Persepsi tentang Sakit dan Penyakit

2.8 Persepsi tentang Sakit dan Penyakit

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa persepsi masyarakat tentang sakit dan penyakit mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan dengan nilai mean sebesar 7,50. Nilai tertinggi didapat dari pernyataan no. 32 yaitu 45 responden 90 tertarik untuk mencoba pengobatan alternatif akupunktur karena terapi alternatif akupunktur lebih efektif mengobati penyakit yang dideritanya daripada pengobatan medis. Mayoritas masyarakat pengguna pengobatan alternatif akupunktur sudah terlebih dahulu mendapatkan terapipengobatan medis tetapi, karena penyakit yang diderita tidak sembuh sehingga masyarakat mencari pengobatan alternatif akupunktur untuk menyembuhkan penyakitnya. Persepsi tentang sakit illness dan penyakit disease setiap individu selalu berbeda. Oleh sebab itu, perilaku kesehatan masing-masing individu akan mengalami perbedaan. Tidak ada satu perilaku kesehatan individu yang sama dalam mencari alternatif penyembuhan, karena memang setiap individu memiliki karakteristik perilaku sendiri-sendiri Foster Anderson, 1986. Persepsi tentang sakit dan penyakit meliputi: persepsi terhadap penyebab penyakit, gejala dan tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatannya, atau bagaimana cara pencegahannya Notoatmodjo, 2007. Nilai terendah diperoleh dari pernyataan no. 30 yaitu 14 responden 28 menyatakan bahwa mereka pernah menjalani terapi alternatif lain selain akupunktur. Hal ini sesuai dengan pendapat Suchman dalam Notoatmodjo, 2007 yaitu terdapat lima macam reaksi dalam proses mencari pengobatan, antara lain: Universitas Sumatera Utara shopping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan harapan si sakit. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. Contoh: berobat ke dokter sekaligus ke Sinse dan dukun. Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan. Self medication adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan. Pencarian pengobatan alternatif sebagai reaksi dari penyakit yang mengganggu aktivitas adalah shopping. Dan perilaku menjalani pengobatan di beberapa fasilitas kesehatan adalah fragmentation. Jadi dalam hal ini perilaku shopping pada sebagian besar pasien akupunktur tinggi dibandingkan perilaku fragmentation. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Ada delapan faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan yaitu faktor sosial, ekonomi, budaya, psikologis, kejenuhan terhadap pelayanan medis, manfaat dan keberhasilan, pengetahuan, dan persepsi terhadap sakit dan penyakit. Hasil penelitian berdasarkan nilai mean menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan adalah faktor pengetahuan 8,42, psikologis 8,38, sosial 8,36, ekonomi 8,34, manfaat dan keberhasilan 7,96, kejenuhan terhadap pelayanan medis 7,56, persepsi sakit dan penyakit 7,50, dan faktor budaya 6,38. Faktor tertinggi yang mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan pengobatan alternatif akupunktur adalah faktor pengetahuan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengetahui manfaat pengobatan akupunktur yang terbukti melalui banyak penelitian ilmiah dan juga terapi akupunktur tidak sama dengan pengobatan alternatif perdukunan yang tidak jelas dasar ilmiahnya. Rendahnya faktor budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan alternatif akupunktur karena masyarakat yang memilih pengobatan alternatif akupunktur menyatakan bahwa mereka memilih akupunktur bukan karena warisan dari budaya mereka tetapi karena akupunktur telah teruji dapat menyembuhkan penyakit mereka. Universitas Sumatera Utara