Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Medis Ke Luar Negeri (Study Terhadap Masyarakat Kota Medan yang Berobat Ke Penang, Malaysia)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FALKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT

MEMILIH PENGOBATAN MEDIS KE LUAR NEGERI

(Study Terhadap Masyarakat Kota Medan yang Berobat Ke Penang, Malaysia)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ISMI SARASSATI

040901053

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara


(2)

ABSTRAK

Pada dasarnya melakukan pengobatan medis dipengaruhi oleh tindakan yang pilihan rasional aktor dalam masyarakat yang beradaptasi dengan nilai-nilai budaya dan pengalaman yang terjadi serta lingkungan disekitarnya, pengobatan medis pada dokter juga dibarengi adanya rasa kepercayaan antara pasien kepada dokter sehingga seorang pasien yakin bahwa dengan si pasien berobat kepada dokter tersebut, dia dapat sembuh seperti sediakala.

Seseorang dituntut untuk lebih bertindak cermat dan kritis khususnya menyangkut tentang kebutuhan dasar seseorang seperti: pendidikan, kebutuhan hidup, dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan memiliki peranan penting sebagai sarana distribusi kesehatan kepada masyarakat. Akan tetapi pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang baik.

Sehingga masyarakat Indonesia khususnya didominasi oleh masyarakat kota Medan dan Aceh banyak melakukan pengobatan medis ke luar negeri yaitu ke Penang, Malaysia. Bukan Karena peralatan dan teknologi medis di Penang, Malaysia yang menjadi faktor utama membanjirnya masyarakat kota Medan di rumah sakit di Penang, Malaysia. Akan tetapi pelayanan yang baik dan interaksi yang baik antara pasien, dokter, dan perawat menjadi faktor utama mengapa masyarakat kota Medan lebih nyaman berobat di negeri jiran ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “ Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Medis Ke Luar Negeri”. Untuk memperoleh data peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap 8 informan. Masing-masing informan merupakan pasien yang melakukan perjalanan medis sebanyak 3 kali. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi lebih banyak

.Berdasarkan analisa data bahwa informan yang melakukan perjalanan medis ke Penang, Malysia adalah berasal dari ekonomi menegah keatas dan berpendidikan tinggi. Informan rata-rata memiliki pengalaman medis yang tidak memuaskan di rumah sakit di kota medan. Banyak informan mengatakan bahwa pelayanan di rumah sakit Penang, Malaysia sangat baik, memanjakan pasien memberikan kenyaman serta kinerja pamedisnya yang sangat professional.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Medis Keluar Negeri (Study Terhadap Masyarakat Kota Medan Yang Berobat Ke PENANG, Malaysia)” guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Serta tidak lupa solawat beriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang safa’atnya sangat diharapkan di hari kelak.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengahadapi hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan wawasan peneliti, kurangnya pengalaman, serta sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang ditemukan oleh peneliti. Akan tetapi, berkatNya semua hambatan tersebut dapat dilalui, sehingga penulisan skripsi ini selesai. Hal ini tidak luput dari teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan serta do’a. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Juga sebagai dosen wali penulis yang telah membimbing penulis semenjak semester pertama sampai akhir dengan selalu mengkoreksi penulis setiap semester berganti dan selalu memberikan masukan jika ada masalah.

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA, Selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Nurman Ahmad, S.sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu kepada penulis untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si sebagai dosen yang mengasuh mata kuliah Sosiologi Pembangunan karenanya penulis banyak termotivasi untuk lebih giat belajar.

6. Bapak Drs. Sismujito.M.si sudah banyak memberi nasehatnya kepada penulis.

7. Teristimewa buat kedua orang tua penulis, Ayahanda M. Sarmin dan Ibunda Marsudariyati yang selalu mendidik dan mengajari penulis dengan kasih sayang semenjak kecil, dan selalu memberikan do’a-do’a dan pengorbanannya yang tiada bandingannya dengan apapun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Buat saudara-saudaraku tersayang yang selalu mendo’akan dan memotivasi penulis, Buat Mas Dedek yang paling males, Buat Wiwid Yang paling cerewet tapi paling perhatian, buat Uul yang sok cantik dan sok mirip Nia Ramadhani, Tia Ndut sepupu kecil penulis yang paling lucu. Terima kasih atas dukungan dan do’anya.

9. Buat seseorang “Faldy Yasseff”, terima kasih atas cinta dan kasih sayangnya serta perhatiannya selama ini, makasih sudah banyak membantu penulis mengetik skripsi waktu penulis sakit.


(5)

10.Buat teman-teman stambuk ’04 yang selalu ceria. Meipa, kakakku selama kuliah selalu perhatian dengan penulis dan sebagai temap penulis mencurahkan keluh kesahnya. Nita S.sos, terima kasih atas saran, dan kritiknya untuk penulis dari pertama kali mengajukan judul, pembuatan proposal, hingga pembuatan skripsi, Imay yang selalu memotivasi penulis, semoga Imay cepat wisuda. Kak Reni dan Rini, Titin terima kasih pertemanannya dari semester pertama hingga semester akhir. Buat Dini semoga langgeng dengan Azis ampe kakek nenek. Buat Ibu Kasiati S.sos terima kasih sudah banyak memberikan solusi pada penulis jika penulis menghadapi kendala dan masalah. Buat Tuit semoga makin cantik. Buat Weni terima kasih sudah banyak memberikan informasi terbaru untuk penulis. Buat Kak Yanti yang selalu modis, Buat Devi, Juni, Florence, Herna, Rabanta, Rosma, Renova, Ferika, Ika, Rudi, Udin, Ardiansyah, Wildan,Benny, Tika, Faisal, dan lain – lain, maaf penulis tidak dapat menyebutnya satu persatu, terima kasih atas dukungannya dan semua kenangan yang tidak terlupan. “Caiyoo!!!! Buat senior-senior ’02, serta junior Sos’05 dan 06, terima kasih atas segala dukungannya.

11.Buat semua informan, khususnya ibu Zaidar dan ibu Azmanizar terima kasih telah meluangkan waktunya dan memberikan informasi-informasi kepada penulis.

12.Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu .

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Penulis


(6)

DAFTAR ISI Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Abstrak………i

Kata Pengantar……… ii

Daftar Isi……… v

Daftar Tabel……….vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………1

1.2. Perumusan Masalah………10

1.3. Tujuan Penelitian……….10

1.4. Manfaat Penelitian………11

1.5. Defenisi Konsep……….……11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Pilihan Rasional Weber………23

2.2. Teori Trust Fukuyama………27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian……… 32

3.2. Lokasi Penelitian……… 33

3.3. Unit Analisa Data dan Informan……….…33

3.4. Teknik Pengupulan Data………34

3.5. Temuan Interprestasi data………36

3.6. Keterbatasan Penelitian………37

3.7. Jadwal Kegiatan………38

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Kota Medan………40

4.2. Gambaran Umum Kota Medan……… 41

4.3. Karakteristik Informan……… 46

4.4. Analisa Data………. 67

4.4.1. Pasien Yang Berobat Ke Penang, Malysia………67

4.4.2.Proses Masyarakat Kota Medan Berobat Ke Penang Malysia ……68

4.3.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Medan Yang Berbat Ke Penang………70

4.3.4. Hubungan Sosial Pasien Dokter dan Pasien………71 4.3.4. Fakor-Faktor Yang Mempengarui Masyarakat Kota Medan


(7)

Banjiri RS di Penang Malaysia………72 4.3.5. Faktor-Faktor Secara Sosiologis………76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan………83 5.2. Saran……….84 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perbandingan Beberapa Indikator

Kesehatan Antara Beberapa Negara……….5 Tabel 1.2. Pertumbuhan Kepemilikan Rumah Sakit di Indonesia………6 Tabel 1.3. Jumlah Pasien Yang Berobat Ke Rumah Sakit di Penang, Malaysia……...7 Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian………34 Tabel 4.1. Jumlah Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk

Di Kota Medan Tahun 2001-2007………38 Tabel 4.2. Jumlah Kecamatan, Kelurahan Dan Lingkungan Kota Medan Dalam

Angka Tahun 2007………..39 Tabel 4.3. Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Sekolah Dan Status Tahun 2007……..40 Tabel 4.4. Jumlah Perguruan Tinggi Pada Tahun 2007………..40 Tabel 4.5. Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2007………...41 Tabel 4.6. Jumlah Informan Menurut Karakteristik………64


(9)

ABSTRAK

Pada dasarnya melakukan pengobatan medis dipengaruhi oleh tindakan yang pilihan rasional aktor dalam masyarakat yang beradaptasi dengan nilai-nilai budaya dan pengalaman yang terjadi serta lingkungan disekitarnya, pengobatan medis pada dokter juga dibarengi adanya rasa kepercayaan antara pasien kepada dokter sehingga seorang pasien yakin bahwa dengan si pasien berobat kepada dokter tersebut, dia dapat sembuh seperti sediakala.

Seseorang dituntut untuk lebih bertindak cermat dan kritis khususnya menyangkut tentang kebutuhan dasar seseorang seperti: pendidikan, kebutuhan hidup, dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan memiliki peranan penting sebagai sarana distribusi kesehatan kepada masyarakat. Akan tetapi pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang baik.

Sehingga masyarakat Indonesia khususnya didominasi oleh masyarakat kota Medan dan Aceh banyak melakukan pengobatan medis ke luar negeri yaitu ke Penang, Malaysia. Bukan Karena peralatan dan teknologi medis di Penang, Malaysia yang menjadi faktor utama membanjirnya masyarakat kota Medan di rumah sakit di Penang, Malaysia. Akan tetapi pelayanan yang baik dan interaksi yang baik antara pasien, dokter, dan perawat menjadi faktor utama mengapa masyarakat kota Medan lebih nyaman berobat di negeri jiran ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “ Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Medis Ke Luar Negeri”. Untuk memperoleh data peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap 8 informan. Masing-masing informan merupakan pasien yang melakukan perjalanan medis sebanyak 3 kali. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi lebih banyak

.Berdasarkan analisa data bahwa informan yang melakukan perjalanan medis ke Penang, Malysia adalah berasal dari ekonomi menegah keatas dan berpendidikan tinggi. Informan rata-rata memiliki pengalaman medis yang tidak memuaskan di rumah sakit di kota medan. Banyak informan mengatakan bahwa pelayanan di rumah sakit Penang, Malaysia sangat baik, memanjakan pasien memberikan kenyaman serta kinerja pamedisnya yang sangat professional.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidak ada orang yang tidak mau sehat, bila anda tidak sehat, anda banyak kehilangan, kehilangan pikiran, juga kehilangan segalanya. Sehat tidak hanya berarti detak jantung yang teratur dan pembuangan yang lancar. Sehat mencakup sikap yang positif, kreatif, harapan, pengakuan diri, rela bekerja dan mampu menghargai orang lain.

Akan tetapi tidak selamanya manusia mendapati keadaan yang sehat selalu. Disadari atau tidak, sejak seseorang merasa dirinya secara fisik, mental, sosial, tidak mampu menjalankan peran sosial, ia mulai menjalankan yang namanya sakit. Dikalangan biomedis, seseorang yang fisik atau mentalnya sakit berarti ia menderita penyakit (disease). Dikalangan sosiolog, seseorang yang berprilaku menyimpang dari perilaku yang biasa dijalankan dikatakan berada dalam keadaan sakit (illness). Dalam peran sakit itu ia menunjukkan perilaku khas, sesuai dengan ajaran yang diperolehnya maupun kebiasaan sosial budaya dan lingkungan hidupnya. Ia akan mengobatkan diri kepada pengobat, mengobati sendiri atau berprilaku sakit demi keuntungan tertentu, misalnya untuk mencari belas kasihan orang lain atas kegagalan yang dilakukan dalam tugasnya. Kalau ia memutuskan untuk berobat ke dokter, dukun atau pengobat lain, ia menerima peran pasien bukan lagi peran sakit, dan menjalankan peran ketergantungan kepada pengobatnya (Lumenta, 1989:12).


(11)

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosisitem manusia dan adat kebiasaan manusia dan kebudayaan.

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi.

Perilaku sehat diperlihatkan individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit. Maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subjektif sifatnya. Orang yang sakit tersebut akan mencari konfirmasi mengenai gejala sakitnya pada keluarga dan kerabatnya, yaitu bahwa mereka benar-benar memahami keadaannnya.


(12)

Kemudian akan meminta nasihat dan kepastian mereka bahwa mereka akan menerima keadaannya dan membantunya menerima peran sakit dan menanggalkan banyak fungsi sosial atau pekerjaannya sehari-hari. Yang terakhir ini seakan-akan merupakan suatu pengumuman berlakunya gangguan terhadap peran sosialnya, agar semua orang yang berinteraksi dengannya mengetahui keadaannya.

Orang yang sakit tidak hanya mencari konfirmasi mengenai penyakitnya dan mengumumkan dirinya sakit. Akan tetapi seseorang yang sakit akan memutuskan untuk mencari pertolongan pengobatan dan secara nyata dicapai pihak yang akan memberikan pertolongan pengobatan, yaitu dokter, klinik, rumah sakit ataupun pengobatan sendiri. Individu yang sakit akan mencari penetapan diagnosis secara medis dan suatu rencana pengobatan “ilmiah”sebagai pengganti nasihat awam yang diperolehnya dalam diskusi fase sebelumnya.

Semua reaksi terhadap keadaan sakit ini, tergantung pada berbagai faktor, seperti pendidikan, faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor komunikasi dan lain-lain. Seseorang yang kurang berpendidikan mungkin karena ketidaktahuannya akan memilih tidak berobat selama ia masih dapat menahan sakitnya. Seseorang dengan kebudayaan tertentu mungkin berobat ke pengobat tradisional tertentu. Seseorang yang bertempat tinggal di daerah terpencil dan transportasi sangat sulit, mungkin memilih mengobati dirinya sendiri. Berbagai kemungkinan lain akan memberikan reaksi yang berlainan terhadap keadaan sakit seseorang.

Menurut DR James R. Marzof dalam tahun 2002 dalam tulisannya “Peluang Untuk Reformasi Analisis Mengenai Hambatan Dan Kendala Dalam Pertumbuhan Sektor Kesehatan” bagi kita di Indonesia, banyak berbagai kalangan lebih memilih pengobatan dengan menggunakan pelayanan kesehatan, akan tetapi sistem pelayanan kesehatan di Indonesia tidak cukup memadai untuk memenui kebutuhan penduduk Indonesia. Indikator kesehatan Indonesia lebih rendah dibandingkan indikator


(13)

kesehatan negara-negara ASEAN lainnya, dan sumberdaya kesehatan pemerintah tidak memadai. Pertumbuhan pelayanan kesehatan tidak dapat mengikuti pertumbuhan penduduk atau perubahan demografis selama dasawarsa terakhir. Aset pelayanan kesehatan Indonesia pada saat ini relatif lebih rendah

Rendahnya kapabilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dibarengi dengan meningkatnya biaya kesehatan di Indonesia. Dengan adanya biaya kesehatan di Indonesia yang cenderung meningkat akan mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga tingkat kesehatan di Indonesia menjadi rendah. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih relatif rendah. Angka kematian ibu masih 390 per 100.000 kelahiran hidup, sementara di Philiphina 170, Vietnam 160, Thailand 44 dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun masyarakat untuk kesehatan dan besarnya cakupan asuransi kesehatan. Kontribusi pemerintah untuk biaya kesehatan hanya sebesar 26,1 persen. Sedangkan kontribusi dari swasta mencapai 74,9 persen yang sebagian besar dikeluarkan langsung dari saku masyarakat (direct payment out of pocket) pada waktu mereka jatuh sakit, hanya sedikit biaya kesehatan yang dikeluarkan dengan menggunakan mekanisme asuransi atau perusahaan (16-19%).


(14)

Tabel. 1.1 Perbandingan Beberapa Indikator Kesehatan Antara Beberapa Negara.

Negara MMR GNP/Kapita

(US$)

Biaya Kesehatan/Kapita

(US$)

Urutan Biaya Kesehatan

Cakupan Asuransi

Malaysia 39 3400 110 93

Thailand 44 1960 133 64

Srilangka 60 820 25 138

Vietnam 160 370 17 182

Philipine 170 1020 40 124

Myanmar 230 220 100 136

Indonesia 390 580 18 154

(Sumber Departemen Kesehatan, 2000 )

Sistem Pelayanan Kesehatan dapat diidentifikasi dalam berbagai komponen yaitu: Pemerintah, masyarakat, pihak ketiga yang menjadi sumber pembiayaan miasalnya PT.Askes, Perusahaan Asuransi, Penyedia Pelayanan, termasuk industri obat dan tempat-tempat pendidikan tenaga kesehatan serta bantuan luar negeri.

Peran pemerintah sebagai pelaksana di sektor rumah sakit dilakukan oleh rumah sakit pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di sektor rumah sakit Indonesia, jumlah rumah sakit milik pemerintah sejak tahun 1995 berkurang sedikit, sedangkan di sektor swasta mulai antara tahun 1995-2000 terdapat penambahan sekitar 73 rumah sakit swasta baru. Dengan adanya pertumbuhan ini maka diperkirakan mengalami kenaikan 15 % dan krisis ekonomi yang terjadi tidak mempengaruhi peningkatan jumlah rumah sakit swasta. Seperti yang ditulis Nani Iriyanti, SKM, AAK tabel di bawah ini


(15)

Tabel 1.2.Pertumbuhan Kepemilikan Rumah Sakit Di Indonesia.

Pemerintah Swasta

Tahun Pemilik RS Jumlah RS Jumlah TT Pemilik RS Jumlah RS Jumlah TT

1995 598 477 79.443 599 491 38.863

1997 602 511 80.490 595 550 41.506

1998 607 556 80.629 601 578 44.837

2000 615 585 80.667 615 580 48.204

(Sumber : Departemen Kesehatan 2000 )

Akan tetapi kecenderungan orang Indonesia berobat ke luar negeri semakin meningkat. Setiap tahun sekitar 5.000 pasien berobat ke luar negeri dan devisa yang dikeluarkan mencapai 400 juta dolar atau 3,6 triliun. Umumnya pasien yang berobat ke Malaysia berasal dari Medan, Aceh dan Riau.

Sudah diketahui, warga Sumut menjadikan Penang sebagai tempat berobat favorit. Tidak heran jika dalam lima hari penerbangan Medan-Penang selalu penuh. Singapura yang selama ini menjadi pilihan berobat perlahan mulai ditinggalkan. Kecuali penyakit yang susah sembuh dan sebahagian kecil orang kaya di Sumut masih berobat ke Singapura.

Masyarakat Sumut ternyata sudah tidak asing lagi dengan Rumah Sakit di Penang. Setiap tahun sedikitnya 250.000 orang berobat ke Penang. Kalau di total dengan warga yang melakukan cek kesehatan, jumlahnya bisa membengkak menjadi dua kali lipat.

Ada banyak data menyebutkan tingginya migrasi pasien Indonesia ke Rumah Sakit luar negeri. Yang salah satunya adalah Negara jiran kita, Malaysia yaitu di kota

Penang. menyebutkan


(16)

masyarakat Indonesia berobat ke Penang, dan 80% diantaranya adalah masyarakat Medan dan Sumut serta sebagian kecil NAD ( Nanggore Aceh Darussalam)”.

Tingginya migrasi pasien ke luar ke luar negeri menjadi suatu fenomena bagi bangsa Indonesia sendiri, dan jika ini berlanjut maka tidak menutup kemungkinan Indonesia hanya menjadi konsumer di Era Globalisasi ini. Pada data yang saya kutip yang berobat ke luar negeri (Penang / Malaysia dan Singapura. Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1.3.Untuk Rumah Sakit Di Penang, Malaysia.

Tahun Rumah Sakit Jumlah

Pasien/Tahun

Jumlah Pasien/Hari

2003 Lam Wah Ee 12.000 32

Adventist 14.000 38

2004 Lam Wah Ee 22.000 62

Adventist 24.000 68

Lebih lanjut diperkirakan bahwa rata-rata 1000 orang warga kota Medan berobat ke Penang setiap bulannya dan dilaporkan bahwa setiap tahunnya kedua negara ini mendapat devisa 400 juta dollar AS dari warga kota Medan yang Berobat. Hal ini dikarenakan kurang siapnya Propinsi Sumatera Utara menghadapi era globalisasi khususnya di bidang sektor kesehatan dan tingginya kesadaran masyarakat terhadap mutu kesehatan serta krisis kepercayaan karena adanya isu malpraktek.


(17)

Padahal dalam situs bahwa pemerintah sudah mengeluarkan dana Askeskin Rp 7,8 triliun sejak tahun 2005 hingga 2007 yakni Rp1,9 triliun pada tahun 2005, Rp 2,5 triliun pada 2006 dan Rp 3,4 triliun pada 2007. Untuk 2008, pemerintah mengangarkan Rp 4,8 triliun untuk Askeskin. Di harapakan dengan ini pemerintah dapat menampung banyaknya masyarakat yang butuh pelayanan kesehatan karena dibarengi tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahunnya. Maka pemerintah berharap hal ini merupakan langkah awal untuk membenahi mekanisme pelayanan .

Jika kita perhatikan managemen pelayanan kesehatan di tanah air masih jauh dari optimal dan efesien, bahkan cenderung birokratis, konvensional (kuno), Pelayanan kesehatan di tanah air masih belum berfokus pada sistem pelayanan yang bersifat consumer oriented. Tidak seperti Penang dan Rumah Sakit luar negeri lainnya justru lebih fokus kepada pada sistem pelayanan yang bersifat Consumer

Orineted, hal ini dilakukan untuk menarik para pasien dari luar negeri, karena untuk

mendapatkan pasien dari dalam negeri sangat susah dan kurang menguntungkan akibat adanya asuransi kesehatan yang diberikan pemerintah setempat kepada masyarakat.

Oleh karena pada rumah sakit di Indonesia permasalahan yang sering terlihat adalah :

• Peralatan terbatas  Birokratif

 Pelayanan kurang


(18)

Selain poin – poin di atas, anggaran kesehatan yang diberikan oleh pemerintah juga berperan dalam menunjang tingginya biaya pengobatan medis. Pada periode tahun 1999-2005 anggaran kesehatan hanya 1 % - 3 % dari APBN, sedangkan pada tahun 2006 hanya 2,9 % atau sekitar Rp 10,8 triliun (www.antikorupsi .org/docs/anggaran militer danang.pdf

Akan tetapi setelah peneliti berusaha mewawancarai pasien yang pernah berobat ke Penang, peneliti mengetahui bahwa, alasan untuk berobat ke luar negeri bukan hanya seperti tercakup pada poin-poin di atas, akan tetapi sifatnya lebih kompleks dan secara sosiologis hal ini sangatlah menarik untuk diteliti.

). Keterbatasan anggaran ini membuat pelayanan kesehatan semakin mahal, sehingga pada akhirnya masyarakat harus menanggung sepenuhnya pengeluaran kesehatan sebab pada saat yang sama masyarakat juga masih dikenakan berbagai macam pajak yang tanpa mereka sadari.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif terhadap masalah tersebut. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi masyarakat (pasien) kota Medan berobat ke luar negeri secara sosiologis”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini disamping sebagai persyaratan akademis, juga diharapkan akan bertujuan:


(19)

Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat (pasien) kota Medan berobat ke luar negeri secara sosiologis

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1.4.1. Manfaat teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap pengambil kebijakan khususnya pemerintah atau instansi terkait yang menangani bidang sosial (kesehatan), dengan melihat apa keinginan masyarakat terhadap Rumah Sakit itu sendiri serta subsisstem di dalamnya, karena pada dasarnya kemajuan dan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor kesehatan masyarakatnya sendiri.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan dan dapat membantu peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lanjutan.

1.5. Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian. Konsep merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti dalam memnggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami. Menurut R. K. Merton konsep adalah defenisi dari apa yang perlu diamati. Konsep merupakan variabel-variabel mana kita menetukan adanya hubungan empiris. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


(20)

kerangka konseptual adalah rangkaian pengertian logis, yang dipakai untuk menentukan jalan pemikiran dalam penelitian guna memperoleh permasalahan yang tepat.

Adapun konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat, yaitu organisasi hidup (kumpulan manusia) dimana mengalami perubahan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda-beda tetapi saling mendukung (Spencer, 436-506 : 1985), yang dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Medan

2. Berobat, yaitu suatu tindakan yang dilakukan individu dengan pertimbangan rasional, yang bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang diderita oleh individu tersebut. Dan dalam penelitian ini yang dimaksud berobat adalah dengan memakai pengobatan moderen berupa obat-obatan dari pabrik ( bukan ramuan tradisional)

3. Faktor yaitu hal yang ikut menyebabkan terjadinya sesuatu. Yang dalam penelitian ini adalah alasan-alasan yang menyebabkan masyarakat memilih berobat ke luar negeri.

4. Pengaruh yaitu daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda ) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan atau perilaku seseorang .

5. Rumah Sakit adalah tempat bagi orang-orang yang sakit untuk berobat, sedangkan dokter dan perawat menyebutkan sebagai lahan untuk mencari nafkah hidup. Rumah sakit di Indonesia dapat dikemukakan seperti berikut :

 Rumah Sakit Swasta adalah rumah sakit yang didirikan oleh pihak swasta, yaitu non Pemerintahan yaitu beberapa orang yang sepakat


(21)

untuk mendirikan suatu badan hukum atau perusahaan hukum, dan badan hukum ini melakukan kegiatan dalam bidang pendirian dan menjalankan rumah sakit.

 Rumah Sakit Pemerintah adalah rumah sakit yang biaya pengelolaannya tersebut didanai oleh Pemerintahan, yaitu dengan cara mengganggarkannya dalam APBN, APBD, dan lain-lainnya. Karena dana pengelolaan rumah sakit ini berasal dari pemerintah maka segala pendapatan yang diperoleh oleh rumah sakit tersebut juga harus distorkan ke Kas Negara. (Dr.H.Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, Dan Pasien, 1998:6-8).

 Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan meliputi : Dokter, Apoteker, Perawat, dan Bidan.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sehat tidak hanya berarti detak jantung yang teratur dan pembuangan yang lancar. Sehat mencakup sikap yang positif, kreatif, harapan, pengakuan diri, rela bekerja dan mampu menghargai orang lain. Menurut WHO defenisi sehat adalah keadaan sejahtera baik dari segi badan, mental, spiritual (dirinya sendiri) maupun segi sosial budaya (lingkungannya). Dan juga menurut UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 1 ayat 1 : “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Persepsi masyarakat tentang sehat atau sakit sangat dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan atau dokter dalam hal ini juga akan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria media yang objektif berdasarkan hal yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu.

”(//www.google.com/search?q+cache:Gakd611zJwj:Gindah.blogspot.com/2 007_09_01)

Marshal dan Lois (1995), mengatakan bahwa orang terlibat kegiatan medis karena tiga alasan pokok, yaitu:

a. Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala sakit belum dirasakan (perilaku sehat)

b. Untuk mendapatkan diagnosa penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit)

c. Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala, atau agar penyakit tidak pertambah parah (peran sakit).


(23)

Seorang individu dapat merasakan sakit dan itu akan dapat merubah perilakunya, Menurut Foster (1986:184-190) tahapan sakit yaitu:

 Tahap pengalaman gejala, pada tahap ini akan terdapat gejala-gejala terhadap perubahan fisik atau psikis

 Asumsi dari keadaan peranan sakit, pada tahap ini akan muncul suatu perubahan baik dalam fisik maupun psikis dan kecenderungan terjadi perubahan perilaku demi mengatasi rasa sakit yang ada

 Tahap kontak perawatan medis. Pada tahap ini, individu akan mencari perawatan medis, baik tradisional maupun modren atau bersifat alternatif  Tahap peranan ketergantungan pasien, pada tahap ini akan ada

ketergantungan pasien terhadap tenaga kesehatan (dokter, dukun, tabib dan lain-lain), serta apa yang disuruh oleh tanga keseahtan semaksimal mungkin akan dilakukan, seiring dengan sikap rasionalitas yang dimiliki individu.  Kesembuhan atau keadaan rehabilitas, pada tahap ini merupakan tahap akhir

dari tahap sakit, dimana kesembuhan akan mulai diperoleh atau jika tidak, pengantisipasian agar penyakit tidak berkembang akan dilakukan pada tahap ini. Dalam sosiologi kesehatan, penyakit mempunyai peranan sosial yakni:  Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahan

 Penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi  Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian  Masuk Rumah Sakit dapat sebagai liburan

 Penyakit dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial


(24)

Keadaan sakit diungkapkan Parsons (1951) keadaan sakit dianggap sebagai suatu penyimpangan dari keadaan sosial di mana perilaku normal terkoyak oleh penyakit atau keadaan biologis yang abnormal. Parsons melihat keadaan sakit sebagai suatu gangguan terhadap keadaan normal seseorang, baik secara sosiologis (Lumenta,1989 : 21 ).

Berbagai aspek spesifik dalam konsep Parsons tentang peran sakit digolongkan dalam empat kategori dasar yaitu :

1.Orang sakit dibebaskan dari peran social normatif. Pembebasan ini sebenarnya relatif, tergantung pada sifat dan tingkat keparahan keadaan sakit tersebut.

2.Orang sakit tidak bertanggungjawab atas keadaannya. Keadaan sakit seseorang dianggap di luar kendali.

3. Orang sakit harus berupaya untuk sembuh.

4. Orang sakit harus mencari pengobat dan bekerja sama denganya selama proses penyembuhan. (Lumenta, 1989 : 23)

Sejak seseorang merasakan suatu rasa sakit, sebenarnya ia mulai menjalani proses panjang, yaitu proses kesakitan, dan pengobatan, dan dimulailah siklus peran sakit, peran sakit, peran pasien, peran rehabilitas dan peran sehat kembali. Peran pasien telah dikemukakan oleh sosiolog Talcott Parsons pada awal tahun 1950-an. Parsons meninjau peran sakit dan peran pasien dari segi ilmu perilaku dan menyusun semacam aksioma bahwa seseorang yang berada dalam keadaan sakit wajib berusaha untuk sembuh dengan mengobatkan diri dan tunduk kepada pengobatnya (Lumenta, 1989 : 12).


(25)

Pada dasarnya fungsi sosial Rumah Sakit dan laboratorium klinik sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu sesuai peraturan yang berlaku.

2. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam tanpa dipungut uang muka dahulu baik pasien mampu atau tidak mampu.

3. Ikut membantu pelaksanaan program pemerintah di bidang kesehatan masyarakat .

4. Di bawah koordinasi dinas kesehatan setempat dan rumah sakit pemerintah di wilayahnya.

Sedangkan fungsi rumah sakit pada hikikatnya adalah menyediakan dan menyelenggarakan :

1. Pelayanan medis

2. Pelayanan penunjang medis dan non medis 3. Pelayanan asuhan keperawatan

4. Pelayanan rehabilitas 5. Pelayanan rujukan

6. Pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan realisasi di lapangan, atau malah dapat berbeda 180 derajat

(http:www..go.id/en/file/PenKesehatan4.doc+fungsi+rumah+sakit&hl=id&ct= clnk&cd=2&gl=id)


(26)

Dalam teori Health Belief Model mengatakan bahwa terdapat tiga faktor esensial dalam menetapkan suatu perilaku, yaitu:

 Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan

 Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku

 Perilaku itu sendiri justru menyebabkan suatu penyakit tertentu

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berimbangan dengan kepribadian dan lingkungan individu, dan pengalaman yang berhubungan dengan suasana dan petugas kesehatan

(

Selain situasi dan keadaan Rumah sakit, hubungan atau interaksi dokter-pasien sangat penting dan pada dasarnya seorang dokter menurut Schepers ( ibid, hal 41) mempunyai 5 fungsi yaitu:

http//202.155.5.44/indekx.php?optm=article&task=viewarticle&ortid=168& itemid=3)

1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus diataati oleh pasien (universal versus khusus)

2. Membina interaksi dengna pasien secara luas dan membaur, atau terbatas (membaur versus spesifik)

3. Melibatkan emosi/perasaaannya atau bersikap netral dalam hubungan dengan sang pasien (spesifik versus netral)

4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau keputusan bersama (orientasi versus kelompok)


(27)

5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus prestasi)

Kemudian, dokter dalam tugas pelayanan medisnya juga mempunyai kewajiban-kewajiban. Adapun kewajiban-kewajiban dokter menurut Leenen meliputi sebagai berikut :

1. Kewajiban yang timbul dari sifat pelayanan medis di mana dokter harus bertindaksesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya secara legal.

2. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hak asasi dalam bidang kesehatan.

3. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan.

Kewajiban - kewajiban dokter lebih rinci dapat dipedomani seperti yang dikemukakan oleh Pengurus Besar IDI dalam buku Panduan Aspek Hukum Praktek Swasta Dokter, yakni seperti berikut :

 Memberikan informasi tentang tindakan medis yang akan dilakukannya.  Kewajiban untuk bekerja sewsuai dengan standar profesi medis.

 Kewajiban menyimpan rahasia jabatan/pekerjaan dokter.

 Kewajiban untuk menolong pasien dalam keadaan gawat darurat tanpa terpengaruh oleh imbalan/honorarium.

Secara umum yang menjadi hak seorang dokter dalam menjalankan tugas profesinya adalah sebagai berikut ini :


(28)

 Hak untuk menolak bekerja di luar standar profesi medis.

 Hak untuk menolak tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi medis.

 Hak untuk memilih pasien dan mengakhiri hubungan dengan pasien, kecuali dalam keadaan gawat darurat.

Hak atas privacy dokter.

 Hak untuk menerima imbalan balas jasa/honorarium. (Iskandar Dalmy,1998:28)

Menurut David dalam (Lumenta,1989:51) adapun hak dan kewajiban pasien dalam rumah sakit adalah :

 Hak Pasien :

1. Memperoleh pelayanan kesehatan yang manusiawi sesuai standar profesi. 2. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dan menolak

keikutsertaan dalam penelitian kedokteran. 3. Kerahasiaan atas catatan mediknya.

4. Hak rujuk kalau diperlukan.

5. Memperoleh penjelasan tentang penelitian klinik.

6. Memperoleh perawatan lanjutan dengan informasi tentang nama/alamat dokter selanjutnya.

7. Berhubungan dengan keluarga, rohaniawan, dsb.

8. Penjelasan tentang rincian rekening (rawatan, obat, pemeriksaan laboratorium,

rontgen, ultrasonografi (USG), biaya kamar bedah, imbalan jasa, dan


(29)

9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit. 10.menarik diri dari kontrak terapik.

 Kewajiban Pasien

1. Memeriksakan diri pada dokter sedini mungkin. 2. Memberikan informasi lengkap tentang penyakitnya. 3. Berobat ulang sesuai anjuran dokter.

4. Menandatangani surat-surat izin untuk diagnosis dan terapi (termasuk infomed

consent)

5. Mematuhi peraturan – peraturan rumah sakit (jam tamu, barang-barang berharga, radio, TV, dan sebagainya.

2.1. Teori Pilihan Rasional

Menurut Bachtiar (2006) Aksi adalah zweckrational (berguna secara rasional) manakala ia terapkan dalam suatu situasi dengan pluralitas cara-cara dan tujuan-tujuan dimana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan efisiensi. Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi seseorang. Kita telah melihat bahwa Max Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan Life Chances, yaitu peluang untuk hidup. Kekayaan dan kepemilikan yang dimiliki seseorang dan keluarganya memang mempunyai pengaruh besar terhadap peluang hidupnya, nasibnya. Seseorang warga masyarakat yang berpenghasilan tinggi secara finansial mampu menjalani pemeriksaan dan perawatan medis di luar negeri, misalnya di Taiwan, Tokyo atau Singapura dan menarik manfaat dan perkembangan terakhir di dunia medis sehingga dapat memperpanjang harapan hidupnya, seseorang yang termasuk golongan berpenghasilan terendah


(30)

banyak yang mendadak meninggal dunia tanpa sebabnya karena tidak mengenal manfaat upaya medis modern andaikan mereka tahu pun tidak akan mampu membiayai pemeriksaan dan perawatan madis yang paling sederhana (Sunarto, Kamanto, 2000:102). Dari pernyataan Max Weber diatas dalam pemilihan tempat pemeriksaan atau perawatan medis, para pasien bebas untuk mencari tempat penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien dengan pertimbangan secara rasional.

Parson mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif, aktif dan evaluatif dalam memilih alternative tindakan dalam mencapai tujuan (Rizer, 2004:71). Begitu juga dalam menentukan rumah sakit mana yang mereka tuju jika dalam kondisi sakit atau gawat darurat dengan pengambilan keputusan secara rasional melalui pertimbangan-pertimbangan. Karena mereka juga mempertimbangkan bagaimana profesionalisme paramedisnya, bagaimana pelayanannya, kualitas obatnya, biaya rawat inapnya.

Begitu juga dalam teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber berpendapat bahwa tindakan didasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau sistuasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial akan situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat ( Sarwono, 1997: 30). Begitu juga dengan pemilihan tempat penyembuhan penyakit, para pasien bebas untuk mencarinya dengan pertimbangan rasional


(31)

Weber mengatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tidakan rasional menurut Weber pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber membagi rasionalitas tindakan ini ke dalam empat macam, yaitu rasionalitas intrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif. Rasionalitas instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadra dalam melakukan tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalitas yang beroeientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau nilai akhir baginya

Dalam keadaan ekonomi yang carut marut saat ini, masyarakat harus menyikapi dengan tepat. Sikap cerdas yang harus kita dilakukan ialah berpola piker secara rasional dan berpola tindak ekonomis. Strategi yang paling sederhana adalah melakukan penghematan di segala bidang, termasuk di bidang kesehatan. “Harga kesehatan sangat mahal”. Ungkapan itu terasa sangat tepat di saat ekonomi Indonesia lagi mendapat cobaan ini. Bayangkan, biaya jasa dokter, khususnya dokter spesialis, masih belum terjangkau sebagian masyarakat. Belum lagi harga obat yang cukup mahal dan semakin lama pasti semakin menggila. Ditambah lagi beban biaya


(32)

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan patologis, dan pemeriksaan penunjang lainnya yang akan semakin tidak terjangkau. Biaya akan semakin melangit bila pasien divonis rawat inap atau operasi.

Jalan terbaik dalam menyikapi beban psikologis itu adalah melakukan tindakan mawas diri serta berpikiran jernih dan positif dan bertindak secara rasional. Secara sadar manusia harus menerima fakta dan fenomena alam bahwa sumber energi bumi akan berkurang dan akan semakin mahal. Meskipun sulit, dalam jangka panjang, manusia harus berinovasi dalam berteknologi. Dalam jangka pendek, tindakan rasional yang dapat dilakukan adalah mawas diri untuk memilih mana yang terbaik khususnya dalam memilih rumah sakit, klinik, kita harus berpikir secara rasional sesuai kenyataan yang sedang terjadi saat ini.

2.2. Teori Trust/ Kepercayaan

Menurut Fukuyama, 1995 bahwa Kepercayaan merupakan produk dari komunitas-komunitas yang telah ada sebelumnya yang memilliki norma-norma atau nilai-nilai moral bersama. Ada beberapa elemen utama yang terkait dengan isu Trust, yakni kebajikan social dan modal sosial.

Kepercayaan

Sebagaimana dijelaskan Fukuyama, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini, bahwa dalam masyarakat yang


(33)

memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif; hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler, seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Fukuyama, 2002). Norma-norma dapat merupakan prakondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

Fukuyama memandang Trust sebagai komponen ekonomi yang melekat pada kultur yang ada pada masyarakat. Qianhong Fu membagi tiga tingkatan Trust yaitu : pada tingkat individual, relasi sosial dan pada tingkatan sistem sosial.

a. Pada tingkat individual, trust merupakan kekayaan individual, merupakan variable personal sebagai karakteristik individu.

b. Pada tingkat hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok.

c. Pada tingkat sistem sosial, trust merupakan nilai yang bekembang menurut sistem sosial yang ada ( Jausari, 2006:12).

Trust disedepankan dengan istilah kepercayaan, didefenisikan oleh Fukuyama sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh anggota-anggota komunitas.


(34)

Begitu juga dalam bidang kesehatan, seorang pasien memiliki kepercayaan terhadap dokter yang timbul dari pengalaman-pengalaman yang telah didefenisikan secara langsung dalam berinteraksi dengan dokter. Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Yuni Manthovani tentang bagaimana fenomena pencarian pengobatan ke Penang-Malaysia pada masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang meliputi model kepercayaan kesehatan, kepuasan terhadap


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati. Pendekatan kualitatif juga dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh). Metode ini digunakan unuk memperkuat dalam penyelesaian penelitian ini. Metode penelitian kualitatif digunakan karena ( Moleong, 2005 :8 ) :

1. Pendekatan ini melihat individu secara utuh

2. pendekatan ini mengutamakan latar ilmiah dengan maksud menggambarkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan metode wawancara.

3. Pendekatan ini bersifat emik, maksudnya peneliti dapat membangun pendangannya sendiri tentang apa yang diteliti secara ilmiah.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci suatu fenomena social secara menyeluruh dalam menganalisa perilaku orang mulai dari skala kelembagaan keluarga atau kelompok atau masyarakat dan interaksinya. Dalam deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisisnya, menginterpretasi kondisi-kondisi yang terjadi.

Penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif akan mengumpulkan data-data yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi lainnya (Moleong, 2005:11) .

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti akan dapat memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang


(36)

mempengaruhi masyarakat kota Medan memilih pengobatan medis ke luar negeri (Penang).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah: a. Masyarakat Indonesia yang berobat ke Penang didominasi sekitar 80 % oleh

masyarakat Kota Medan .

b. Lokasi Penelitian merupakan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data yang diperlukan.

c. Masyarakat Medan setiap setahun sedikitnya 250.000 orang yang berobat ke Penang, belum lagi di hitung dari yang hanya melakukan cek kesehatan, hasilnya bisa menjadi 2 kali lipat.

3.3. Unit Analisis Data dan Informan Unit Analisis

Analisa data secara umum adalah untuk mempertajam masalah dan merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian data. Keseluruhan data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam memperoleh jalinan hubungan dan kaitan masalah.

Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian ( Arikunto, 1999 : 22). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Medan yang pernah berobat ke Penang, Malaysia:

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang pernah berobat Ke Penang, Malaysia sebanyak lebih dari 3 kali, yang sebelumnya telah berobat di


(37)

rumah sakit Indonesia. Dan untuk mendapatkan informan yang dibutuhkan peneliti melakukan observasi secara aksidental di bandara Polonia Medan, khususnya bahagian keberangkatan dan kedatangan tujuan Malaysia, kemudian peneliti melakukan wawancara seputar alasan keberangkatan yang dilanjutkan dengan menanyakan nomor telepon beserta alamat rumah informan, seterusnya dilakukan wawancara mendalam di tempat tinggal informan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

Field Research, yaitu:

1.Data Primer

o Wawancara Mendalam, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung (face to

face) kepada informan. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh bersifat akurat

dan terpercaya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode “wawancara mendalam”(in-depth interview) terhadap para informan. Wawancara mendalam berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari informan yang diawali dengan sosialisasi. Dengan teknik ini akan digali riwayat hidup dari informan sebagai pasien yang melakukan pengobatan medis di Penang, sehingga di harapkan dapat mengungkap baik pengalaman dan pengetahuan eksplisit maupun yang tersembunyi.

Dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat informan lebih terbuka dan leluasa dalam memberi informasi atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian sehingga menjadi


(38)

semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas atau alamiah dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai pemancing timbulnya permasalahan agar muncul wacana yang detail. Disini wawancara diharapkan berjalan secara tidak berstruktur ( terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian). Agar wawancara lebih terarah maka digunakan instrument berupa pedoman

Wawancara ( interview guide) yakni urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini digunakan juga instrument penunjang lainnya dalam wawancara yaitu alat bantu rekam ( tape recorder) yang membantu peneliti dalam menganalisis data dari hasil wawancara.

o Observasi, adapun pengamatan langsung terhadap gejala sosiologis yang tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi ini terdiri dari rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang serta keseluruhan interaksi interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakuka n dengan cara studi pustaka dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dari


(39)

buku-buku referensi. Dokumen, majalah, jurnal dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. .

3.5. Temuan dan Interpretasi Data

Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan rincian sehingga dapat ditemukan dan dapat dianalisa selanjutnya ( Moleong, 1993:103).

Analisa data ditandai dengan pengolahan dan penfsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik secara pengamatan, wawancara ataupun catatan-catatan lapangan, dipelajari dan ditelaah kemudian tahap selanjutnya adalah mereduksi data yaitu melalui pembuatan abtraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti. Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan – satuan itu kemudian dikategorikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lainnya dan interprestasikan secara kualitatif.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada didalam fokus penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan, berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan lainnya dan dinterpretasikan secara kualitatif, Sesungguhnya proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal hingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif


(40)

Setiap data yang diperoleh akan direkam, dan dicatat baik itu dari hasil wawancara atau telaah pustaka. Kemudian data akan dikumpul dan dilanjutkan dengan menganalisanya dan menginterpretasikannya dalam bentuk kalimat dan paragraf yang sistematis sehingga memudahkan untuk dimengerti terhadap permasalah yang diteliti. Sedangkan hasil observasi diuraikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh diinterpretasikan untuk menggambarkan secara jelas keadaan melalui kata berdasarkan dukungan teori dan tinjauan pustaka.

Interpretasi data maksudnya adalah ketika peneliti mulai menangkap “benang merah” yang semakin lama semakin jelas sehingga peneliti dengan perbendaharaan data yang diperole “berani” memberi penjelasan terhadap tema-tema cerita informan berupa pernyataan apa yang sebenarnya telah dialami para informan dan keinginan apa yang sesungguhnya tersembunyi dibalik pandangan dan tindakan mereka.

3.6Keterbatasan Penelitian

Adapun kendala-kendala yang dihadapi di dalam proses pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Faktor Internal merupakan kendala yang berasal dari dalam peneliti yang meliputi, keterbatasan waktu penelitian dan sedikitnya literatur. Dalam hal ini peneliti belum dapat mendiskripsikan penelitian ini secara komprehensif dan mendalam sehingga penyajian data dan analisis masih belum maksimal ( seadanya ).

2. Faktor Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses penelitian, seperti peneliti belum maksimal dalam


(41)

mewawancarai para informan. Salah satu contohnya peneliti tidak dapat mewawancai pihak rumah sakit maupun paramedis.

3.7Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilakukan dilakukan selama 3 bulan, yaitu dimulai dari bulan Maret 2008 sampai Mei 2008. Adapun jadwal kegiatan penelitian ini di bagi kedalam empat bahagian, yaitu pertama, pra penelitian yang melputi penyusunan proposal penelitian, seminar / presentasi proposal dan perbaikan proposal untuk lebih menyempurnakan proposal peneliti

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

NO Jadwal Kegiatn Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Pra Observasi

2. ACC Judul X

3. Penyusunan Proposal X X

4. Seminar Proposal X

5. Revisi Proposal Penelitian X 6. Penyerahan Hasil Seminar Penelitian X 7. Operasional penelitian X

8. Bimbingan X X

9. Penulisan Laporan Akhir X


(42)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Lahirnya Kota Medan

Kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan

Asal Usul Nama

Disebabkan letaknya yang berada di Tanah Deli, Kampung Medan juga sering dikenal sebagai Medan-Deli. Lokasi asli Kampung Medan adalah sebuah tempat di mana Sungai Deli bertemu dengan Sungai Babura. Dari catatan penulis-penulis Portugis yang berasal dari awal abad ke-16, disebutkan bahwa Kota Medan berasal dari nama "Medina", sedangkan dari sumber lainnya menyatakan bahwa Medan Berasal dari bahasa India "Meiden", yang lebih kacau lagi bahwa ada sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa disebutkannya kata “ Medan" karena Kota ini merupakan tempat atau area bertemunya berbagai suku sehingga disebut sebagai medan pertemuan.


(43)

4.1.2. Gambaran Umum Kota Medan

Letak kota medan memang strategis, kota ini dilalui sungai Deli dan Sungai Babura. Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagagangan yang culup ramai. Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup Modern sebagai pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestic maupun luar negeri ( ekspor–impor), menjadikan Medan sebagai gerbang Indonesia bagian barat

Medan berpenduduk 2 juta orang yang memiliki areal 26.510 hektar yang secara administrative dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Adapun batas – batas wilayah kota Medan adalah secara geografis, wilayah kota Medan berada antara 3”30-3”4’ LU dan 98”44” BT dengan luas wilayah 265,10 km petsegi dengan batas-batas sebagai berikut:

• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka • Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang • Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Struktur perekonomian kota Medan didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan (14,28) %Perdagangan, Hotel, dan Restoran 28,10% Pengangkutan dan Telekomunikasi (19,83 %), serta keuangan, persewaan dan jasa ( 14,42% ). Keempat sektor ini memberikan kontribusi sekitar 76,18% terhadap perekonomian daerah.

Pendapatan perkapita masyarakat kota medan atas dasar harga berlaku pada tahun 2000 mencapai Rp.6.264.429,65 atau mengalami kenaikan yang cukup besar bila


(44)

dibandingkan dengan pendapatan perkapita pada tahun 1993 yang hanya mencapai 2.402.155,05.

Penduduk

Garis-garis Besar Haluan Negara mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai. Program kependudukan di Kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.

Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertalitas) dan tingkat kematian (mortalitas) mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan


(45)

Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun 2001 – 2007

Tahun Jumlah Penduduk

Laju Pertumbuhan

Penduduk

Luas Wilayah

(km2)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

2001 1.926.052 1.17 265.10 7.267

2002 1.963.086 1.94 265.10 7.408

2003 1.993.060 1.51 265.10 7.520

2004 2.006.014 0.63 265.10 7.567

2005 2.036.018 1.50 265.10 7.681

2006 2.076.050 1.66 265.10 7.772

2007 2.115.016 1.85 265.10 7.883

Sumber: BPS Kota Medan Tahun 2007

Berdasarkan data tabel di atas dikatakan bahwa selama tahun 2001 – 2005 jumlah penduduk kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 1.92 juta jiwa pada tahun 2001 menjadi 2.03 juta jiwa pada tahun 2005, demikian juga kepadatan penduduk kota Medan, meningkat dari 7.267 jiwa/km2 pada tahun 2001 menjadi 7.681 jiwa/km2 tahun 2005. Pada tahun 2007 masyarakat di Kota Medan bertambah padat menjadi 7883 jiwa/km

Pemerintahan

Administratif pemerintah kota Medan yang dipimpin oleh seorang Walikota pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2002.


(46)

Tabel 4.1.

Jumlah Kecamatan, Kelurahan Dan lingkungan Kota Medan Tahun 2007

Kecamatan Kelurahan Lingkungan

Medan Tuntungan 9 75

Medan Johor 9 81

Medan Amplas 6 77

Medan Area 7 82

Medan Kota 12 172

Medan Maimun 12 146

Medan Polonia 6 66

Medan Baru 5 46

Medan Selayang 6 63

Medan Sunggal 6 63

Medan Helvetia 6 88

Medan Petisah 7 88

Medan Barat 7 70

Medan Timur 6 98

Medan Perjuangan 11 128

Medan Tembung 9 128

Medan Deli 7 95

Medan Labuhan 6 105

Medan Marelan 6 100

Medan Belawan 5 88

Jumlah 151 2002


(47)

Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat kota Medan cukup baik tentunya tidak terlepas dari tersedianya prasaranan dan sarana pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Tabel 4.3.

Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Sekolah Dan Status Tahun 2007

Tingkat Sekolah Negeri Swasta Jumlah

SD 523 435 958

SLTP Umum 56 365 421

SMU 24 178 202

SMK 19 145 164

Jumlah 621 1123 1745

Sumber:BPS Kota Medan dalam angka 2007 Tabel 4.4.

Jumlah perguruan tinggi pada tahun 2007

No Perguruan Tinggi Jumlah

1. Universitas 17

2. Institute 2

3. Sekolah Tinggi 50

4. Akademi 36

5. Politeknik 5

Jumlah 110


(48)

Fasilitas Kesehatan

Sebagai kota metropolitan, fasilitas kesehatan di kota medan cukup memadai dan relatif tersebar sehingga memudahkan masyarakat untuk mencapainya.Fasilitas kesehatan tersebut meliputi Puskemas, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit, secaralengkap dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5

Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2007

Kecamatan Puskemas Pustu BPU Rumah Bersalin Rumah Sakit

Medan Tuntungan 2 4 3 5 2

Medan Johor 2 3 8 9 -

Medan Amplas 1 3 10 12 1

Medan Denai 4 - 19 30 -

Medan Area 3 - 10 6 2

Medan Kota 3 - 12 6 4

Medan Maimun 1 - 6 1 -

Medan Polonia 1 - 4 1 2

Medan Baru 1 - 5 4 7

Medan Selayang 1 2 7 5 -

Medan Sunggal 2 3 12 8 4

Medan Helvetia 1 2 8 6 1

Medan Petisah 3 - 5 5 4

Medam Barat 3 1 11 8 6

Medan Timur 1 1 10 3 2

Medan Perjuangan 1 2 7 10 1

Medan Tembung 2 4 10 13 3

Medan Deli 2 4 10 7 -

Medan Labuhan 3 3 8 2 2

Medan Marelan 1 3 6 - 2

Medan Belawan 1 5 20 6 4


(49)

4.2. Karakteristik Masyarakat Kota Medan Yang Berobat Ke Penang Malaysia Karakteristik Informan I

1. Nama : N.Sitepu

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Alamat :JL.Harapan No 24.Medan

4. Umur : 55 Tahun

5. Pekerjaan : PNS ( Pegawai Negeri Sipil) dan Petani Jeruk 6. Penghasilan : 2000.000,00

7. Jumlah Tanggungan :2 orang

8. Pendidikan :SMU

9. Penyakit yang dialami : Struk dan Ginjal

10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu: pertama. chek up dan operasi, kedua chek up dan terapi, ketiga chek up dan terapi.

Biaya yang sudah dikeluarkan selama masa pengobatan adalah pada waktu berobat di rumah sakit Bina Kasih = 14.000.000,00 selama 1 bulan rawat inap di kelas VIP dan di rumah sakit Herna = 1.500.000,00 selama 1 minggu di kelas III.

Sedangkan biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Penang (Malaysia) operasi ginjal = 32.000.000,00, obat dan penginapan 6.500.000,00 pesawat pulang pergi untuk 3 orang @ 850.000,00 x 3 = 2.550.000,00 =7.560.000,00. Kemudian chek-up dan terapi = 1.500.000,00 x 3 = 4.500.000,00. Yang menganjurkan Bapak N Sitepu berobat ke Rumah Sakit di Penang adalah dari adek ipar beliau .

Pengalaman Bapak N sitepu pada saat berobat di Rumah Sakit di Medan Bina Kasih baik karena pada saat itu anak perempuan beliau bekerja sebagai perawat di rumah sakit tersebut maka waktu beliau sakit pertama kali dibawa ke rumah sakit Bina Kasih dan di


(50)

tempatkan di Ruangan VIP dan langsung ditangani, kalau di rumah sakit Herna, Bapak N Sitepu berkata:

“ waktu dari Rumah Sakit Bina Kasih saya gak sembuh juga lalu anak-anak saya bawa masuk ke rumah sakit Herna tapi disana juga tidak mendapat kepastian malah saya hanya di Infus selama seminggu tidak ada penangan dari dokter sama sekali. Pada saat berobat di Rumah sakit Bina Kasih prosesnya cepat mungkin karena anak bapak N sitepu bekerja sebagai perawat di sana sedangkan di Herna saya mesti menunggu 2 jam dalam keadaan sakit dan tidak bisa apa-apa alasannya tidak ada ruangan”.

Pada saat berobat di Rumah sakit di Penang yaitu di rumah sakit Adventis

“saya tidak menunggu lama untuk mendaftar cukup 5 menit langsung

diperiksa siap itu kata dokternya saya sakit struk dan ginjal tetapi waktu berobat, tap kata dokternya waktu di Rumah sakit di Medan banyak obat yang sudah di makan dan kualitas obatnya tidak bagus juga tidak sesuai dengan dosis obat dengan sakit yang di derita saya derita jadi obat dan cairan infus waktu berobat di rumah sakit waktu itu semuanya dikeluarkan semuanya barulah di operasi ginjal selama 2 minggu, Kemudian saya disarankan dokter untuk kembali berobat di Penang untuk chek up dan terapi. Fasilitas Rumah Sakit Advent sangat baik disana pasiennya itu benar-benar dibuat nyaman serasa berada di rumah sendiri pelayanan yang baik dan dokter yang berkualitas membuat saya percaya untuk tetap memilih berobat ke Penang saja apalagi trauma yang saya alami waktu berobat di Herna akibat malpraktek dan salah pemberian obat”.


(51)

Karakteristik Informan 2

1. Nama : Heldawati

2. Jenis Kelamin : perempuan

3. Alamat :JL.Pasar Merah Gg Pendidikan no 2 Medan

4. Umur : 40 tahun

5. Pekerjaan : Pengusaha Salon Kecantikan 6. Penghasilan :+7.500.000,00

7. Jumlah Tanggungan : 1 orang

8. Pendidikan : Sekolah Kecantikan 9. Penyakit yang dialami : Cedera Mata

10. Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu: 1. Berobat

2. Check Up sekalian beli obat lagi 3. Tes kesehatan sekalian beli obat lagi.

Biaya yang dikeluarkan ibu Heldawati adalah Klinik mata Yose sekali berobat dengan obat Rp.685.000, tiap berobat naek seratus ribu sebanyak 10 kali berobat

.

Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Penang ( Malaysia)

pertama kali berobat kena sekalian obat kena 3.500.000,-chek up kena 150.000,- 0bat 350.000,-dan yang menganjurkan berobat ke Rumah Sakit di Penang dari adek iparnya.

“Aku pertama kali berobat ke klinik mata Yose, kemudian kata dokternya sakit mataku karena katarak jadi makan obat dulu jika


(52)

yang membigungkan aku tiap berobat biayanya naek sebanyak 100.000,- alasannya karena obat yang diberikan kepada saya bagus kualitasnya kemudian saya merasa kok ada yang tidak benar karena sakit mata saya tidak kunjung sembuh-sembuh berair terus, karena saya takut dan biaya yang begitu mahal kata adik iparku, mengusulkan untuk berobat ke Penang karena kemaren adik ipar aku juga berobat di sana karena sakit jantung beliau mengusulkan untuk berobat ke Rumah Sakit Advent di Penang sekalian chek up adik ipar aku biar sama-sama perginya. Setelah mendaftar selama 5 menit saya langsung diagnosa bahwa mata saya sakit akibat cedera karena pernah jatuh sekitar 20 tahun lalu sehingga mata saya luka dan membengkak pada saraf kornea mata. Cuma di kasih obat saja dan berobat sebanyak 3 kali berobat mata saya sudah tidak berair lagi. jadi saya kesana bolak balik sekedar chek up mata sekalian beli obat aja. Malah kalo saya hitung-hitung pun berobat di sana jauh lebih murah daripada berobat di Medan”.

Karakteristik Informan 3

1. Nama : Zaidar

2. Jenis Kelamin : perempuan

3.Alamat :JL.Medan Area Gg Rahayu no 21 A. Medan

4. Umur : 43 Tahun

5. Pekerjaan : PNS (Pegawai Negeri Sipil 6. Penghasilan :+ 2..300.0000,00

7. Jumlah Tanggungan : 2 orang

8. Pendidikan : Sarjana Pendidikan

9. Penyakit yang dialami : Kelenjer Leher, Hipertensi, kolesterol, jantung, 10. Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu:

1. Operasi kelenjer leher 2. Check Up


(53)

4. Ambil obat, kontrol

Pertama kali berobat di Rumah Sakit IBNU SALEH , Dr.Budi spesialis kelenjer (Patologi) biayanya sebanyak 4.500.000,-. Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Penang ( Malaysia) adalah operasi kelenjar = Rp.4.000.000,-.chek up = Rp.750.000,-.berobat =2.500.000,-ambil obat control= 800.000, yang menganjurkan berobat ke Rumah Sakit di Penang adalah suami ibu Zaidar sendiri..Nama Rumah Sakit yang pernah di kunjungi di Penang 1 dan 2 di Lam Wah EE dan 3 dan 4 ADVENT.

Pertama kali berobat ke IBNU SALEH karena kata teman kantor saya di sana bagus dokter kelenjarnya, jadi di IBNU SALEH cuma berobat jalan memang di sarankan dokternya operasi saja kebetulan karena suami Ibu Zaidar seorang dosen kedokteran di salah satu universitas swasta jadi beliau lebih selektif milih dokternya karena untuk operasi kelenjar di leher resiko nya besar karena dekat tenggorokan dan merasa dokter di Kota Medan kurang professional dan merasa takut akan adanya tindak malpraktek maka suami ibu Zaidar membawa Ibu Zaidar ke Penang setiba di rumah sakit, kata dokternya besok sudah bisa dilakukan operasi dan bius nya bius umum, sebelum dioperasi pihak rumah sakit membuat pasien untuk senyaman mungkin contohnya pada saat di ruangan operasi semasa ki ta menunggu dipedengarkan musik agar lebih rileks.

“ Jangan takut jika kalau kita berobat di Rumah Sakit Penang sendirian, karena barang-barang yang kita bawa akan dijaga dengan baik selama kita menjalani proses pengobatan . Menu makanan yang disesuaikan dengan selera kita , pelayanan yang bagus membuat kita tidak perlu merasa kekurangan pelayanan dan kwatir jika ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kalau saya dan Keluarga saat ini untuk chek up kesehatan ataupun berobat lebih nyaman berobat di rumah sakit di Penang selain lebih murah biayanya juga dokter yang professional serta pelayanan yang berkualitas” .


(54)

Karakteristik Informan 4

1.Nama : Azmanizar Bin Abdul Manan

2.Jenis Kelamin : Perempuan

3.Alamat :JLPelajar No 58.Medan Teladan

4.Umur : 42 Tahun

5.Pekerjaan : PNS (Pegawai Negeri Sipil) 6.Penghasilan :+ 2..000.0000,00

7.Jumlah Tanggungan : 1 orang

8.Pendidikan : Sarjana Pendidikan 9.Penyakit yang dialami : Tulang Kaki

10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu: 1.Pemeriksaan penyakit, terapi

2.Check Up , terapi, ambil obat 1. Chek up, ambil obat, terapi

Karena ibu Azmanizar merasa berobat di Penang lebih efektif dan efesien, ibu Azmanizar memang tidak melakukan penngobatan di rumah sakit medan terlebih dahulu karena dia sudah yakin untuk berobat ke Penang atas permintaan adek-adek da suaminya maka ibu azmanizar mendaftarkan diri sebagai peserta rombongan Tour Ke Kuala Lumpur-Penang melalui


(55)

penerbangan Air Asia.. Biaya nya sekali pengobatan 1500 Ringgit Malaysia yaitu Rp.4.500.000,-Kemudian Bu Azmanizar langsung ditempatkan di Rumah Sakit Lam Wah Eee.

Ibu Azmanizar mengatakan bahwa:

“ Rumah Sakit Di Penang kualitasnya pada dasarnya terletak pada ketertiban perawat dan dokter menangani pasien. Karena dokter dan perawat di rumah sakit Lam Wah Eee menangani pasien dengan teliti dan serius berbeda dengan cara paramedis di rumah sakit di Medan.yang proses administrasinya terlalu sulit dan merepotkan. Sebaiknya pasien yang ingin berobat tidak baik dipersulit dan direpotkan karena pasien itu kan membutuhkan pengobatan yang cepat apalagi pasien yang dalam keadaan darurat kalau di rumah sakit di Medan mesti bayar uang muka dulu baru pasien ditangani, keadaan di rumah sakit Lam Wah Eee sangat bersih dan terawat dari kamar mandi, tempat tidur kebersihan lantai, karena pelayanan di rumah sakit Lam Wah Eee tertib, baik sehingga memuaskan para pasien dan keluarga pasien di rumah sakit Lam Wah Eee dokter dan perawatnya masing-masing berada di kamar kerjanya menanti pasien sampai sore sesuai dengan bidangnya kemudian dalam perawatannya mereka melayani dengan senyum dan hati riang maka pasien pun tidak takut dengan jarum suntik atau pengobatan serius seperti operasi pasien dibuat senyaman mungkin layak seperti di rumah sendiri dan dengan keluarga sendiri, dalam sekali pengobatan di Rumah Sakit Lam Wah Eee sudah menunjukkan hasil yang maksimal”.

Karakteristik Informan 5

1.Nama : Misni Binti Sanuji

2.Jenis Kelamin : Perempuan

3.Alamat :Jl.Perumnas By Pass Gg Selam No 2 Medan


(56)

5.Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

6.Penghasilan : Dari Suami Yang Bekerja sebagai Kontraktor penghasilan Rp.5000.000,- 7.Jumlah Tanggungan : 3 orang

8.Pendidikan : Sarjana Hukum

9.Penyakit yang dialami : Alergi pada Kulit Wajah

10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu: 1.Pemeriksaan penyakit, pengobatan

2.Chek Up Dan Beli Obat 3.Chek Up Beli Oabt.

Ibu Misni salah saeorang anggota Rombongan Tour Air Asia ke Penang Malaysia bersama Ibu Azmanizar. Ibu Misni adalah seorang ibu Rumah Tangga yang pada saat berobat ke dokter kecantikan dan ahli kulit di Medan diagnosa terkena kanker kulit pada wajah karena kesalahan pemakaian kosmetik pemutih wajah. Pertama kali Ibu Misni berobat ke Dr.Chen ahli kecantikan kulit hingga menghabiskan biaya 25.000.000,- untuk 5 kali pengobatan gejala kulit wajah Ibu Misni memerah. Maka setiap sebulan sekali Ibu Misni harus melakukan pengobatan dan suntikan untuk merawat wajahnya , sekali berobat ibu Misni menghabiskan biaya Rp.5.000.000, termasuk obat dan suntikan penawar agar wajah Ibu Misni tidak memerah. Akan tetapi selama 5 bulan tidak ada menunjukkan kemajuan sehingga temannya Ibu Azmanizar menyarankan untuk melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Lam Wah Eee di Penang bersamanya.Setelah sampai di Rumah Sakit Lam Wah Ee ternyata ibu Misni hanya diagnosa alergi kosmetik


(57)

pemutih wajah.karena kulit wajah Ibu Misni cenderung amat sensitif sehingga terkena sinar matahari akan menimbulkan kemerah-merahan dan panas pada kulit wajah.Maka pada saat pertama kali berobat Ke Penang Ibu Misni hanya melakukan pemeriksaan dari darah, jantung, kulit dan ginjal dan semuanya baik. Kemudian setelah d idapat hasil pemeriksaan dokter hanya memberikan resep obat dan melakukan penyuntikan selama ini suntikan yang diberikan dokter di Medan hanya vitamin C untuk kulit wajah.maka. Mulai sekarang Ibu melakukan perawatan wajah nya sudah 3 kali ke Penang untuk membeli pelembab wajah, obat sesuai resep dokter dan chek up. Biayanya pengobatan yang pertama 7.788 Ringit Malaysia berarti 23.364.000,- pengobatan kedua dan ketiga 2.300 Ringgit Malaysia berarti 6.900.000,-.

Ibu Misni menyatakan:

“Pelayanan di Rumah Sakit Lam Wah Eee sangat baik, saya tidak perlu menunggu lama untuk melakukan pemeriksaan dan menunggu hasil pemeriksaan kesehatan kesehatan, selama seminggu saya melakukan perawatan wajah di Rumah Sakit Lam Wah Eee seperti spa di Salon Kecantikan tapi lebih spesifik kepada kulit wajah. Pada proses perawatan saya dilayani dengan cukup baik semula saya datang dengan beban stress yang cukup berat karena diagnosa kanker kulit pada masa pengobatan di Penang semua kegelisahan dan ketakutan hilang”.

Karakteristik Informan 6

1.Nama : Maya Sari

2.Jenis Kelamin : Perempuan

3.Alamat :Jl.Gedung Arca Gg Jawa no 5 Medan


(58)

5.Pekerjaan :Pegawai Bank Swasta 6.Penghasilan : Rp.3.000.000

7.Jumlah Tanggungan : 2 orang

8.Pendidikan : Sarjana Akutansi 9.Penyakit yang dialami : Kanker Paru-Paru 10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu:

1.Pemeriksaan penyakit, pengobatan 2.Chek Up Dan Beli Obat

3.Chek Up Beli Obat.

Joanna Lin, nama medical oncologist yang dikunjungi, ibu Maya disambut oleh dua orang resepsionis cantik yang juga merangkap sebagai perawat. Menariknya, kedua perawat tersebut berpakaian tidak selayaknya perawat lengkap dengan atributnya, namun mereka berpakaian layaknya akan jalan ke mall. Seorang berpakaian tank top, busana dengan satu tali di pundak dan yang satu lagi berpakaian back less, yang pundak, punggung dan dada terbuka. Padahal ruang klinik dokter sangat dingin. Walau begitu, mereka sangat cekatan menangani pasien. Ketika datang, beliau segera diukur berat dan tinggi badan, serta diambil sampel darah dan urine. Kedua perawat cantik tersebut dengan cekatan juga melakukan chemotherapy pada pasien warga negara India.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Wardi, 2006, Sosiologi Klasik dari Comte Hingga Parsons, Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Baharuddin, 2006, Pasien Sumut Membanjiri RS di Penang,

Foster, 1986, Antropologi Kesehatan, Jakarta: University Press. Hamidi,Dr,Msi,2004,Metode Penelitian Kualitatif,Jakarta:UMM Press

Iskandar, dr.H. Dalmy, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, Dan Pasien, Medan, Sinar Grafika.

Lumenta,Benyamin, Pasien, Citra, Peran dan Perilaku,Tinjauan Fenomena Sosial,Kanisius,Yogyakarta,Indonesia,1989.

Marshal dan Lois ed Fauzi Muzaham, 1995, Memperkenalakan Sosiologi Kesehatan, Jakarta: UI Press

Marzof,.DR. James R . MS.MPH, 2002, Sektor Kesehatan Indonesia : Peluang untuk Reformasi Analisis Mengenai Hambatan Dan Kendala Dalam Pertumbuhan,

http ://wbln0018.worlbank.org/eap.nsf/Attachments/PHS/$File/Private+Sector-Aug02ind.pdf, (19 November 2007) (16.00 ).

Moleong, Lexy, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya Ningtyas, Henni Rahayu, 2006, Liberalisasi Jasa Kesehatan

Ritzer, Gorge – Douglas J. Goodman , 2005, Teori Sosiologi Modern , Jakarta,Prenada Media.

Sarwono, Solita, 1997, Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta: Gadjah Mada Unipersity Press. Sunarto, Kamanto,2000,Pengantar Sosiologi Edisi ke II,Jakarta: Lembaga Falkutas Ekonomi

Universitas Indonesia

Widoyoko, J. Danang, 2006, MenyoalAnggaran Pertahanan,

www.antikorupsi.org/docs/anggaran militer danang.pdf),(15 Juni 2007) (17:30) Yasyin,Sulchan , 1997,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ,Surabaya : Amanah .


(2)

Waterman , Barbara , 1993 , Sosiologi Kesehatan Mengekploitasi PenyakitMencari Keuntungan, Jakarta , Prima Aksara ,

……,2007, Penjelasan Khusus Sektor Kesehatan,

…….,2006 Health Belief Model (http//202.155.5.44/ indekx.php?optm =article&task=view article&ortid=168&itemid=3), (12 Juli 2007) (11:54)

(//www.google.com/search?q+cache:Gakd611zJwj:Gindah.blogspot.com/2007_0 9_01) (01 Maret 2008) (19 :30)

&gl+id ) (01 Maret 2008) (20.00)

(01 Maret 2008) (21.00)


(3)

DRAFT WAWANCARA UNTUK PASIEN YANG BEROBAT KE PENANG ( MALAYSIA)

I . Karakteristik Informan

11.Nama :

12.Jenis Kelamin :

13.Alamat :

14.Umur :

15.Pekerjaan :

16.Penghasilan : 17.Jumlah Tanggungan :

18.Pendidikan :

19.Penyakit yang dialami :

II.Biaya

1.Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Dalam Negeri ? 2.Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Penang ( Malaysia) 3.Siapa yang menganjurkan berobat ke Rumah Sakit di Penang?

4.Sudah berapa kali berobat ke Rumah Sakit Di Penang ( Malaysia) ?

II.Rumah Sakit

II.1.A. Rumah Sakit Dalam Negeri

2. Nama Rumah Sakit yang pernah di kunjungi di Medan ? 3. Bagaimana kulitas Rumah Sakit di Medan?


(4)

4. Bagaimana proses administrasinya?

5. Apakah ada peraturan tertentu yang diterapkan di Rumah Sakit yang menyulitkan pihak pasien?

1.B .Fasilitas Rumah Sakit Dalam Negeri

1. Bagaiman keadaan kebersihan Rumah Sakit tersebut dari kamar mandi dan kamar pasien?

2. Bagaimana kualitas jenis makanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada para pasien?

3. Apakah setiap kelas berbeda makanan yang diberikan? 4. Bagaimana jam besuk nya?

5. Bagaimana kondisi tempat tidur yang disediakan pihak rumah sakit?

6. Bagaimana peraturan yang diberikan Rumah Sakit bagi pihak keluarga pasien yang ikut menginap di Rumah Sakit?

1.C .Paramedis di Rumah Sakit Dalam Negeri

1. Bagaimana kinerja paramedis seperti dokter dan perawat di Rumah Sakit?

2. Apakah paramedis memberikan layanan berbeda bagi pasien yang setiap kelasnya?

3. Bagaimana sikap yang ditujukan perawat rumah sakit jika ingin memberi obat, memberi makan, dan menyuntik?

4. Bagaiamana perawat memberikan pelayanan rawatan bagi pasien yang menderita penyakit tertentu ?

5. Apakaah layanan yang diberikan perawat hanya seputar kegiatan medis saja? 6. Bagaimana profesionalisme dokter di Rumah Sakit Negeri?


(5)

7. Bagaimana kualitas obat yang diberikan bagi pasien? 8. Apa ada kemajuan setelah berobat di Rumah Sakit Negeri? II.2.A. Rumah Sakit Di Penang ( Malaysia)

1. Nama Rumah Sakit yang pernah di kunjungi di Penang?: 2. Bagaimana kulitas Rumah Sakit di Penang?

3. Bagaimana proses administrasinya?

4. Tolong ceritakan kronlogis dari anda pertama kali diagnosa penyakit tersebut hingga tahap pengobatan di Rumah Sakit di Penang Malaysia?

5. Apakah ada peraturan tertentu yang diterapkan di Rumah Sakit di Penang yang menyulitkan pihak pasien?

II.B .Fasilitas Rumah Sakit Penang

1. Bagaiman keadaan kebersihan Rumah Sakit tersebut dari kamar mandi dan kamar pasien?

2. Bagaimana kualitas jenis makanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada para pasien?

3. Apakah setiap kelas berbeda makanan yang diberikan? 4. Bagaimana jam besuk nya?

5. Bagaimana kondisi tempat tidur yang disediakan pihak rumah sakit?

6. Bagaimana peraturan yang diberikan Rumah Sakit bagi pihak keluarga pasien yang ikut menginap di Rumah Sakit?

7. apakah ada tempat khusus bagi keluarga yang menjaga pasien?

8. apakah pihak keluarga juga diberikan pelayanan yang sama dengan pasien seperti disediakan makanan?


(6)

I1.C .Paramedis di Rumah Sakit di Penang

1. Bagaimana kinerja paramedis seperti dokter dan perawat di Rumah Sakit?

2. Bagaimana sikap yang ditujukan perawat rumah sakit jika ingin memberi obat, memberi makan, dan menyuntik?

3. Bagaiamana perawat memberikan pelayanan rawatan bagi pasien yang menderita penyakit tertentu ?

4. Apakaah layanan yang diberikan perawat hanya seputar kegiatan medis saja? 5. Bagaimana profesionalisme dokter di Rumah Sakit di Penang ?

6. Bagaimana kualitas obat yang diberikan bagi pasien ? 7. Apa ada kemajuan setelah berobat di Rumah Sakit Penang ?

8. Apakah ada anjuran dari dokter untuk berobat kembali ke Penang? Sehingga anda berkali-kali berobat ke Penang ?