pentingnya kesehatan. Keadaan seperti ini membuat masyarakat berpedoman bahwa sehat adalah jika kondisi fisik / biologisnya masih mampu melakukan aktivitas dan gerakan yang normal seperti biasanya berarti dalam kondisi sehat, sedangkan konsep sakit adalah jika kondisi tubuh sudah tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (Foster & Anderson, 1986).

Terdapat beberapa sumber pengetahuan, yaitu (1). Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (permanen) tetapi subjektif. (2). Otoritas kesaksian orang lain, sumber pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang dituakan. (3). Panca indera (pengalaman), sumber ketiga pengetahuan ini merupakan pengalaman indrawi. Kemampuan pancaindera ini sering diragukan kebenarannya. (4). Sumber yang keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran senantiasa bersifat meragukan, pengetahuan semu dan menyesatkan. (5) Intuisi merupakan sumber pengetahuan berupa gerak hati atau bersifat spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung (Suhartono, 2005).


(26)

2.8. Persepsi tentang Sakit dan Penyakit

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama, sama halnya dengan persepsi seseorang tentang sakit (illness) dan penyakit (disease) juga berbeda-beda. Persepsi dapat merubah perilaku seseorang, termasuk perilaku kesehatan. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Becker (1979 dalam Notoatmodjo 2007) mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu: perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat (health behavior) merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Sedangkan perilaku sakit (the sick role behavior) merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

Penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit bersifat objektif. Sedangkan, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Fenomena subjektif ini ditandai dengan tidak enak (Sarwono, 1993).


(27)

3. Akupunktur

3.1. Definisi

Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan, akupunktur dapat didefenisikan sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien sehat kembali (Dharmojono, 2001).

Saputra (2005) mendefinisikan akupunktur sebagai suatu cara pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk memengaruhi aliran bio energi tubuh berdasar pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dan organ melalui sistem meridian yang spesifik. Dalam satu meridian terdapat beberapa titik akupunktur yang

dimanfaatkan sebagai pintu masuk rangsangan ke dalam meridian (Mann, 1974 dalam Saputra 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akupunktur merupakan suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh melalui sistem meridian yang spesifik yang bertujuan untuk mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga tubuh sehat kembali.


(28)

3.2. Sejarah Akupunktur

Perkembangan Akupunktur di Luar Negeri

Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara Cina dan telah dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The Yellow Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur sudah mulai dikenal sejak zaman batu, di mana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit (Saputra, 2005).

Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan menggunakan bahan dari batu berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan kemudian perunggu (Dharmojono, 2001).

Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan mengadakan penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah zaman modern. Di negara Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa. Bahkan, ilmu akupunktur merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi kedokteran di negara tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu pengobatan akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu akupunktur dalam pembedahan sebagai anestesi (Saputra, 2005).

Di negara Korea, ilmu akupunktur diperkirakan masuk sejak 2000 tahun yang lampau. Dan pada tahun 1963, ilmuwan dari negeri tersebut yang bernama Prof. Kim Bong Han, ahli Biologi dari Universitas Pyong Yang telah meneliti dan


(29)

mendemonstrasikan secara histologis dan elektrobiologis tentang meridian dan titik akupunktur dalam teori yang disebut teori sistem Kyung Rak (Saputra, 2005).

Di negara Belanda, akupunkturis Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter VOC mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur di dalam bukunya dan diterbitkan pada tahun 1683 di London (Saputra, 2005). Di negara Perancis, pada tahun 1863, Louise Berlioz mengungkapkan secara jelas dalam bukunya tentang ilmu akupunktur. Bahkan sebelum itu tahun 1816 Louise mempelajari penggunaan elektropuncture dan pada tahun 1825 electropuncture mulai digunakan untuk pengobatan gout, rematik, dan lain-lain (Saputra, 2005).

Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam lingkungan Cina Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital dan Massachuset Hospital telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan akupunktur. Demikian pula para dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil menggunakan akupunktur sebagai anestesi pada beberapa pembedahan antara lain pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia, pencabutan gigi yang dilaporkan memuaskan (Saputra, 2005).

Perkembangan Akupunktur di Indonesia

Perkembangan akupunktur di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain tidaklah tertinggal. Hidupnya cara pengobatan akupunktur di Indonesia seumur dengan adanya perantau Cina yang masuk ke negara Indonesia. Mereka membawa kebudayannya termasuk pengobatan akupunktur ke Indonesia. Hanya saja pada saat itu akupunktur masih berkembang di lingkungan mereka dan sekitarnya. Selanjutnya sejak tahun 1963, Departemen Kesehatan dalam rangka


(30)

melakukan penelitian dan pengembangan cara pengobatan timur termasuk akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof. Dr. Satrio), telah membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat itu praktik akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo.

Dalam perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan akupunktur semakin meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan akupunktur untuk jenjang Diploma III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar Kepmenkes RI No. 1277.Menkes/SK/VIII/2003 (Saputra, 2005).

3.3. Konsep Dasar Akupunktur

Ribuan tahun yang lalu, manusia memilki rasa keakraban bahkan menyatu dengan lingkungannya. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik secara fisik, perilaku, maupun pola pikirnya. Pemikiran para ahli pada saat itu tidak terlepas dari pola pikir tertentu, yaitu proses melahirkan kreasi-kreasi yang dipengaruhi oleh keadaan dan kaidah-kaidah alam sekitarnya, seperti matahari, bulan, bumi (tanah), pohon (kayu), api, air, angin, panas, dan dingin. Sehingga dasar pemikiran ilmu akupunktur juga bersumber dari interrelasi dari berbagai karakter benda alam (Dharmojono, 2001).

Aspek yin-yang di dalam tubuh

Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri atas dua hal yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai pengertian alamiah bahwa sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu saling berlawanan, saling seimbang, saling menghidupkan dan tidak mutlak.


(31)

Dalam yin terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang terdapat yin (terang-gelap). Selama tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan yang maka tubuh manusia dalam kondisi sehat (Saputra, 2005).

Menurut Dharmojono (2001), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ. Enam organ berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ berkarakter yin dikenal sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang disebut fu. Kedua organ dalam tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk organ chang fu sebagai berikut:

Organ chang : Paru-paru (Lung= LU), Jantung (Hearth= HT), Hearth capsule

(HC), Limpa (Spleen = SP), Hati (Liver = LR), Ginjal (Kidney = KI), Perikardium (PC). Organ fu: Usus besar (large intestine = LI), Usus kecil (small intestine = SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung (stomach = ST), Kantung empedu (gall blader = GB), Kandung kemih (bladder = BL)

Hukum lima unsur dalam Akupunktur

Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur, karena kondisi seimbang maupun sakit tidak bersifat linear, tetapi mempunyai kompleksitas secara dinamis. Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat diartikan sebagai fenomena fisiologis maupun patofisiologis dalam kedokteran modern. Energi dalam teori lima unsur, yaitu: Kayu- Api- Tanah- Logam- Air yang bersirkulasi saling menghidupi, membatasi, penindasan, dan penghinaan. Di mana semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berusaha menimbulkan suatu harmoni dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan energi untuk mencapai kondisi sehat (Saputra, 2005).


(32)

Dharmojono (2001) mengungkapkan terdapat lima unsur pokok yang mutlak dibutuhkan makhluk hidup yang terdiri dari: bahan makanan, energi, tempat dan lingkungan hidup, atmosfer atau udara, dan air. Dengan pergerakan lima unsur merupakan salah satu komponen dalam sistem homeostasis di dalam tubuh. Keadaan yang seperti ini akan tercapai apabila berada di bawah pengaruh dua aspek kekuatan yin-yang yang seimbang dan dinamis pula.

3.4. Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur

Pada awalnya, alat-alat yang digunakan untuk merangsang titik-titik akupunktur secara tradisional adalah benda-benda tajam (jarum metal). Saat ini, alat-alat ynag digunakan telah berkembang pesat sesuai dengan inovasi baru dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, yaitu dengan penggunaan rangsangan panas (moksa, TDP, sinar merah). Rangsangan yang menggunakan aliran gelombang listrik adalah elektro akupunktur (electro acupuncture), elektro stimulator (electro stimulation), dan elektru punktur (electro puncture). Rangsangan lain yang digunakan adalah rangsangan dengan sinar laser, gelombang ultrasonik, dan magnet. Rangsangan dengan menggunakan cairan, larutan kimiawi atau obat disebut juga akuapunktur (aquapuncture) (Dharmojono, 2001).

3.5. Meridian dan Titik-titik Akupunktur

Meridian adalah suatu sistem lintasan abstrak yang membentuk jala-jala tempat qi mengalir secara teratur, berkala, berirama dan membentuk aliran siklus yang tertutup. Diketahui bahwa qi adalah penggerak dan tanda kehidupan maka


(33)

seseorang yang dikatakan sehat apabila qi menga lir di dalam meridian secara teratur, berirama, dan membentuk siklus tertutup (Dharmojono, 2001).

Dharmojono (2001) menyebutkan pembagian meridian dan titik-titik akupunktur. Terdapat 12 meridian organ dan 2 meridian istimewa unilateral, sebagai berikut:

a. Meridian Paru-paru (Lung - LU)

Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-titiknya tersebar mulai dari dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi radial, lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari.

b. Meridian Usus Besar (Large Intestine - LI)

Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi radial jari telunjuk, punggung tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot humeri dan deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis. c. Meridian Lambung (Stomach - ST)

Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi bawah mata, sudut mulut, sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk, sisi luar garis perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki.

d. Meridian Limpa (Spleen - SP)

Terdiri dari 21 titik yang mengalir mulai dari ibu jari kaki, mata kaki, di bawah condylus tibiae, di atas patela, antara symfisis pubis dan patela, sisi luar pembuluh darah paha, garis sisi luar perut III, garis sisi luar dada III, titik tengah penghubung antara lekukan dalam ketiak dan ujung rusuk ke-12 serta antara rusuk ke-6


(34)

e. Meridian Jantung (Heart - HT)

Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas lipatan siku, atas lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5.

f. Meridian Usus Kecil (Small Intestine - SI)

Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada pada alur meridian SI meliputi: sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan tangan, lekukan ulnaris, belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain; supraspinatus, sternocleidomastoideus, scapulae.

g. Meridian Kandung Kemih (Bladder - BL)

Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari pangkal hidung, alis mata, tepat diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari sisi luar tulang belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan paha bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki. h. Meridian Ginjal (Kidney - KI)

Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak kaki, mata kaki, di depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV.

i. Meridian Perikardium (Pericard - PC)

Meridian PC terdiri dari 9 titik yang mengalir mulai dari bagian luar garis dada II, lipatan ketiak, lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, bagian belakang radial basis kuku.


(35)

j. Meridian Sanciao (Triple Energizer - TE)

Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari ujung jari manis tangan, jari kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan, lipatan siku, di daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata.

k. Meridian Kandung Empedu (Gallblader - GB)

Terdiri dari 44 titik yang mengalir melalui bagian bawah mandibula, di atas otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di belakang telinga, daerah dahi, batas bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi lutut, tulang mata kaki, telapak kaki.

l. Meridian Hati (Liver - LV)

Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata kaki bagian depan, sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang kemaluan, di bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu.

Meridian Istimewa Unilateral:

m. Meridian TU (Governing Vessel - GV)

Terdiri dari 28 titik meridian yang mengalir mulai dari pertengahan antara tulang ekor dan anus, di bawah proc. Spinosus lumbal ke-2, di bawah proc.spinalis lumbar ke-1, titik tengah lekukan leher bagian belakang, lekukan antara otot trapezius, di atas foramen magnum, garis tengah sagital kepala, dahi, ujung hidung, di tenganh ujung bibir atas, di antara gusi atas dan ginggiva bibir atas.


(36)

n. Meridian REN (Conception Vessel - CV)

Terdiri dari 24 titik meridian yang tersebar mulai dari di antara anus dan scrotum pada pria atau dengan labium majus pada wanita, pertengahan batas atas simfisis pubis, di sekitar pusat, ujung proc.xypoideus, antara 2 puting susu, daerah lekukan batas atas manubrium sterni, daerah lekukan adam’s apple.

3.6. Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur

Nomenklatur tentang indikasi dan kontra-indikasi penggunaan akupunktur berdasarkan standarisasi WHO yang disebut sebagai ”Proposed Standart International Acupuncture Nomenclature”. Pada dokumen tersebut tercantum hal-hal sebagai berikut:

a. Indikasi pengobatan akupunktur:

1. Saluran nafas : berbagai radang yang ditujukan untuk mengatasi kondisi alergi dan meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Mata : kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi.

3. Mulut : untuk penanggulangan nyeri dalam pencabutan dan peradangan kronis.

4. Saluran makanan dan lambung : berbagai kelainan fungsional yaitu otot, ekkresi asam lambung, nyeri, dan peradangan.

5. Syaraf, otot, dan tulang : yaitu problem nyeri, kelemahan dan kelumpuhan serta peradangan persendian.


(37)

b. Kontra-indikasi pengobatan akupunktur 1. Penderita dalam keadaan hamil 2. Penderita yang memakai pacu jantung 3. Menusuk dekat daerah tumor ganas


(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan persepsi tentang sakit dan penyakit (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001).

Skema 1.3 Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Definisi Operasional

Definisi operasional faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Klinik Akupunktur Medistra yaitu: faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan,

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif:

 Faktor Sosial  Faktor Ekonomi  Faktor Budaya  Faktor Psikologis

 Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

 Faktor Manfaat dan Keberhasilan  Faktor Pengetahuan

 Persepsi tentang sakit dan penyakit

Alternatif Akupunktur


(39)

dan persepsi terhadap sakit dan penyakit. Adapun definisi operasional dibuat berdasarkan studi literatur.

Faktor Sosial:

Pemilihan pengobatan alternatif akupunktur yang berdasarkan dari informasi dan sugesti orang lain, teman, ataupun pengaruh orang yang dianggap penting yang akhirnya dipercaya sehingga menjadi nilai-nilai pribadi pasien di klinik akupunktur Medistra.

Faktor Ekonomi:

Persepsi pasien bahwa pengobatan alternatif akupunktur di klinik akupunktur Medistra adalah salah satu jenis terapi yang membutuhkan sedikit biaya, tenaga dan waktu dalam proses pengobatan.

Faktor Budaya:

Kunjungan pasien ke pengobatan alternatif akupunktur di klinik akupunktur Medistra didasarkan kepada nilai-nilai budaya suku bangsa yang dianut serta akupunktur merupakan warisan budaya nenek moyang.

Faktor Psikologis:

Pasien memperoleh kenyamanan karena baiknya komunikasi yang dilakukan terapis dan terpenuhinya kebutuhan informasi terhadap penyakit yang diderita serta harapan kesembuhan penyakitnya di klinik akupunktur Medistra.

Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis:

Pasien yang datang ke pelayanan pengobatan alternatif akupunktur di klinik akupunktur Medistra sudah terlebih dahulu datang ke pelayanan medis


(40)

untuk memeriksa dan mengobati penyakitnya, tetapi tidak mendapatkan kesembuhan sehingga pasien memilih pengobatan back to nature.

Faktor Manfaat dan Keberhasilan:

Pasien merasakan berkurangnya gejala penyakit yang diderita dan pasien dapat juga memanfaatkan akupunktur sebagai preventif sehingga tubuh terhindar dari penyakit setelah mendapatkan terapi di klinik akupunktur Medistra.

Faktor Pengetahuan:

Pengetahuan seseorang tentang pengobatan alternatif akupunktur sebanding dengan pengetahuan manfaat dan keefektifan akupunktur bagi kesehatan pasien di klinik akupunktur Medistra. Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam kepedulian terhadap informasi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.

Persepsi tentang sakit dan penyakit:

Persepsi pasien yang berobat ke klinik akupunktur Medistra bahwa tubuhnya merasakan sakit tetapi dari hasil pemeriksaan medis tidak diperoleh bahwa ia sakit atau sudah berobat ke pelayanan medis, tetapi sakitnya tidak berkurang.


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, bertujuan untuk menggambarkan/mendeskripsikan secara lebih mendalam faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

2.1. Populasi

Populasi adalah suatu perkumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Depdiknas, 2005), atau keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang datang untuk mendapatkan terapi akupunktur di klinik akupunktur Medistra Medan. Berdasarkan data pengunjung pasien di klinik akupunktur Medistra jumlah pasien pada 1 tahun terakhir tahun 2009 kurang lebih 635 orang.

2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Adapun pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah berdasarkan rumus pengambilan sampel yaitu jika besar populasi < 1000, maka sampel penelitian dapat dihitung dengan menggunakan rumus


(42)

n = N 1 + N (d)

n = 58 1 + 58 (0,05)

2

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikansi (d = 0,05)

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan

Penelitian ini dilakukan di klinik akupunktur Medistra Medan dengan pertimbangan bahwa klinik tersebut memiliki izin pendirian klinik dari Depkes dan jumlah populasinya dapat mewakili. Selain itu, penelitian tentang

faktor-2

n = 50 orang (Zainudin, 2000 dalam Nursalam 2003).

Sampel tersebut dianggap representatif dan memenuhi kriteria penelitian.

2.3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien akupunktur, berusia 17 tahun ke atas, dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.


(43)

faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di klinik tersebut juga belum pernah dilakukan serta pertimbangan lokasi mudah dijangkau dalam proses penelitian. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2010 - Maret 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara) dan persetujuan dari pemimpin klinik akupunktur Medistra Medan. Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani informed consent. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian (menggunakan kode responden). Data-data yang diperoleh dari responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

5.1. Kuesioner Penelitian

Untuk mendapatkan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2


(44)

bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur.

Kuesioner tentang data demografi meliputi: usia, pendidikan, agama, suku, pekerjaan, penghasilan, keluhan/penyakit yang dialami. Kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur terdiri dari 32 pernyataan yaitu faktor sosial (pernyataan no. 1-4), faktor ekonomi (pernyataan no. 5-8), faktor budaya (pernyataan no. 9-12), faktor psikologis (pernyataan no. 13-16), faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis (pernyataan no. 17-20), faktor manfaat dan keberhasilan (pernyataan no. 21-24), faktor pengetahuan (pernyataan no. 25-28), persepsi tentang sakit dan penyakit (pernyataan no. 29-32).

Kuesioner penelitian ini berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert (dikenal dengan istilah skala Likert), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur dikategorikan dan dikuantifikasi, seperti: Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat tidak setuju (Hidayat, 2007). Jika responden menjawab sangat setuju maka diberi nilai 3, responden menjawab setuju diberi nilai 2, responden menjawab tidak setuju diberi nilai 1, dan terakhir responden menjawab sangat tidak setuju diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 12 untuk setiap faktor sedangkan nilai terendah adalah 0.

5.2. Validitas Instrumen

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas


(45)

yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penelitian tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen ini sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli (Broncopp, 1999). Pada penelitian ini, peneliti menunjukkan kuesioner yang telah disusun kepada orang yang ahli di bidang akupunktur Prof. Dr. dr. Amri Amir yang merupakan pemilik klinik Medistra Medan. Adapun hasil uji validitas isi terhadap kuesioner ini yaitu faktor faktor tingkat pendidikan diganti menjadi faktor pengetahuan dengan tidak merubah isi pernyataan.

5.3. Reliabilitas Instrumen

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau keampuhan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan di ukur (Polit & Hungler, 1995). Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas kuesioner ini dilakukan sebelum penelitian dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program komputerisasi. Uji reliabilitas telah dilakukan pada 10 orang responden di luar sampel penelitian yang memenuhi kriteria penelitian dengan hasil 0,827. Hasil tersebut dianggap reliabel berdasarkan Polit & Hungler (1995) bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas lebih dari 0,70.


(46)

6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan berpedoman pada kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan dan izin dari pemimpin Klinik Akupunktur Medistra Medan. Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan pengumpulan data. Pada saat pengumpulan data peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner. Dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent.

Pada saat pengisian kuesioner 20 responden mengisi sendiri kuesioner dan 30 responden menjawab pernyataan kuesioner dengan dibacakan oleh peneliti. Banyaknya responden yang tidak bisa mengisi sendiri kuesioner dikarenakan situasi dan kondisi tempat penelitian (klinik akupunktur Medistra) yang buka pada sore sampai malam hari sehingga banyak responden yang tidak dapat membaca kuesioner karena alasan tidak bawa kaca mata, mau cepat pulang, dan sebagian kuesioner diberikan ketika pasien sedang terapi akupunktur.

Pengumpulan data dilakukan selama 40 hari yaitu mulai tanggal 18 Januari 2010-28 Februari 2010. Setelah selesai pengisian peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang langsung dapat dilengkapi. Setelah semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, maka selanjutnya peneliti menganalisa data.


(47)

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban diisi sesuai denga petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah ketika mengadakan tabulasi dan analisa.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif (univariat) yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan mendeskripsikan suatu nilai penelitian (Polit & Hungler, 2005). Deskriptif univariat digunakan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase setiap faktor dengan menggunakan bantuan komputerisasi.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan altenatif akupunktur di kota Medan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010 sampai 28 Februari 2010 di Klinik Akupunktur Medistra Medan.

1.1Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, pendidikan terakhir, agama, suku, pekerjaan, penghasilan perbulan, dan penyakit yang diderita. Dari data yang diperoleh (tabel 1) menunjukkan mayoritas responden berumur 38-58 tahun (70%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (42%), suku Batak (36%), agama Islam (94%), pekerjaan ibu rumah tangga / tidak bekerja (36%), penghasilan perbulan > Rp.2.000.000 (52%), dan penyakit yang diderita pasca stroke (26%).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n=50)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia

17-37 tahun 8 16

38-58 tahun 35 70

> 58 tahun 7 14


(49)

Tabel 1. (Lanjutan) Pendidikan terakhir

Perguruan Tinggi 21 42

SMA 16 32

SMP 8 16

SD 5 10

Agama

Islam 47 94

Protestan 3 6

Suku

Batak 18 36

Jawa 17 34

Minang 4 8

Sunda 4 8

Melayu 3 6

Aceh 3 6

Tionghoa 1 2

Pekerjaan

IRT/Tidak Bekerja 18 36

PNS/TNI/POLRI 12 24

Wiraswasta 11 22

Pensiunan PNS/BUMN/TNI 5 10

Karyawan Swasta 4 8

Penghasilan Perbulan

>Rp. 2.000.000 26 52

Rp. 1.000.000 – 2.000.000 13 26

Rp. 800.000 – 1.000.000 8 16

< Rp. 800.000 3 6

Keluhan / Penyakit yang dialami

Pasca stroke 13 26

Hipertensi 9 18

Kelebihan berat badan 7 14

Kebas/nyeri tangan dan kaki 5 10

Sakit maag 3 6

Nyeri sendi/tulang 3 6

Sinusitis 2 4

Sakit pinggang 2 4

Alergi 1 2


(50)

1.2Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif Akupunktur di Kota Medan

Hasil penelitian ini menjelaskan persentase tertinggi dari pernyataan setiap faktor, dimana masing-masing faktor terdiri dari 4 pernyataan. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur meliputi faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis, faktor manfaat dan keberhasilan, faktor pengetahuan, dan faktor persepsi tentang sakit dan penyakit.

1.2.1 Faktor Sosial

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,3 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena informasi orang terdekat (teman, keluarga, dll) sehingga masyarakat tertarik untuk mencoba dan datang ke klinik akupunktur karena yakin dengan pengobatan akupunktur.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Sosial, (n = 50) dengan STS (Sangat tidak setuju), TS (Tidak setuju), S (Setuju), SS (Sangat setuju).

Pernyataan TS S SS

f (%) f (%) f (%) 1. Informasi orang terdekat

2. Setelah mendapat

informasi tertarik mencoba 3. Datang untuk akupunktur

setelah beberapa kali mendapat informasi 4. Yakin dengan akupunktur

0 3 (6) 23 (46) 3 (6) 39 (78) 42 (84) 24 (48) 16 (32) 11 (22) 5 (10) 3 (6) 31 (62) Total rata-rata 7,3 (14,5) 30,3 (61,3) 12,5 (25)


(51)

1.2.2 Faktor Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,3 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena akupunktur tidak mahal, waktu pengobatan tidak lama untuk menyembuhkan penyakit dan biaya lebih ringan daripada pelayanan medis.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Ekonomi

Pernyataan STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Akupunktur tidak mahal

2.Waktu pengobatan tidak lama

3.Biaya lebih ringan daripada medis

4.Tidak banyak upaya

1 (2) 1 (2) 0 1 (2)

3 (6) 6 (12)

3 (6) 2 (4)

38 (76) 35 (70) 32 (64) 41 (41)

8 (16) 8 (16) 15 (30)

6 (12) Total rata-rata 0,8 (1,5) 3,8 (7) 36,5 (57,3) 9,3 (18,5)

1.2.3 Faktor Budaya

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 38 % masyarakat tidak setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena pengobatan akupunktur merupakan warisan budaya sehingga mendapatkan 2 keutamaan yaitu melestarikan warisan budaya dan menyembuhkan penyakit.


(52)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Budaya

Pernyataan STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Akupunktur adalah warisan

budaya

2.Akupunktur melestarikan pengobatan warisan budaya 3.Mendapat 2 keutamaan

sekaligus

4.Akupunktur tidak hanya budaya tertentu 6 (12) 7 (14) 5 (10) 1 (2) 22 (44) 24 (48) 24 (48) 6 (12) 20 (40) 16 (32) 19 (38) 19 (38) 2 (4) 3 (6) 2 (4) 24 (48) Total rata-rata 4,8 (9,5) 19 (38) 18,5 (37) 7,8 (15,5)

1.2.4 Faktor Psikologis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,5 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena merasa nyaman setelah di akupunktur, akupunkturisnya komunikatif dan pengobatan akupunktur memberikan ketenangan.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Psikologis

Pernyataan STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Merasakan kenyamanan

2.Akupunkturis ramah dan komunikatif

3.Akupunkturis memberikan penjelasan penyakit 4. Menimbulkan ketenangan

2 (4) 1 (2) 7 (14) 4 (8) 4 (8) 17 (34) 27 (54) 11 (22) 33 (66) 30 (60) 14 (28) 35 (70) 13 (26) 2 (4) Total rata-rata 0,8 (1,5) 8 (16) 25,3 (50,5) 16 (32)


(53)

1.2.5 Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 55 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena sudah sering berobat ke pelayanan medis tetapi penyakitnya tidak sembuh, tidak puas dengan komunikasi pelayanan medis dan menginginkan hal-hal yang alami untuk penyakitnya.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Sudah sering berobat ke

dokter

2.Tidak puas dengan komunikasi medis 3.Ingin hal alami untuk

pengobatan

4.Tidak suka obat-obatan kimia

1 (2) 1 (2) - - 11 (22) 38 (76) 2 (4) 2 (4) 29 (58) 10 (20) 33 (66) 38 (76) 9 (18) 1 (2) 15 (30) 10 (20) Total rata-rata 0,5 (1) 13,3 (26,5) 27,5 (55) 8,8 (17,5)

1.2.6 Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena gejala penyakit berkurang, sudah jarang kambuh, melakukan akupunktur untuk perawatan kesehatan dan melakukan pemeriksaan medis dan hasilnya menujukkan ke arah kesehatan yang lebih baik.


(54)

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Gejala penyakit berkurang

2.Penyakit jarang kambuh 3.Akupunktur untuk tujuan

perawatan kesehatan 4.Melakukan pemeriksaan

medis terapi akupunktur

- - 2 (4) - 3 (6) 4 (8) 24 (48) 8 (16) 31 (62) 37 (74) 18 (36) 34 (68) 16 (32) 9 (18) 6 (12) 8 (16) Total rata-rata 0,5 (1) 9,8 (19,5) 30 (60) 9,8 (19,5)

1.2.7 Faktor Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 67 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena paham tentang penyakit yang diderita, mengetahui manfaat akupunktur, dan mengetahui akupunktur tidak sama dengan perdukunan.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Pengetahuan

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Paham tentang penyakit yg

diderita

2.Tahu manfaat akupunktur 3.Yakin dengan akupunktur 4.Akupunktur tidak sama

dengan perdukunan 1 (2) - - - 12 (24) 7 (14) 1 (2) 1 (2) 34 (68) 40 (80) 38 (76) 22 (44) 3 (6) 3 (6) 11 (22) 27 (54) Total rata-rata 0,3 (0,5) 5,3 (10,5) 33,5 (67) 11 22)


(55)

1.2.8 Faktor Persepsi Tentang Sakit dan Penyakit.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,5 % masyarakat setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat memilih pengobatan akupunktur karena penyakit selalu mengganggu aktivitas, terapi akupunktur lebih efektif untuk penyakitnya, serta medis dan akupunktur dapat saling melengkapi.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Persepsi Tentang Sakit dan Penyakit

Pernyataan

STS TS S SS

f (%) f (%) f (%) f (%) 1.Penyakit mengganggu

aktivitas

2.Pernah menjalani terapi selain akupunktur 3.Terapi akupunktur lebih

efektif

4. Akupunktur dan medis saling melengkapi

- 4 (8)

- -

1 (2) 30 (60)

3 (6) 4 (8)

44 (88) 14 (28) 45 (90) 34 (68)

5 (10) 2 (4) 2 (4) 12 (24) Total rata-rata 1 (2) 9,5 (19) 34,3(68,5) 5,3 (10,5)


(56)

Dari hasil perhitungan mean dan standart deviasi di bawah ini dapat dideskripsikan bahwa rata-rata faktor yang paling tertinggi mempengaruhi pasien memilih pengobatan alternatif akupunktur adalah faktor pengetahuan (mean=8,42), sedangkan yang terendah adalah faktor budaya (mean=6,38).

Tabel. 10. Distribusi mean dan standart deviasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasien memilih pengobatan alternatif akupunktur Faktor-faktor yang mempengaruhi Mean SD

1. Faktor Pengetahuan 8,42 1,39

2. Faktor Psikologis 8,38 1,26

3. Faktor Sosial 8,36 1,12

4. Faktor Ekonomi 8,34 1,49

5. Faktor manfaat dan keberhasilan 7,96 1,37 6. Faktor Kejenuhan terhadap pelayanan medis 7,56 1,11 7. Persepsi tentang sakit dan penyakit 7,50 0,86


(57)

2. Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan. Adapun nilai mean faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur adalah faktor pengetahuan (8,42), faktor psikologis (8,38), faktor sosial (8,36), faktor ekonomi (8,34), faktor manfaat dan keberhasilan (7,96), faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis (7,56), persepsi tentang sakit dan penyakit (7,50), dan faktor budaya (6,38).

2.1Faktor Sosial

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor sosial dapat mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan mean sebesar 8,36. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan no.2 yaitu 42 pasien (84%) tertarik untuk mencoba pengobatan alternatif akupunktur karena informasi dari orang-orang terdekat seperti: saudara, teman, dan media massa setelah beberapa kali mendapat informasi tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan Deutch dan Gerard (1955, dalam Maramis 2006) bahwa setelah individu memperoleh informasi keefektifan pengobatan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan kerabat yang sebelumnya pernah merasakan manfaat akupunktur. Pengalaman sensorik serta laporan orang-orang disekitar membuat pasien semakin yakin dengan terapi akupunktur dan memotivasi pasien untuk lebih memilih terapi akupunktur.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Varghese (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial memang sangat kompleks salah satunya adalah


(58)

pengaruh orang lain atau sugesti teman memiliki angka 11,59% dari alasan pemilihan pengobatan alternatif. Hal ini terlihat pada fenomena sosial di sebagian masyarakat bahwa perilaku mencari dan memelihara kesehatan pada pengobatan alternatif tersebut sudah mendapatkan pembenaran bahkan saling merekomendasikan si sakit pada pengobatan alternatif (Foster & Anderson, 1986).

Secara umum dapat dikatakan bahwa telah terjadi pengaruh sosial bila satu orang atau sebuah kelompok menyebabkan perubahan dalam perilaku orang lain (Maramis, 2006). Kebanyakan masyarakat jika mendapatkan informasi tidak langsung mempercayai informasi tersebut, ia akan mencari informasi lain yang terkait untuk menguatkan kepercayaan terhadap suatu informasi dan jika banyak aspek positifnya maka ia akan tertarik untuk mencoba. Seringkali pula para pengguna pengobatan alternatif ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal, keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut (Turana, 2003).

Persentase pernyataan terendah dari faktor sosial terdapat pada pernyataan no.3 bahwa sebanyak 24 responden (48%) datang ke pengobatan alternatif akupunktur setelah beberapa kali mendpatkan informasi dari keluarga, kerabat (orang-orang terdekat). Hal ini sesuai dengan pernyataan Maramis (2006), bahwa perubahan sikap dan perilaku pasien tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosial namun juga kebutuhan pribadi, motivasi, sikap, dan sebagainya. Sehingga cepat atau lambatnya seseorang dalam memilih pengobatan alternatif akupunktur tergantung pada masing-masing kebutuhan dan motivasi individu.


(59)

2.2Faktor Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor ekonomi mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan nilai mean sebesar 8,34. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan no.8 yaitu 41 responden (82%) menyatakan bahwa mereka setuju dengan pernyataan pengobatan alternatif akupunktur tidak mahal dan tidak banyak upaya yang harus dilakukan untuk mengikuti terapi akupunktur. Hal ini sesuai dengan penelitian Varghese (2004), menyebutkan bahwa 13,04% responden menyatakan pengobatan alternatif dipilih karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan alternatif, pengobatan modern mensyaratkan kemampuan ekonomi yang memadai.

Ekonomi berperan dalam menyokong hidup individu secara finansial (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini faktor ekonomi yang diteliti dilihat dari kesesuaian antara pekerjaan dan pengahasilan dengan pandangan responden terhadap nilai ekonomis terapi akupunktur. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pekerjaan dan penghasilan responden bervariasi. Pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja /ibu rumah tangga dan penghasilan terbanyak dari responden adalah >Rp.2.000.000. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Foster & Anderson (1986), sebagian status ekonomi masyarakat masih rendah, membuat mereka lebih menyukai pengobatan yang tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi. Akan tetapi, penelitian Barnes, Griner, McFann, & Nahin (2004) menyatakan 61%


(60)

masyarakat pengguna CAM adalah masyarakat yang tidak miskin dengan pendapatan lebih dari $75.000.

Nilai terendah diperoleh dari pernyataan no.6 yaitu 35 responden (70%) menyatakan bahwa waktu untuk kesembuhan penyakit tidak lama. Hal ini disebabkan karena waktu penyembuhan terapi akupunktur untuk masing-masing penyakit berbeda-beda. Dari data demografi tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat yang memilih pengobatan alternatif akupunktur berasal dari bermacam-macam tingkatan keuangan dan profesi. Hanya saja kecenderungan masyarakat jika proses penyembuhan suatu jenis pengobatan lebih cepat dari jenis pengobatan yang lain dan ada kecenderungan biaya total juga lebih rendah maka hal tersebut akan menjadi pilihan pengobatan terhadap penyakit yang diderita mereka (Walcott, 2004).

2.3Faktor Budaya

Nilai-nilai budaya yang dominan pada diri individu sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia, termasuk perilaku dalam hal memilih pengobatan (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini budaya dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau menolak suatu pengobatan didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor budaya mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di kota Medan dengan nilai mean sebesar 6,38. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan


(1)

Pernyataan8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 2 4.0 4.0 6.0

S 41 82.0 82.0 88.0

SS 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 6 12.0 12.0 12.0

TS 22 44.0 44.0 56.0

S 20 40.0 40.0 96.0

SS 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 7 14.0 14.0 14.0

TS 24 48.0 48.0 62.0

S 16 32.0 32.0 94.0

SS 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 5 10.0 10.0 10.0

TS 24 48.0 48.0 58.0

S 19 38.0 38.0 96.0

SS 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 4 8.0 8.0 10.0

S 21 42.0 42.0 52.0

SS 24 48.0 48.0 100.0


(2)

Valid STS 2 4.0 4.0 4.0

TS 7 14.0 14.0 18.0

S 27 54.0 54.0 72.0

SS 14 28.0 28.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 4 8.0 8.0 8.0

S 11 22.0 22.0 30.0

SS 35 70.0 70.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 4 8.0 8.0 8.0

S 33 66.0 66.0 74.0

SS 13 26.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 17 34.0 34.0 36.0

S 30 60.0 60.0 96.0

SS 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 11 22.0 22.0 24.0

S 29 58.0 58.0 82.0


(3)

Pernyataan18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 38 76.0 76.0 78.0

S 10 20.0 20.0 98.0

SS 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 2 4.0 4.0 4.0

S 33 66.0 66.0 70.0

SS 15 30.0 30.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 2 4.0 4.0 4.0

S 38 76.0 76.0 80.0

SS 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 3 6.0 6.0 6.0

S 31 62.0 62.0 68.0

SS 16 32.0 32.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 4 8.0 8.0 8.0

S 37 74.0 74.0 82.0

SS 9 18.0 18.0 100.0


(4)

TS 24 48.0 48.0 52.0

S 18 36.0 36.0 88.0

SS 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 8 16.0 16.0 16.0

S 34 68.0 68.0 84.0

SS 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 1 2.0 2.0 2.0

TS 12 24.0 24.0 26.0

S 34 68.0 68.0 94.0

SS 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 7 14.0 14.0 14.0

S 40 80.0 80.0 94.0

SS 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan27

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 1 2.0 2.0 2.0

S 38 76.0 76.0 78.0

SS 11 22.0 22.0 100.0


(5)

Pernyataan28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 1 2.0 2.0 2.0

S 22 44.0 44.0 46.0

SS 27 54.0 54.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan29

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 1 2.0 2.0 2.0

S 44 88.0 88.0 90.0

SS 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan30

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid STS 4 8.0 8.0 8.0

TS 30 60.0 60.0 68.0

S 14 28.0 28.0 96.0

SS 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan31

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 3 6.0 6.0 6.0

S 45 90.0 90.0 96.0

SS 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pernyataan32

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 4 8.0 8.0 8.0

S 34 68.0 68.0 76.0

SS 12 24.0 24.0 100.0


(6)

N Valid 50 50 50 50 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 8.36 8.34 6.38 8.38 7.56 7.96 8.42 7.50

Std. Deviation 1.120 1.493 2.276 1.260 1.110 1.370 1.386 .863

Minimum 6 5 2 5 4 5 5 6