Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

(1)

EFE

AM

EKSTR

KTIVITA

MBULAS

REMITA

U

AS EDUK

SI DINI P

AS BAWA

H. ADA

Evy FAKUL UNIVERSI

KASI TER

PADA PA

AH di RUM

AM MAL

SKRIP

Oleh

y C.M. Sim 0611010 LTAS KEP ITAS SUM 2010

RHADAP

ASIEN PA

MAH SA

LIK MED

PSI

h manjuntak 051 ERAWAT MATERA U 0

P PELAK

ASCA OP

AKIT UMU

AN

AN UTARA

KSANAAN

PERASI

UM PUSA

N

AT


(2)

Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Evy C.M. Simanjuntak NIM : 061101051

Jurusan : S1 Keperawatan Tahun : 2009/2010 Tanggal Lulus: 30 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

Dudut Tanjung, M.Kep, Sp.KMB Mula Tarigan S.Kp, M.Kes NIP. 19731015 200112 1 002 NIP. 19741002 200112 1 001

Penguji II

Rika Endah Nurhidayah S.Kp. MPd

NIP. 1976120 2000120 2 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 1 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

Prakata

Segala puji dan hormat hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah memberkati dan memberi anugerah yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Efektivitas Edukasi terhadap Pelaksanaan Ambulasi dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di RSUP H. Adam Malik Medan”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes., selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dudut Tanjung, M.Kep., Sp.KMB., selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen penguji I yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes., selaku dosen Penguji II yang telah banyak memberi masukan dan saran-saran kepada penulis.

5. Ibu Rika Endah N, S.Kp. selaku dosen Penguji III yang telah banyak memberi masukan dan saran-saran kepada penulis.


(4)

6. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep., selaku dosen pembimbing akademik.

7. Bapak Dr. H. Djamaludin Sambas, MARS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, beserta seluruh staf dan pasien yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Kepada kak Nova Mega Yanty, sahabat-sahabatku Ana Ria Silaban, Agnes Malau, Erika Sembiring, Efelyna Nababan, Merlyn Napitupulu, Paula Situmorang, dan teman satu kostku Adeq Nasution, Sri Saragih, Desi Fachrianty trima kasih atas semangat, dukungan, bantuan dan informasi yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

Secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku, Bapak Mananti Simanjuntak, dan Ibu Tiarma Butar-butar yang selalu setia memberikan kasih sayang, dukungan, dorongan baik material dan moral, serta semangat. Kepada abang-abangku tersayang Paulus, bang Denny, bang Freddy, bang Agus, dan Kakak Iparku Melva Napitupulu dan kak Elena Siagian yang selalu tetap memotivasi dan memberikan semangat baru untuk tetap tenang dan sabar menjalani kuliah dan mengatasi masalah saat penyelesaian skripsi ini.


(5)

Semoga kebaikan semuanya mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yesus Kristus. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan.

Medan, Juni 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Skema ... x

Daftar Tabel ... xi

Abstrak ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Pelayanan Keperawatan ... 4

1.4.2 Penelitian Keperawatan ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Edukasi ... 6

2.1.1 Definisi Edukasi ... 6

2.1.2 Tujuan Edukasi ... 7

2.1.3 Pentingnya Edukasi dalam Keperawatan ... 8

2.2 Kepatuhan ... 10

2.2.1 Definisi Kepatuhan ... 10

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ... 11


(7)

2.3.1 Definisi Ambulasi ... 12

2.3.2 Manfaat Ambulasi Dini ... 13

2.3.3 Persiapan Ambulasi Dini ... 14

2.3.4 Alat yang Digunakan untuk Ambulasi ... 15

2.3.5 Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah ... 16

2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 21

3.1 Kerangka Konseptual ... 21

3.1.1 Edukasi... 21

3.1.2 Kepatuhan ... 21

3.2 Definisi Operasional ... 23

3.3 Hipotesa Penelitian ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Desain penelitian ... 25

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.2.1 Populasi ... 25

4.2.2 Sampel ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.4 Pertimbangan Etik ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... 28

4.5.1 Data Demografi ... 28

4.5.2 Lembar Observasi Kepatuhan ... 29


(8)

4.7 Analisa Data ... 30

4.7.1 Statistik Deskriptif ... 31

4.7.2 Statistik Inferensial ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Hasil Penelitian ... 33

5.1.1 Analisis Karakteristik Responden ... 33

5.1.2 Analisis Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah ... 36

5.2 Pembahasan ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.2 Kesimpulan ... 39

6.3 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

Lampiran

1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan

2. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data di RSUP H. Adam Malik

3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 4. Kuesioner Data Demografi

5. Lembar Observasi Pelaksanaan Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah mulai hari pertama s/d ketiga pasca operasi

6. Booklet Ambulasi Dini 7. Analisa Data

8. Jadwal Tentatif Penelitian 9. Taksasi Dana

10. Daftar Riwayat Hidup


(9)

Halaman

1. Kerangka Konseptual dalam Penelitian Efektifitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini pada Pasien

Pasca Operasi Ekstremitas Bawah... 22


(10)

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden

di RSUP H. Adam Malik Medan ... 35 Tabel 5.2 Chi Square Efektivitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan

Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi


(11)

Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

Nama : Evy C.M. Simanjuntak

NIM : 061101051

Program Studi : S1 Keperawatan Tahun : 2010/2011

Abstrak

Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah postest only control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel 41 orang, 23 orang kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Maret 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu Chi Square. Berdasarkan hasil analisa statistik, hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18 orang (41,86 %) dan semuanya adalah kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan standar prosedur pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.


(12)

Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

Nama : Evy C.M. Simanjuntak

NIM : 061101051

Program Studi : S1 Keperawatan Tahun : 2010/2011

Abstrak

Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah postest only control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel 41 orang, 23 orang kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Maret 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu Chi Square. Berdasarkan hasil analisa statistik, hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18 orang (41,86 %) dan semuanya adalah kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan standar prosedur pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008). Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi emboli paru-paru (Roper, 2002). Terapi ambulasi yang dilakukan pada pasien pasca operasi adalah mobilisasi, latihan ROM aktif dan pasif, latihan fungsional dan rekreatif, latihan duduk dan keseimbangan, latihan aktifitas kegiatan sehari-hari serta latihan berjalan menggunakan alat-alat mekanik (Carpenito, 2000).

Manfaat ambulasi adalah: (1) mencegah infeksi paru (2) mencegah kehilangan mobilitas sendi (kontraktur) dan kehilangan tonus otot dan tulang (3) mencegah konstipasi dan dekubitus (4) membantu mempertahankan kekuatan dan fungsi otot dan sendi (5) meminimalkan kerusakan kardiovaskuler (6) mencegah osteoporosis disuse (Brunner & Suddarth, 2002; Wahyuningsih, 2005).

Dari hasil survey awal yang dilakukan bulan Oktober 2009, diperoleh data bahwa jumlah pasien pasca operasi ekstremitas bawah adalah 210 orang dari bulan Januari – September 2009. Data ini diperoleh dari rekam medik RB3 RSUP Hj. Adam Malik Medan. Dari data yang diperoleh, tindakan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) yang paling banyak dilakukan pada pasien.


(14)

Pasien yang membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi, maka pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 1987). Keterlambatan ambulasi dini pada pasien akan menyebabkan kontraktur yang permanen, kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan aktifitas (Wahyuningsih, 2005). Jika hal di atas tidak ditanggulangi maka akan memperpanjang proses pemulangan pasien dan berakibat fatal pada pembedahan kembali (Potter & Perry, 2006).

Kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan ortopedi (Brunner & Suddarth, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat untuk melakukan ambulasi secara dini disebabkan oleh rasa nyeri yang dirasakan, kekhawatiran kalau tubuh yang digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang belum sembuh, robekan di tempat luka serta pembedahan kembali jika terjadi pergeseran struktur tulang (Kusmawan, 2008). Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi juga menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006).

Ketidaktahuan dan rendahnya pengetahuan pasien tentang ambulasi diharapkan dapat diatasi oleh perawat selaku educator yaitu dengan memberikan edukasi yang seharusnya menjadi bagian dari setiap fungsi pemberi asuhan. Perawat diharapkan mampu memberikan edukasi itu dengan baik kepada pasien sehingga pasien mengetahui pentingnya ambulasi dini dan meningkatkan kepatuhannya terhadap terapi ambulasi. Pengaruh perawat yang besar pada


(15)

kepatuhan melakukan ambulasi dini berupa penjelasan, latihan, dukungan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2006).

Edukasi merupakan suatu usaha atau cara yang efektif untuk mempengaruhi psikologi sasaran sehingga mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan. Edukasi juga memberikan keterampilan dan kemampuan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan RB3 RSUP H. Adam Malik Medan, didapat informasi bahwa edukasi selalu diberikan kepada pasien. Edukasi dilakukan oleh perawat dan dokter yang sedang bertugas. Beliau juga mengatakan bahwa ambulasi selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien dan berkolaborasi dengan keluarga pasien. Pasien yang diberikan edukasi ada yang patuh untuk melakukan ambulasi dini tetapi ada juga yang tidak patuh untuk melakukan ambulasi dini.

Banyaknya resiko yang timbul akibat kurangnya edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini menuntut perawat atau petugas kesehatan mampu memberikan edukasi bagi pasien pasca operasi khususnya pasien pasca operasi ekstremitas bawah agar kejadian-kejadian tersebut di atas dapat dihindari (Potter & Perry, 2006). Dengan adanya edukasi khususnya di bangsal orthopaedic mampu mempersiapkan pasien melakukan terapi ambulasi secara dini. Tetapi sampai sekarang belum ada penelitian tentang sejauh mana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.


(16)

Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk mencoba mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Sejauhmana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan untuk memberikan edukasi dalam meningkatkan kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi.


(17)

1.4.2 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berharga bagi peneliti. Sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa mendatang. Selain itu juga menyediakan informasi awal untuk penelitian keperawatan di bagian medikal bedah khusunya di bangsal orthopaedic.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edukasi

2.1.1 Definisi Edukasi

Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).

Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Suliha, 2002).

Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.


(19)

Pelaksanaan edukasi dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan edukasi, implementasi edukasi, evaluasi edukasi, dan dokumentasi edukasi (Suliha, 2002).

2.1.2 Tujuan Edukasi

Menurut Notoatmodjo (1997) tujuan edukasi adalah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Tujuan edukasi di atas pada dasarnya dapat disimpulkan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri, dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Suliha, 2002).

Dalam keperawatan, tujuan edukasi adalah untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan bertambahnya masalah kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan (Suliha, 2002).


(20)

2.1.3 Pentingnya Edukasi dalam Keperawatan

Pentingnya edukasi dalam keperawatan dapat digambarkan seperti yang dikemukakan Notoatmodjo (1997) tentang hubungan status kesehatan, perilaku dan edukasi dengan memodifikasi konsep Blum dan Green seperti pada gambar berikut ini:

Keturunan

Pelayanan Status Kesehatan Lingkungan Kesehatan

Perilaku

Proses Perubahan

Predisposing Factors Enabling Factors Reinforcing Factors (Pengetahuan, Sikap, (Ketersediaan Sumber Daya) (Sikap dan Perilaku

Tradisi, dan Nilai) Petugas Kesehatan)

Komunikasi Penyuluhan Pemberdayaan Training Masyarakat Pengembangan Pemasaran Sosial

Edukasi (Dalam Keperawatan)


(21)

Skema tersebut menggambarkan empat faktor yang mempengaruhi “Status Kesehatan” individu dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan saling berinteraksi satu sama lain.

a. Faktor keturunan: merupakan kondisi yang ada pada manusia serta organ manusia yang ada, misalnya pada keluarga yang menderita diabetes. b. Faktor pelayanan kesehatan: petugas kesehatan berupaya dan bertanggung

jawab memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat, mutu pelayanan yang profesional akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

c. Faktor perilaku: perilaku bisa dari individu tersebut dan dapat pula dipengaruhi dari luar misalnya pengaruh dari budaya, nila-nilai ataupun keyakinan yang ada dalam masyarakat.

d. Faktor lingkungan: suatu kondisi atau lingkungan yang menggambarkan lingkungan kehidupan manusia yang dihubungkan dengan status kesehatan meliputi: perumahan, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan kotoran manusia, halaman rumah, selokan, kandang hewan dan ventilasi (Suliha, 2002).


(22)

2.3 Konsep Ambulasi Dini 2.3.1 Definisi Ambulasi

Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis (Hinchliff, 1999). Ambulasi adalah latihan aerobik yang paling berat dimana pasien yang dirawat di rumah sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien. Hal ini harus menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien (Berger & Williams, 1992).

Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002). Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 1987).

2.3.2 Manfaat Ambulasi Dini

Pelaksanaan ambulasi dini pada pasien akan memberikan efek positif terhadap sistem tubuh. Menurut Asmadi (2008) manfaat ambulasi adalah: (1) mencegah dampak immobilisasi pasca operasi meliputi: sistem integumen; kerusakan integritas kulit seperti abrasi, sirkulasi darah yang lambat yang menyebabkan terjadinya atrofi otot dan perubahan turgor kulit, sistem kardiovaskuler; penurunan kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung,


(23)

hipotensi ortostatik, phlebotrombosis, sistem respirasi; penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi/ perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun, sistem pencernaan; anoreksia, konstipasi, penurunan metabolisme, sistem perkemihan; menyebabkan perubahan pada eleminasi urine, infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria, sistem muskuloskeletal; penurunan massa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot, sistem neurosensoris; kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan saraf pada bagian distal, nyeri yang hebat (2) depresi (3) perubahan tingkah laku (4) perubahan siklus tidur (5) perubahan kemampuan pemecahan masalah.

2.3.3 Persiapan Ambulasi Dini

Persiapan latihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi, antara lain:

a. Latihan otot-otot quadriceps femoris dan otot-otot gluteal:

1) Kerutkan otot-otot quadriceps sambil berusaha menekan daerah popliteal. Seolah-olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk kasur sementara kakinya naik ke atas. Hitung sampai hitungan kelima. Ulangi latihan ini 10-15 kali.

b. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstremitas atas dan lingkar bahu: 1) Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat

traksi atau benda yang beratnya berangsur-angsur ditambah dan jumlah pengulangannya. Ini berguna untuk menambah kekuatan otot ekstremitas atas.


(24)

2) Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman.

3) Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin.

4) Duduk di tempat tidur. Angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit(Asmadi, 2008).

2.3.4 Alat yang Digunakan Untuk Ambulasi

Banyak alat yang tersedia untuk membantu ketidakmampuan pasien melaksanakan ambulasi. Jenis dari alat dipilih dan lamanya waktu untuk menggunakan alat tersebut tergantung pada ketidakmampuannya. Terlebih dahulu terapis harus menentukannya apakah kekuatan otot pasien cukup dan mengkoordinasikannya dengan program ambulasi (Gartland, 1987).

Alat bantu yang digunakan untuk ambulasi adalah: (1) kruk; dapat digunakan sementara ataupun permanen, terbuat dari logam dan kayu, misalnya Conventional, Adjustable dan Lofstrand. Kruk biasanya digunakan pada pasien fraktur hip dan ekstremitas bawah (2) Canes (tongkat) adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam, digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan pada satu kaki, terdiri dari dua tipe yaitu: single straight-legged dan quad cane (3) walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam, dan mempunyai empat penyangga yang kokoh (Gartland, 1987; Potter & Perry, 2006; Wahyuningsih, 2005).


(25)

2.3.5 Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah Setiap sendi pasien dengan kondisi tirah baring harus dilatih dan digerakkan sesuai kemampuan geraknya untuk mempertahankan fungsinya. Hubungan terapeutik dapat membantu pasien berpartisipasi dalam program ambulasi yang telah dirancang. Program ambulasi dirancang sesuai kebutuhan masing-masing pasien, kesehatan umum fisik, dan dampak disabilitas sendi terhadap kehidupannya dan usia. Sasarannya adalah untuk mengembalikan pasien ke jenjang fungsi tertinggi dengan waktu sesingkat mungkin sesuai prosedur bedah yang dilakukan (Brunner & Suddarth, 2002).

Pasien biasanya mampu melakukan ambulasi bila mereka telah diyakinkan bahwa gerakan yang akan diberikan perawat selama masih dalam batas terapeutik sangat menguntungkan, ketidaknyamanan dapat dikontrol dan sasaran aktivitas pasti akan tercapai (Brunner & Suddarth, 2002). Pasien dengan ketidakmampuan ekstremitas bawah biasanya dimulai dari duduk di tempat tidur. Aktivitas ini seharusnya dilakukan 2 atau 3 kali selama 10 sampai dengan 15 menit, kemudian dilatih untuk turun dari tempat tidur dengan bantuan perawat sesuai dengan kebutuhan pasien (Lewis et al., 1998).

Tahapan pelaksanaan ambulasi dini yang dilakukan pada pasien pasca operasi yaitu:

a. Sebelum pasien berdiri dan berjalan, nadi, pernafasan dan tekanan darah pasien harus diperiksa terlebih dahulu.


(26)

b. Jika pasien merasakan nyeri, perawat harus memberikan medikasi pereda nyeri 20 menit sebelum berjalan, karena penggunaan otot untuk berjalan akan menyebabkan nyeri (Wahyuningsih, 2005).

c. Pasien diajarkan duduk di tepi tempat tidur, menggantungkan kakinya beberapa menit dan melakukan nafas dalam sebelum berdiri. Tindakan ini bertujuan untuk menghindari rasa pusing pada pasien.

d. Selanjutnya, pasien berdiri di samping tempat tidur selama beberapa menit sampai pasien stabil. Pada awalnya pasien mungkin hanya mampu berdiri dalam waktu yang singkat akibat hipotensi ortostatik. e. Jika pasien dapat berjalan sendiri, perawat harus berjalan dekat pasien

sehingga dapat membantu jika pasien tergelincir atau merasa pusing (Wahyuningsih, 2005; Stevens et al., 2000).

f. Perawat dapat menggandeng lengan bawah pasien dan berjalan bersama. Jika pasien tampak tidak mantap, tempatkan satu lengan merangkul pinggul pasien untuk menyokong dan memegang lengan paling dekat dengan perawat, dengan menyokong pasien pada siku. g. Setiap penolong harus memegang punggung lengan atas pasien

dengan satu tangan dan memegang lengan bawah dengan tangan yang lain.

h. Bila pasien mengalami pusing dan mulai jatuh, perawat menggenggam lengan bawah dan membantu pasien duduk di atas lantai atau di kursi terdekat (Wahyuningsih, 2005).


(27)

i. Pasien diperkenankan berjalan dengan walker atau tongkat biasanya dalam satu atau dua hari setelah pembedahan. Sasarannya adalah berjalan secara mandiri.

j. Pasien yang mampu mentoleransi aktivitas yang lebih berat, dapat dipindahkan ke kursi beberapa kali sehari selama waktu yang singkat (Brunner & Suddarth, 2002).

Pembebanan berat badan (weight-bearing) pada kaki ditentukan oleh dokter bedah. Weight bearing adalah jumlah dari beban seorang pasien yang dipasang pada kaki yang dibedah. Tingkatan weight bearing dibedakan menjadi lima yaitu: (1) Non Weight Bearing (NWB): kaki tidak boleh menyentuh lantai. Non weight bearing adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 minggu pasca operasi (2) Touch Down Weight Bearing (TDWB): berat dari kaki pada lantai saat melangkah tidak lebih dari 5 % beban tubuh (3) Partial Weight Bearing (PWB): berat dapat berangsur ditingkatkan dari 30-50 % beban tubuh, dilakukan 3-6 minggu pasca operasi (4) Weight Bearing as Tolerated (WBAT): tingkatannya dari 50-100 % beban tubuh. Pasien dapat meningkatkan beban jika merasa sanggup melakukannya (5) Full Weight Bearing (FWB): kaki dapat membawa 100 % beban tubuh setiap melangkah, dilakukan 8-9 bulan pasca operasi (Pierson, 2002).


(28)

2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi pada pasien pasca operasi adalah:

a. Kesehatan umum

Penyakit, kelemahan, infeksi, penurunan aktifitas, kurangnya latihan fisik, dan lelah kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi muskuloskeletal (Kozier, 1987).

b. Tingkat kesadaran

Pasien dengan kondisi disorientasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.

c. Nutrisi

Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot, penurunan jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien juga akan mengalami defisiensi protein, keseimbangan nitrogen negatif, dan tidak adekuat asupan vitamin C (Potter & Perry, 2006).

d. Emosi

Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan, dan pengahargaan pada diri sendiri akan mempengaruhi pasien untuk melaksanakan prosedur ambulasi (Kozier, 1987).


(29)

e. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengembangan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar. Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual, mengarahkan pada keterampilan yang lebih baik dalam menggunakan dan mengevaluasi informasi (Goldman, 2002).

Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan dan merubah perilaku yang tidak baik bagi mereka (WimGroot, 2005).

Jadi tingkat pendidikan mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah.

f. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993). Rendahnya pengetahuan pasien mengenai pentingnya ambulasi akan menghambat pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi.


(30)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).

3.1.1 Edukasi

Edukasi dalam bidang keperawatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik (Suliha, 2002). Menurut Brunner dan Suddarth (2002), edukasi merupakan komponen esensial dalam asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan status kesehatan, mencegah penyakit, dan membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit.

3.1.2 Kepatuhan

Kepatuhan adalah sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan (Niven, 2000).


(31)

Menurut DiNicola dan DiMatteo (1982) riset tentang faktor-faktor interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan menunjukkan pentingnya sensitifitas perawat terhadap komunikasi verbal dan nonverbal pasien, dan empati terhadap perasaan pasien, akan menghasilkan suatu kepatuhan sehingga akan menghasilkan suatu kepuasan. Dari penjelasan di atas didapat kesimpulan pentingnya keterampilan interpersonal dalam memacu kepatuhan pasien pasca operasi untuk melaksanakan ambulasi dini.

Dengan mensintesis konsep edukasi dan kepatuhan pasien pasca operasi melaksanakan ambulasi dini, disusunlah suatu kerangka konsep sebagai berikut:

Skema 2. “Kerangka Konseptual dalam Penelitian Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah


(32)

3.2 Definisi Operasional No Variabel

penelitian

Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel Independen: Edukasi penjelasan atau penyampaian informasi tentang ambulasi yang diberikan oleh peneliti kepada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. 2 Variabel Dependen: Kepatuhan pasien Ketaatan pasien pasca operasi ekstremitas bawah melaksanakan

ambulasi dini sesuai dengan program

Lembar observasi.

0 = tidak melaksanakan ambulasi dini. 1 = melaksanakan ambulasi dini. Nominal


(33)

yang telah

ditetapkan.

3.3 Hipotesa Penelitian

3.3.1 Terdapat perbedaan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini post edukasi pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini menggunakan desain penelitian Postest Only Control Group Design. Desain dalam penelitian ini menggunakan kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terlebih dahulu kelompok intervensi diberikan edukasi kemudian dilakukan postest pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi untuk melihat perbedaan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada kedua kelompok tersebut.

Kelompok Edukasi Postest

Intervensi (I1) X I2

Kontrol (K1) - K2

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pasca operasi ekstremitas bawah yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Dari hasil survey awal yang dilakukan pada bulan Oktober 2009, populasi pasien pasca operasi ekstremitas bawah berjumlah 210 orang.


(35)

4.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik “Purposive Sampling”, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Setiadi, 2007).

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus:

N.z2.p.q n =

d (N-1) + z.p.q

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sampel N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 % q = 1-p (100 % - p)

D = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) (Zainudin, 2000 dalam Nursalam, 2003) sehingga didapat sampel sebanyak :

210.(1,96)2.0,5.0,5


(36)

0.05(210-1)+1,96.0,5.0,5

Peneliti menggunakan rumus di atas karena jumlah populasi ˂ 1000. Jumlah sampel yang didapat dengan menggunakan rumus di atas adalah 18 orang.

Kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti terdiri dari:

a. Pasien pasca operasi ekstremitas bawah dengan kondisi yang mendukung untuk dilakukannya ambulasi dini.

b. Kesadaran compos mentis

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. d. Dapat berbahasa Indonesia dengan baik.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Adapun rumah sakit dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian, karena rumah sakit ini adalah rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi diantara rumah sakit umum di Sumatera Utara, sehingga diperkirakan akan didapat subjek penelitian yang mewakili kota Medan. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Januari-Maret 2010.


(37)

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik adalah sebagai berikut:

a. Informed Concent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

c. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.


(38)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien.

4.5.1 Data Demografi

Data demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, suku bangsa. Data demografi ini bertujuan untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini.

4.5.2 Lembar Observasi Kepatuhan

Hasil pengukuran kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diperoleh dari lembar observasi dengan 5 objek pengamatan (1-5) yang dilakukan peneliti untuk mengamati pelaksanaan ambulasi dengan membuat tanda checklis pada kolom “ya” jika ambulasi dilaksanakan dan “tidak” jika ambulasi dini tidak dilaksanakan. Ambulasi dikatakan terlaksana jika ke 5 tahapan dilakukan, yang terdaftar pada lembar observasi terpenuhi (Nova,2009).

4.6 Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian permohonan ijin yang telah diperoleh dikirim ke tempat penelitian Rumah Sakit


(39)

Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, dan manfaat sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (Surat Persetujuan). Responden yang tidak mampu menandatangani informed consent karena kelemahan yang dialaminya, maka persetujuan dapat diisi oleh peneliti dengan melakukan wawancara pada responden atau keluarga. Kemudian edukasi diberikan kepada kelompok intervensi tetapi pada kelompok kontrol tidak diberikan. Setelah diberikan edukasi pada kelompok intervensi, kepatuhan kedua kelompok diobservasi.

4. 7 Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil kuesioner dari peneliti kepada pasien pasca operasi dan lembar observasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini.

Setelah data terkumpul maka peneliti akan melakukan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian coding dengan memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi,


(40)

selanjutnya entry dengan memasukkan data ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi analisis statisitik.

4.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan lembar observasi kepatuhan post edukasi dalam bentuk tabel. 4.7.2 Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel itu diambil. Penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik yang digunakan untuk menganalisis data nominal yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Pada penelitian ini, statistik inferensial digunakan untuk menganalisis perbedaan kepatuhan post edukasi. Adapun uji inferensial yang dipakai adalah: uji Chi Square (X2) yaitu uji digunakan untuk membandingkan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini post edukasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Menurut A.Aziz Alimul H (2007) dari uji Chi Square tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai


(41)

alpha ( α = 0,05). Bila nilai p ˂ α, maka keputusannya adalah Ha ditolak sedangkan bila nilai p > α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak.

Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran Ha, yaitu terdapat efektivitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 41 pasien pasca operasi ekstremitas bawah di RSUP H.Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini menguraikan bagaimana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

5.1Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini menguraikan gambaran data demografi responden dan efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di RSUP H.Adam Malik Medan.

5.1.1 Analisis Karakteristik Responden

Peneliti menggunakan statistik analisis univariat untuk mendiskripsikan data demografi responden. Analisis ini mendiskripsikan distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan suku bangsa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol, mayoritas responden berusia 20-29 tahun yaitu 7 orang (38,9%) dan mayoritas


(43)

responden pada kelompok ini adalah pedagang yaitu 10 orang (55,6%), mayoritas tingkat pendidikan adalah SMA/ sederajat adalah 10 orang (55,6%), dan mayoritas suku bangsa responden adalah jawa yaitu 8 orang (44,4%). Pada kelompok intervensi, mayoritas responden berusia 30-39 tahun yaitu 7 orang (30,4%) dan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 19 orang (82,6%). Mayoritas pekerjaan responden pada kelompok ini adalah pedagang yaitu 10 orang (43,5%), mayoritas tingkat pendidikan adalah SMA/ sederajat adalah 11 orang (47,8%), dan mayoritas suku bangsa responden adalah batak yaitu 9 orang (39,1%).


(44)

Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

No Data demografi Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Responden Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase (%) (%) (%) (%)

Usia

Di bawah 20 tahun 1 5,6 4 17,4 20-29 tahun 7 38,9 6 26,1 30-39 tahun 4 22,2 7 30,4 40-49 tahun 4 22,2 5 21,7 50-59 tahun 1 5,6 1 4,3 Di atas 60 tahun 1 5,6 0 0 Jenis Kelamin

Laki-laki 15 83,3 19 82,6 Perempuan 3 16,7 4 17,4 Pekerjaan

Pedagang 10 55,6 10 43,5 Petani 2 11,1 4 17,4 Pegawai swasta 1 5,6 2 8,7 Buruh 2 11,1 1 4,3 Tidak bekerja 3 16,7 6 26,1 Pendidikan

SD/ sederajat 3 16,7 4 17,4 SMP/ sederajat 5 27,8 8 34,8 SMA/ sedarajat 10 55,6 11 47,8 Suku bangsa

Batak 5 27,8 9 39,1 Jawa 8 44,4 8 34,8 Melayu 0 0 1 4,3 Mandailing 1 5,6 1 4,3 Lainnya 4 22,2 4 17,4


(45)

5.1.2 Analisis Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah

Pada penelitian ini digunakan statistik analisis bivariat yaitu uji inferensial Chi Square. Uji inferensial Chi Square ini digunakan untuk melihat efektifitas edukasi terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

Dari hasil penelitian, perbedaan pelaksanaan ambulasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol sangat signifikan. Ini terlihat pada jumlah kelompok intervensi yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18, sedangkan kelompok kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Chi Square Efektivitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini

Kelompok Ambulasi

X2 p-value Terlaksana Tidak Terlaksana

Intervensi 18 5

25,11 0,000 Kontrol 0 18


(46)

5.2 Pembahasan

Edukasi adalah proses komunikasi yang aktif yang membangun hubungan kepercayaan dan rasa hormat yang memelihara sebuah hubungan antara pasien dan perawat profesional. Edukasi dapat memfasilitasi terjadinya pertukaran informasi sehingga hubungan itu sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan kendala dapat diidentifikasi dan diatasi. Edukasi pada pasien dapat digambarkan sebagai sebuah pembelajaran untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien. Edukasi memiliki fungsi yang penting dan menjadi pertanggungjawaban dari perawat pada setiap level pelayanan perawatan (Morisky, 2002).

Kepatuhan berarti kekuasaan yang berbeda antara pasien dan tenaga kesehatan profesional. Itu mengharuskan pasien secara pasif mengikuti rekomendasi dan berarti berada di bawah kekuasaan, lebih baik mengikuti rencana pengobatan yang didasarkan pada usaha kolaborasi antara pasien dan tenaga profesional (Oeterberg & Blaschke, 2005, Steiner & Ernest, 2000). Kepatuhan untuk melakukan rekomendasi medis adalah sebuah sikap multifaktorial dan menuntut respon multifaktorial. Oleh karena itu, strategi untuk mendorong kepatuhan tidak hanya faktor infrafisik seperti pengetahuan dari aturan pengobatan, keuntungan pengobatan, ukuran subjektif, dan sikap terhadap kebiasaan pengobatan, serta lingkungan dan faktor sosial seperti hubungan interpersonal antara petugas kesehatan dan pasien serta dukungan dari anggota keluarga dan teman (Morisky, 2002).


(47)

Hasil penelitian yang dilakukan pada 114 pasien fraktur femur di Amerika Serikat menunjukkan, 98 pasien (86%) tidak melaksanakan ambulasi dini setelah 48 jam pasca operasi. Dengan menggunakan sistem rekomendasi dari Perhimpunan Bedah Orthopaedic Amerika yang dilaksanakan pada pasien, diperoleh peningkatan kepatuhan pasien pada ambulasi dini yang aktif (Small, 1995).

Pendekatan edukasi dapat meningkatkan kepatuhan dimulai dengan menyediakan pasien sebuah pengertian pentingnya rekomendasi pengobatan. Petugas kesehatan melaksanakannya dengan kata-kata dan menulis instruksi, kemudian secara rutin melihat peningkatan tingkat kepatuhan di antara pasien mereka (Henry, 2000).

Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006). Dengan edukasi maka tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi akan meningkat sebab pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan dan merubah perilaku yang tidak baik bagi mereka (WimGroot, 2004).

Upaya untuk meningkatkan kepatuhan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah melalui edukasi seharusnya lebih dioptimalkan lagi karena edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi


(48)

tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Suliha, 2002). Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Dengan mengoptimalkan edukasi ini maka akan didapat hasil yang maksimal untuk meningkatkan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah sehingga pasien mampu secara mandiri mempertahankan kesehatan dan menghindarkan penurunan derajat kesehatan pasien khususnya pada pasien fraktur (Suliha, 2002)

Dari hasil penelitian menunjukkan bagaimana kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah yaitu kepatuhan meningkat pada pasien yang diberi edukasi meskipun terdapat beberapa pasien yang tidak melaksanakan ambulasi dini pasca operasi. Hal ini disebabkan oleh faktor internal yaitu perasaan takut dari pasien itu sendiri dan faktor eksternal seperti keterlambatan menerima alat bantu ambulasi. Sedangkan kepatuhan pada pasien yang tidak mendapat edukasi menurun bahkan terdapat pasien sama sekali tidak melaksanakan ambulasi dini. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa secara umum edukasi efektif menjadi salah satu faktor dalam peningkatan maupun penurunan pelaksanaan ambulasi dini.

Hasil penelitian efektifitas edukasi terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah menunjukkan bahwa edukasi sangat efektif terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini. Hal ini sesuai dengan tujuan


(49)

edukasi yaitu mengajarkan orang untuk hidup dalam kondisi yang terbaik yaitu berusaha keras untuk mencapai tingkat kesehatan yang maksimal dan mendorong orang untuk mematuhi program terapeutik (Brunner & Suddarth, 2002).


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji stastistik Chi-square diperoleh bahwa nilai p-value 0,000. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah.

6.2 Saran

6.2.1 Pelayanan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini, sehingga diharapkan perawat yang bekerja di bangsal orthopaedic memberikan edukasi kepada pasien pasca operasi ekstremitas bawah.

RSUP H.Adam Malik seharusnya menyusun prosedur tetap atau standar mengenai pemberian edukasi terhadap pasien pasca operasi khususnya di bangsal orthopaedic sehingga perawat memiliki acuan untuk memberikan edukasi kepada pasien.

6.2.2 Penelitian Selanjutnya

Untuk rekomendasi, diharapkan peneliti selanjutnya memperbanyak sampel penelitian, memperluas ruang lingkup penelitian yang lebih mewakili sampel dan memperhatikan standar prosedur ambulasi dini.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan; Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien, Jakarta: Salemba Medika.

Anwar. (1996). Patient education a proactive element of health care practise. Diambil tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.articlesbase.com/health- articles/patient-education-a-proactive-element-of-healthcare-practice-1871351.htm.

Bastable. (2002). Perawat sebagai pendidik; Prisip-prinsip pengajaran dan pembelajaran, Jakarta: EGC.

Berger & Williams. (1992). Fundamental of nursing: collaborating for optimal health, USA: Apleton & Lange.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8., Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan; Aplikasi pada praktik klinis, Edisi 6., Jakarta: EGC.

Dahlan, M.S. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan, Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.

Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Falvo, Donna R. (2005). Effective patient education : a guide to increased adherence (4th ed). Diambil tanggal 20 Mei 2010 dari http://books.google.co.id/books?id=l_u9RMbHukkC&printsec=frontcove r&dq=effectivity+education+to+increase+adherence&source=bl&ots=0N wGaaZX05&sig=RTOzpxR8xFO1tnqgKKKeEgyX8Og&hl=id&ei=jiL7 S8CXHtK8rAf7luXaCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=4& ved=0CCsQ6AEwAw#v=onepage&q&f=false   

Gartland, J.J. (1987). Fundamentals of orthopaedics (4th ed), USA: W.B Saunders Company.

 

Goldman, D.P. (2002). Education, technology and self-management; Explaining the SES-health gradient. Diambil tanggal 24 Oktober 2009 dari http:/www.caf.org/factoflife/vol.7no1.cfm


(52)

Hays, R.D. (2000). The medical outcomes-study (MOS); Measures of patient adherence. Diambil tanggal 22 Oktober 2009 dari

http://www.rand. org/publications /MR/ M / 162/

Henry, Leigh Ann. (2000). Increasing patient education effectiveness. Diambil

pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.aafp.org/fpm/980900fm/pated.html

Hinchliff, S. (1999). Kamus keperawatan, Edisi 17., Jakarta : EGC.

Kozier, B & Ebr, G. (1987). Fundamentals of nursing; Consepts and procedures (3th ed), California: Addison-Wesly.

Lewis et al. (1998). Medical surgical nursing; Assesment and management of clinical problem (5th ed). Philadelphia: Mosby.

Mega, N.Y. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah di rindu B3 RSUP H.Adam Malik Medan. Medan: tidak untuk dipublikasikan.

Morisky, D.E. (2000). Causes of Nonadherence. Diambil pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.novelguide.com/a/discover/eph.

Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan; Pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan lain, Edisi 2., Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, S. (1997). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Pierson, F. (2002). Principles and techniques of patient care (3th ed). Diambil

pada tanggal 24 Oktober 2009 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Weight_bearing 

Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan; Konsep, proses, dan praktik, Edisi 4, Jakarta: EGC.


(53)

Roper, N. (2002). Prinsip-prinsip keperawatan, Edisi 2., Jakarta: Yayasan Essentia Medica.

Sarwono. (1997). Sosiologi kesehatan; Beberapa konsep beserta aplikasinya, FKM : Gadjah Mada University Press.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan, Edisi 1., Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.

Small, J.O. (1995). Early active mobilisation following flexor tendon repair in zone 2. Diambil pada tanggal 10 Juni 2010 dari http://lib.bioinfo.pl/meid:154368

Stevens et al. (2000). Ilmu keperawatan, Edisi 2., Jakarta: EGC. Sudjana. (1992). Metoda statistika, Bandung: Tarsito.

Suliha, U. (2002). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS, Edisi 3. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyuningsih, E. (2005). Pedoman perawatan pasien, Jakarta: EGC.

WHO. (2003). Kepatuhan pasien; Faktor penting dalam keberhasilan terapi, Diambil pada tanggal 12 September 2009 dari

http: //perpustakaan. pom.go.id /KoleksiLainnya /InfoPOM/0506.pdf  WimGroot. (2004). The health effect of education. Diambil pada tanggal 24

Oktober 2009 dari http://www.Uc3m.es/uc3m/gral/UH/AEDE03/WIMGROOT.COM


(1)

tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Suliha, 2002). Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Dengan mengoptimalkan edukasi ini maka akan didapat hasil yang maksimal untuk meningkatkan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah sehingga pasien mampu secara mandiri mempertahankan kesehatan dan menghindarkan penurunan derajat kesehatan pasien khususnya pada pasien fraktur (Suliha, 2002)

Dari hasil penelitian menunjukkan bagaimana kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah yaitu kepatuhan meningkat pada pasien yang diberi edukasi meskipun terdapat beberapa pasien yang tidak melaksanakan ambulasi dini pasca operasi. Hal ini disebabkan oleh faktor internal yaitu perasaan takut dari pasien itu sendiri dan faktor eksternal seperti keterlambatan menerima alat bantu ambulasi. Sedangkan kepatuhan pada pasien yang tidak mendapat edukasi menurun bahkan terdapat pasien sama sekali tidak melaksanakan ambulasi dini. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa secara umum edukasi efektif menjadi salah satu faktor dalam peningkatan maupun penurunan pelaksanaan ambulasi dini.

Hasil penelitian efektifitas edukasi terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah menunjukkan bahwa edukasi sangat efektif terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini. Hal ini sesuai dengan tujuan


(2)

edukasi yaitu mengajarkan orang untuk hidup dalam kondisi yang terbaik yaitu berusaha keras untuk mencapai tingkat kesehatan yang maksimal dan mendorong orang untuk mematuhi program terapeutik (Brunner & Suddarth, 2002).


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji stastistik Chi-square diperoleh bahwa nilai p-value 0,000. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah.

6.2 Saran

6.2.1 Pelayanan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini, sehingga diharapkan perawat yang bekerja di bangsal orthopaedic memberikan edukasi kepada pasien pasca operasi ekstremitas bawah.

RSUP H.Adam Malik seharusnya menyusun prosedur tetap atau standar mengenai pemberian edukasi terhadap pasien pasca operasi khususnya di bangsal

orthopaedic sehingga perawat memiliki acuan untuk memberikan edukasi kepada pasien.

6.2.2 Penelitian Selanjutnya

Untuk rekomendasi, diharapkan peneliti selanjutnya memperbanyak sampel penelitian, memperluas ruang lingkup penelitian yang lebih mewakili sampel dan memperhatikan standar prosedur ambulasi dini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan; Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien, Jakarta: Salemba Medika.

Anwar. (1996). Patient education a proactive element of health care practise.

Diambil tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.articlesbase.com/health- articles/patient-education-a-proactive-element-of-healthcare-practice-1871351.htm.

Bastable. (2002). Perawat sebagai pendidik; Prisip-prinsip pengajaran dan pembelajaran, Jakarta: EGC.

Berger & Williams. (1992). Fundamental of nursing: collaborating for optimal health, USA: Apleton & Lange.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8., Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan; Aplikasi pada praktik klinis, Edisi 6., Jakarta: EGC.

Dahlan, M.S. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan, Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.

Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Falvo, Donna R. (2005). Effective patient education : a guide to increased adherence (4th ed). Diambil tanggal 20 Mei 2010 dari http://books.google.co.id/books?id=l_u9RMbHukkC&printsec=frontcove r&dq=effectivity+education+to+increase+adherence&source=bl&ots=0N wGaaZX05&sig=RTOzpxR8xFO1tnqgKKKeEgyX8Og&hl=id&ei=jiL7 S8CXHtK8rAf7luXaCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=4& ved=0CCsQ6AEwAw#v=onepage&q&f=false 

 

Gartland, J.J. (1987). Fundamentals of orthopaedics (4th ed), USA: W.B Saunders Company.

 

Goldman, D.P. (2002). Education, technology and self-management; Explaining the SES-health gradient. Diambil tanggal 24 Oktober 2009 dari http:/www.caf.org/factoflife/vol.7no1.cfm


(5)

Hays, R.D. (2000). The medical outcomes-study (MOS); Measures of patient adherence. Diambil tanggal 22 Oktober 2009 dari

http://www.rand. org/publications /MR/ M / 162/

Henry, Leigh Ann. (2000). Increasing patient education effectiveness. Diambil

pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.aafp.org/fpm/980900fm/pated.html

Hinchliff, S. (1999). Kamus keperawatan, Edisi 17., Jakarta : EGC.

Kozier, B & Ebr, G. (1987). Fundamentals of nursing; Consepts and procedures

(3th ed), California: Addison-Wesly.

Lewis et al. (1998). Medical surgical nursing; Assesment and management of clinical problem (5th ed). Philadelphia: Mosby.

Mega, N.Y. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah di rindu B3 RSUP H.Adam Malik Medan. Medan: tidak untuk dipublikasikan.

Morisky, D.E. (2000). Causes of Nonadherence. Diambil pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.novelguide.com/a/discover/eph.

Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan; Pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan lain,Edisi 2., Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, S. (1997). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan,Jakarta: Salemba Medika.

Pierson, F. (2002). Principles and techniques of patient care (3th ed). Diambil

pada tanggal 24 Oktober 2009 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Weight_bearing 

Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan; Konsep, proses, dan praktik, Edisi 4, Jakarta: EGC.


(6)

Roper, N. (2002). Prinsip-prinsip keperawatan, Edisi 2., Jakarta: Yayasan Essentia Medica.

Sarwono. (1997). Sosiologi kesehatan; Beberapa konsep beserta aplikasinya, FKM : Gadjah Mada University Press.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan, Edisi 1., Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.

Small, J.O. (1995). Early active mobilisation following flexor tendon repair in

zone 2. Diambil pada tanggal 10 Juni 2010 dari

http://lib.bioinfo.pl/meid:154368

Stevens et al. (2000). Ilmu keperawatan,Edisi 2., Jakarta: EGC. Sudjana. (1992). Metoda statistika, Bandung: Tarsito.

Suliha, U. (2002). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS, Edisi 3. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyuningsih, E. (2005). Pedoman perawatan pasien, Jakarta: EGC.

WHO. (2003). Kepatuhan pasien; Faktor penting dalam keberhasilan terapi, Diambil pada tanggal 12 September 2009 dari

http: //perpustakaan. pom.go.id /KoleksiLainnya /InfoPOM/0506.pdf  WimGroot. (2004). The health effect of education. Diambil pada tanggal 24

Oktober 2009 dari http://www.Uc3m.es/uc3m/gral/UH/AEDE03/WIMGROOT.COM