Tingkat Pengetahuan Mengenai Bahaya Ekstasi Terhadap Gangguan Fungsi Otak Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Tahun 3 Di Universiti Teknologi Malaysia

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI BAHAYA EKSTASI TERHADAP GANGGUAN FUNGSI OTAK PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK

TAHUN 3 DI UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA

Oleh:

NOOR AZEILA BINTI AZIZ 070100432

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI BAHAYA EKSTASI TERHADAP GANGGUAN FUNGSI OTAK PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK

TAHUN 3 DI UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA. KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

NOOR AZEILA BINTI AZIZ NIM: 070100432

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI BAHAYA EKSTASI TERHADAP GANGGUAN FUNGSI OTAK PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK TAHUN 3 DI UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA

Nama: Noor Azeila Binti Aziz NIM: 070100432

Pembimbing/ Penguji III, Penguji I,

_________________________ ________________________

(Prof. Dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK) (dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed) NIP: 195112021979021001 NIP: 197410192001122001

Medan, 17 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

___________________________

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Penyalahgunaan ekstasi merupakan masalah yang semakin meningkat di kalangan remaja termasuklah golongan mahasiswa. Hal ini merupakan suatu masalah karena efek buruk ekstasi menyebabkan gangguan terhadap fungsi otak dapat menyebabkan penurunan produktivitas mahasiswa yang dilahirkan oleh universitas.

Tujuan penelititian ini dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa Tahun 3 fakultas teknik di Universitas Teknologi Malaysia mengenai efek buruk ekstasi terhadap gangguan fungsi otak. Jenis penelitian adalah deskriptif cross-sectional dengan populasi seluruh mahasiswa Tahun 3 Fakultas Teknik di UTM yang bersetuju untuk menjadi responden. Pengumpulan data dibuat melalui angket dengan alat ukur kuesioner. Metode analisis dilakukan dengan program SPSS dalam bentuk tabel diagram batang dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian berdasarkan uji distribusi frekuensi menunjukkan, dari 90 orang responden, sebanyak 28 (31,1%) orang mempunyai pengetahuan yang baik, 55 (61,1%) orang responden mempunyai pengetahuan yang sedang, dan 7 (7,8%) orang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk.

Diharapkan dengan hasil yang diperoleh, dapat membantu pihak universitas khususnya UTM untuk mengadakan progam-program yang dapat memberikan informasi yang lebih mendalam kepada para mahasiwa.


(5)

ABSTRACT

Ecstasy’s abuse has become an increasing problem in teenagers including undergraduates. This is considered as a problem because the negative effects of ecstasy to the brain will cause in decrease production of well-performed undergraduates from the university.

The purpose of the study is to know the level of knowledge for 3rd year undergraduates in the faculty of engineering at UTM about the negative effects of ecstasy in disturbing the normal functions of the brain. This research was a descriptive cross-sectional study, with the population were all the 3rd

The results achieved in this study is in 90 samples taken, 28 (31,1%) are categorized as having good level of knowledge, 55 (61,1%) are categorized as average and 7 (7,8%) are categorized in low category.

year undergraduates in the faculty of engineering at UTM whose agree to become the samples. The data was taken by distributing the questionnaires to the samples and had been processed using the SPSS software which was used as the method of analysis. The results was displayed in bar chart graph and distributive frequencies table.

According to the results, it will be grateful if it can help the administration of the university especially UTM to encourage them in conducting additional programs that can provide the valuable information about the negative effects of ecstasy to the undergraduates.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah.

Bersyukur ke hadrat Illahi karena dengan limpah kurnianya berhasil juga saya menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini pada waktu yang ditetapkan.

Ucapan terima kasih setinggi-tingginya ditujukan kepada dosen pembimbing saya yaitu Prof. Dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK yang telah banyak membantu dan membimbing saya sepanjang pelaksanaan penelitian ini.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada dosen-dosen yang telah mengajar subjek Community Research Program (CRP) yang telah mengajar saya melalui perkuliahan dan praktikum komputer yang telah memudahkan lagi untuk saya memahami dan melakukan penelitian ini.

Tidak lupa juga ucapan terima kasih saya kepada dosen-dosen dan teman-teman yang telah membantu saya secara langsung atau tidak langsung dalam memberikan ide-ide yang baik dalam usaha saya menyiapkan penelitian ini.

Akhir kata, saya berharap agar hasil penelitian ini dapat diterima dan sebarang kesalahan atau ketidaksempurnaan yang terdapat di dalamnya saya mohon maafnya dan berharap agar ditegur dan diberikan masukan untuk saya membaikinya.

Sekian, terima kasih. Wassalam.

Medan, November 2010 Penyusun,


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN………... i

ABSTRAK……….... ii

ABSTRACT………. iii

KATA PENGANTAR..….……….. iv

DAFTAR ISI...………. v

DAFTAR TABEL.………... vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR SINGKATAN..………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB 1 PEBDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ………. 3

1.2. Rumusan Masalah ……… 3

1.3. Tujuan penelitian ………. 3

1.4. Manfaat penelitian ………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekstasi ………. 5

2.1.1. Definisi Ekstasi……….. 5

2.1.2. Tujuan Penggunaan dan Cara Kerja Ekstasi ……….. 5

2.1.3. Efek Penggunaan Ekstasi ………... 5

2.2. Sistem Saraf Pusat(Otak) dan Serotonin ……….. 6

2.2.1. Definisi ………... 6

2.2.2. Sintesa dan Degradasi Serotonin ……… 7

2.2.3. Jalur Serotonergik ……….. 7

2.2.4. Reseptor Serotonin ………. 7

2.2.5. Beberapa Bagian Otak dan Fungsinya ……… 8

2.3. Ekstasi dan Otak ……….. 10

2.3.1. Ekstasi dan Neurotoksisitas ………... 10

2.3.2. Ekstasi dan Penurunan Fungsi Kognitif ………... 11

2.3.3. Ekstasi dan Gangguan Psikologi ……… 11

2.3.4. Ekstasi dan Gangguan Tidur ……….. 12

2.3.5. Ekstasi dan Hipertermia ………. 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……… 13

3.2. Definisi Operasional ……… 13


(8)

4.1. Jenis Penelitian ……… 15

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 15

4.4. Teknik pengumpulan Data ………... 16

4.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas ……….. 16

4.5. Ethical Clearance ……….. 17

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ………... 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ……… 18

5.1.1. Lokasi Penelitian ……….. 18

5.1.2. Demografi Responden ……….. 18

5.1.3. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Ekstasi ………... 19

5.2. Pembahasan ……….. 22

5.2.1. Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Tujuan Penggunaan Ekstasi ………. 21

5.2.2. Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Efek Buruk Ekstasi Terhadap Fungsi Otak ………. 22

5.2.3. Kepentingan Pengetahuan Ektasi ……….. 22

5.2.4. Sumber Informasi Mahasiswa ………. 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………... 25

6.2. Saran ………. 25

DAFTAR PUSTAKA 27


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Uji Validitas Dan Reabilitas ……….. 17 5.1 Distribusi Responden Yang Terpilih Mengikut Jenis Kelamin.. 19 5.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Efek Buruk


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 5.1 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Tujuan Penggunaan

Ekstasi………. 20

Gambar 5.2 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Masing-Masing Efek


(11)

DAFTAR SINGKATAN

AADK Agensi Akta Dadah Kebangsaan

5-hidroksitriptamin

5-HT

5-HIAA 5-hydroxyindoleacetic acid

FK Fakultas Kedokteran

MDA MDMA

3,4-methylenedioxymethamphetamine 3,4-metilenedioksimetamfetamin

PEMADAM Persatuan Mencegah Dadah Malaysia

PET REM

Positron emission tomographic Rapid Eye Movement

SERT SPSS

Serotonin Transporter

Statistical Product & Service Solution


(12)

LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Informed Consent ………... 30

Lampiran 2 Persetujuan Penelitian………. 31

Lampiran 3 Lembar Kuesioner………... 32

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup Peneliti……… 34


(13)

ABSTRAK

Penyalahgunaan ekstasi merupakan masalah yang semakin meningkat di kalangan remaja termasuklah golongan mahasiswa. Hal ini merupakan suatu masalah karena efek buruk ekstasi menyebabkan gangguan terhadap fungsi otak dapat menyebabkan penurunan produktivitas mahasiswa yang dilahirkan oleh universitas.

Tujuan penelititian ini dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa Tahun 3 fakultas teknik di Universitas Teknologi Malaysia mengenai efek buruk ekstasi terhadap gangguan fungsi otak. Jenis penelitian adalah deskriptif cross-sectional dengan populasi seluruh mahasiswa Tahun 3 Fakultas Teknik di UTM yang bersetuju untuk menjadi responden. Pengumpulan data dibuat melalui angket dengan alat ukur kuesioner. Metode analisis dilakukan dengan program SPSS dalam bentuk tabel diagram batang dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian berdasarkan uji distribusi frekuensi menunjukkan, dari 90 orang responden, sebanyak 28 (31,1%) orang mempunyai pengetahuan yang baik, 55 (61,1%) orang responden mempunyai pengetahuan yang sedang, dan 7 (7,8%) orang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk.

Diharapkan dengan hasil yang diperoleh, dapat membantu pihak universitas khususnya UTM untuk mengadakan progam-program yang dapat memberikan informasi yang lebih mendalam kepada para mahasiwa.


(14)

ABSTRACT

Ecstasy’s abuse has become an increasing problem in teenagers including undergraduates. This is considered as a problem because the negative effects of ecstasy to the brain will cause in decrease production of well-performed undergraduates from the university.

The purpose of the study is to know the level of knowledge for 3rd year undergraduates in the faculty of engineering at UTM about the negative effects of ecstasy in disturbing the normal functions of the brain. This research was a descriptive cross-sectional study, with the population were all the 3rd

The results achieved in this study is in 90 samples taken, 28 (31,1%) are categorized as having good level of knowledge, 55 (61,1%) are categorized as average and 7 (7,8%) are categorized in low category.

year undergraduates in the faculty of engineering at UTM whose agree to become the samples. The data was taken by distributing the questionnaires to the samples and had been processed using the SPSS software which was used as the method of analysis. The results was displayed in bar chart graph and distributive frequencies table.

According to the results, it will be grateful if it can help the administration of the university especially UTM to encourage them in conducting additional programs that can provide the valuable information about the negative effects of ecstasy to the undergraduates.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ekstasi atau nama lainnya 3,4-metilenedioksimetamfetamin (MDMA) merupakan salah sejenis zat yang sering disalah gunakan oleh masyarakat terutama golongan remaja untuk pelbagai tujuan. Menurut data yang dijumpai dari Journal of American College Health,penelitian telah dilakukan pada tahun 2006 di salah sebuah universitas di US di mana hasil yang didapati sebanyak 91% responden positif menggunakan zat ini (Wish, E.D., et al, 2006).

Menurut data yang diambil dari British Medical Journal di mana penelitian telah dijalankan di Netherlands prevalensi pengguna ekstasi dalam lingkungan umur 20-24 tahun adalah 13.2% pada tahun 2001 dibandingkan dengan 6.2% pada tahun 1997. Ini menunjukkan bahwa berlakunya peningkatan penggunaan ekstasi satu kali ganda dalam masa 4 tahun ini (Huizink et al, 2006).

Penggunaan ekstasi di kalangan mahasiswa pada tahun 2008 adalah sebanyak 10,5% dengan bilangan paling tinggi adalah pada mahasiwa yang berumur 19-28 tahun (Johnston,2009).

Sepanjang mencari rujukan, belum dilaporkan hasil kajian mengenai tingkat pengetahuan dewasa muda mengenai bahaya ekstasi menyebabkan gangguan fungsi otak. Oleh itu, saya berniat untuk mengkaji tingkat pengetahuan bahaya ekstasi pada mahasiswa tahun 3 mengenai efek ekstasi ini.

Di Malaysia, penggunaan zat amphetamine-type stimulant (ATS) di kalangan remaja dilaporkan semakin populer sejak lima tahun kebelakangan ini (1998-2002) di mana seramai 8558 orang penagih baru telah dikenalpasti (PEMADAM, 2003). Sepanjang Januari – Disember tahun 2005, sebanyak 343 kasus baru penyalahgunaan ekstasi dicatatkan (PEMADAM, 2010). Sepanjang tahun 2008, pengguna zat ATS ini adalah seramai 1787 orang (14,47%) dengan pengguna ekstasi sebanyak 119 orang (AADK, 2008).


(16)

Ekstasi digunakan oleh golongan remaja untuk berbagai tujuan. Antaranya ialah untuk mendapatkan rasa tenang, menghilangkan rasa capek, tidak mengantuk dan meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu, ia juga digunakan remaja yang suka berpesta untuk mendapatkan rasa khayal dan meningkatkan nafsu seksual. Satu penelitian dilakukan untuk menilai efek zat ini. Studi ini membandingkan efek-efek yang timbul antara pengguna ekstasi dengan placebo. Kejadian penurunan nafsu makan pada pengguna ekstasi (63%) lebih 10x dari placebo (6%). Kejadian peningkatan sensitiviti terhadap dingin, mulut kering/dahaga pada ekstasi (50%) dan placebo (6%). Untuk efek neurologi, penurunan konsentrasi pada pengguna ekstasi (50%) dan pada placebo (31%) (Gamma et al, 2000).

Menurut data dari Journal of Cerebral Blood Flow & Metabolism, hasil studi yang membuktikan bahwa penggunaan ekstasi menyebabkan vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan suplai darah ke otak (Ferrington et al, 2005).

Sebuah penelitian telah dijalankan untuk mengkaji efek neurotoksisitas akibat penggunaan ekstasi. Dalam penelitian ini, 14 orang yang mengaku pernah menggunakan ekstasi dan 15 orang yang tidak menggunakan ekstasi berfungsi sebagai kontrol. Kesemua mereka kemudiannya diperiksa dengan menggunakan PET scan. Bagi kelompok yang pernah menggunakan ekstasi, pemeriksaan ini dilakukan setelah mereka dipuasakan dari pengambilan tersebut selama 3 minggu. Dari hasil penelitian ini, kelompok yang menggunakan ekstasi menunjukkan penurunan dari ikatan serotonin dan penurunan ini berkadar langsung dengan lama pengambilan ekstasi (Curran, 2000).

Selain itu, sebuah survei telah dijalankan di UK di mana sampel diambil sebanyak 469 orang dan kesemuanya merupakan pengguna ekstasi rekriasional untuk mengetahui efek yang mereka alami. Sebanyak 83% mengakui mengalami penurunan mood dan 80% mengalami penurunan konsentrasi dan/atau sulit untuk mengingat(penurunan memori) (Curran, 2000).

Sebuah penelitian lain dilakukan oleh Schifano dalam Curran (2000), penelitian dilakukan untuk mengetahui efek pengambilan MDMA pada 150 sampel di mana


(17)

mereka pernah mengkonsumsi ekstasi minimal sekali. Hasil yang didapati adalah 31% mengalami depresi, 28% mengalami psikosis dan 20% mengalami gangguan kognitif.

1.1. Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas teknik mengenai bahaya ekstasi terhadap otak?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas teknik di Universiti Teknologi Malaysia mengenai bahaya penggunaan ekstasi terhadap gangguan fungsi otak.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui mengetahui persentase pengetahuan yang baik, sedang dan buruk di kalangan mahasiswa tahun 3 fakultas teknik di Universiti Teknologi Malaysia bahaya penggunaan ekstasi terhadap gangguan fungsi otak.

1.4. Manfaat Penelitian

.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Kegunaan administrasi universitas tempat penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa mengenai bahaya ekstasi. Pihak administrasi juga bisa melakukan pemantauan kepada mahasiswa yang mendapat nilai yang rendah dalam ujian karena kemungkinan mereka mengkonsumsi ekstasi.


(18)

2. Kegunaan universitas lain untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi sejauh mana tingkat pengetahuan mahasiswa non-medis mengenai bahaya ekstasi. 3. Pemberian edukasi pada mahasiswa. Setelah mahasiswa menjawab kuesioner yang diberikan, diharapkan mahasiswa dapat mendapatkan sedikit wawasan bahwa ekstasi merupakan zat yang bahaya kepada otak.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekstasi

2.1.1. Definisi ekstasi

Ekstasi dapat didefinisikan sebagai suatu zat bersifat stimulan yang merupakan analogis dari amfetamin (Goldman, 1994). Ekstasi juga didefinisikan sebagai sesuatu yang melebihi kontrol tubuh dan emosi seseorang. Jika ditinjau dari definisi secara kimia, ekstasi merupakan suatu sintetik yang analogis dengan amfetamin C11H15NO2

yang digunakan untuk meningkatkan mood seseorang dan

agen hallusinasi

2.1.2. Tujuan penggunaan dan cara kerja ekstasi

Ekstasi merupakan derivat amfetamin yang dikenal sebagai 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDA). Seperti amfetamin yang lain, ekstasi merangsang pelepasan katekolamin dari presinaps. Ekstasi bersifat selektif terhadap neuron serotonin yang menyebabkan pelepasan serotonin yang banyak dan menghambat reuptake serotonin pada presinaps dengan reversal dari fungsi serotonin transporter (SERT). Maka, lebih banyak serotonin yang berkumpul di ruang sinaps (Hahn, 2009).

Peningkatan level serotonin menyebabkan peningkatan rasa senang seperti empati, euforia, disinhibisi, dan peningkatan perasaan ingin disentuh dan bersosial (Hahn, 2009).

2.1.3. Efek penggunaan ekstasi

Ekstasi dapat menimbulkan berbagai keburukan terhadap sistem tubuh. Antaranya ialah efek pada sistem kardiovaskuler. Dengan penggunaan yang sedang, tetap dapat menyebabkan perubahan di mana penggunaan ekstasi menyebabkan peningkatan sistol dan diastol tekanan darah yang dibuat penelitiannya antara pengguna ekstasi dengan sampel yang diberi placebo (Gamma et al, 2000). Ekstasi


(20)

juga memberikan efek neurotoksik yang dilihat dari dua garis besar yaitu dari pertama, dilihat dari segi riset neurobiologi, kedua, efek pada psikologi terhadap pengguna itu sendiri (Curran, 2000). Pada gangguan yang berkaitan dengan psikologi, hal yang dapat terjadi adalah seperti depresi, ansietas dan psikosis (Huizink

Selain itu, terdapat juga beberapa efek samping yang didapati dari penggunaan ekstasi yaitu penurunan selera makan, peningkatan keringat, sensitif terhadap suhu yang dingin, mulut menjadi kering, sering dahaga, palpitasi dan sulit untuk konsentrasi

et al, 2006).

(Curran, 2000).

2.2. Sistem saraf pusat (Otak) dan neurotransmitter serotonin

Terdapat juga beberapa efek samping yang bersifat akut seperti hipertermia. Akibatnya, mereka akan coba kompensasi keadaan ini dengan meminum air yang banyak. Namun, hal ini lebih membahayakan karena akan menyebabkan intoksikasi air seterusnya memicu kepada hiponatremia yang berat, kejang dan dapat berakibat fatal. Komplikasi lain seperti sindrom serotonin yaitu perubahan status mental, hiperaktivitas autonomik, dan abnormalitas neuromuskular . Penghentian ekstasi secara tiba-tiba pula dapat menimbulkan withdrawal syndrome yang ditandai dengan depresi yang terjadi sehingga beberapa minggu. Selain itu, dilaporkan juga terjadinya aggresifitas pada mereka yang ‘berpuasa’ dari mengambil ekstasi (Katzung, 2007).

2.2.1. Definisi

Sistem saraf pusat terbagi kepada dua yaitu otak dan medulla spinalis. Otak merupakan organ penting yang dilindung oleh tulang kranium (tulang tengkorak) yang keras dan dilindungi oleh tiga lapisan pembungkus otak yang dinamakan meninges yaitu lapisan terluar adalah dura mater, diikuti oleh araknoid mater dan lapisan paling dalam adalah pia mater.

Serotonin merupakan salah satu neurotransmitter yang terdapat di otak. Serotonin juga dikenali sebagai 5-hydoxytryptamine (5-HT) (Goldman, 1994).


(21)

2.2.2. Sintesa dan degradasi serotonin

Serotonin disintesa dari beberapa proses enzimatik dengan proses pertama dimulai dengan enzim tryptophan hydroxylase. Bahan bakunya adalah asam amino triptofan. Maka, konsentrasi triptofan dalam tubuh merupakan substrat yang penting sebagai prekursor pembentukan serotonin. Serotonin dimetabolisme oleh monoamine oxidase menjadi 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA). Hanya 1-2% konsentrasi serotonin yang terdapat dalam otak dan selebihnya terdapat dalam platlet, sel mast, dan sel enterokromaffin di mukosa intestinal. Oleh karena serotonin tidak dapat menembusi sawar otak, maka otak harus mensintesa sendiri neurotransmitter ini (Goldman, 1994).

2.2.3. Jalur serotonergik

Neuron serotonin paling banyak terdapat di bagian median dan dorsal nukleus raphe, caudal locus cereleus, area postrema dan area interpedunkular. Dari bagian medial dan dorsal ini, jalur ini proyeksi ke talamus, hipotalamus, dan ganglia basalis. Neuron medial juga proyeksi ke amigdala, korteks piriform, dan korteks serebral (Goldman, 1994).

Jalur desending serotonin ini menginnervasi ke medulla spinalis, dan memodulasi sensitivitas terhadap rasa sakit. Pada badan pineal, ia mengandung 50x ganda kandungan serotonin berbanding kadar serotonin di otak dan mengandung semua enzim yang dibutuhkan untuk sintesis serotonin (Goldman, 1994).

Melatonin merupakan hormon yang disintesa dari serotonin. Oleh karena aktivitas serotonin meningkat saat terjaga, arousal, dan berkurang saat REM sleep, maka dikatakan serotonin dalam badan pineal berfungsi dalam kontrol circadian system (Goldman, 1994).

2.2.4. Reseptor serotonin

Terdapat beberapa subtipe untuk reseptor serotonin. Pertama adalah reseptor 5-HT1A yang banyak letaknya di post sinaps di hipokampus. Pada hewan coba,


(22)

protektif terhadap stimulus yang tidak disukai. Selain itu, dikatakan juga reseptor ini turut berperan dalam sikap seksual seseorang (sexual behavior) (Goldman, 1994).

Subtipe yang lain adalah 5-HT1B

Terdapat juga subtipe 5-HT

yang lokasinya paling banyak di presinaps substansia nigra dan globus pallidus. Apabila distimulasi, ia akan menghambat pelepasan serotonin dan berfungsi dalam negative feedback (Goldman, 1994).

1C

5-HT

yang merupakan satu-satunya reseptor serotonin yang terdapat di pleksus koroidius. Stimulasi pada reseptor ini berfungsi untuk regulasi sintesa dan komposisi cairan serebrospinal. Reseptor ini juga terdapat di beberapa regio lain di otak dan ia dikatakan berperan dalam penyebab ansietas dan kenaikan nafsu makan (Goldman, 1994).

1D

Reseptor 5-HT

pula merupakan autoreseptor yang menghambat pelepasan serotonin dan merupakan reseptor postsinaps di striatum (Goldman, 1994).

2

Untuk reseptor 5-HT

pula terdapat di postsinaps di hipokampus, korteks frontal, dan medulla spinalis. Antagonis yang selektif untuk reseptor ini menyebabkan slow-wave sleep pada manusia manakala agonis untuk reseptor ini memberikan efek stereotyped behavior pada hewan coba (Goldman, 1994).

3, reseptor ini mempunyai daya affinitas yang lemah

terhadap serotonin dan agonisnya tetapi kuat pada zat antagonis serotonin. Reseptor ini dijumpai pada korteks entorhinal , area postrema dan sistem saraf perifer. Studi in-vitro dan in-vivo membuktikan aktivasi pada reseptor ini menyebabkan inhibisi terhadap pelepasan asetilkolin di dalam korteks tetapi meningkatkan pelepasan dopamin di striatal dan sistem mesolimbik (Goldman, 1994).

2.2.5. Beberapa bagian dalam otak dan fungsinya

Yang termasuk dalam bagian otak depan adalah talamus dan hipotalamus. Fungsi utama talamus adalah untuk proyeksikan input sensorik ke korteks serebri untuk dikenal pasti lokasi dan intensitas nyeri, sebagai organ pertama yang mendeteksi impuls sensorik, berfungsi juga dalam kesadaran, dan dalam kontrol motorik (Sherwood, 2007).


(23)

Untuk bagian hipotalamus, ia berfungsi untuk regulasi berbagai fungsi homeostatis seperti temperatur, dahaga, produksi urin, dan selera makan. Ia juga memainkan peranan yang besar dalam emosi dan sikap asas seseorang (basic behaviour patterns) (Sherwood, 2007).

Amigdala merupakan bagian dari sistem limbik. Sistem ini berfungsi sebagai perasaan subjektif yang merangkumi emosi, mood seperti kemarahan, ketakutan dan kegembiraan. Contohnya, fungsi amigdala adalah untuk memproses input dan memberikan efek emosi berupa ketakutan (Sherwood, 2007).

Korteks serebri mempunyai banyak area tertentu menjalankan fungsi yang berbeda tetapi saling bersangkutan antara satu sama lain. Secara umumnya, fungsi korteks serebri adalah persepi sensorik, mengawal pergerakan yang volunter, bahasa, dan fungsi kompleks lain seperti berfikir, memori, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran (Sherwood, 2007).

Badan pineal merupakan organ yang mensintesa hormon melatonin yang berfungsi dalam mengatur circadian rhythms. Bagian otak yang mengawal proses ini dinamakan nukleus suprakiasmatik yang terletak di atas optik kiasma tempat persilangan nervus III dari kedua mata menuju ke bagian otak yang berlawanan (Sherwood, 2007).

Bagaimana melatonin berfungsi dalam proses ini dimulai dengan penangkapan sinyal cahaya oleh fotoreseptor spesifik di retina dan ditransmisikan ke daerah nukleus suprakiasmatik. Fotoreseptor yang dimaksudkan berbeda dengan fotoreseptor yang berfungsi untuk penglihatan yaitu reseptor batang dan rod. Terdapat protein spesifik pada reseptor ini yang dinamakan melanopsin, berfungsi untuk menghantar sinyal kepada badan pineal mengenai ada tidaknya cahaya di lingkungan melalui traktus retino-hipotalamik ke nukleus spinotalamik. Dari sini, nukleus ini akan meneruskan sinyal ke badan pineal (Sherwood, 2007).

Melatonin merupakan hormon yang berfungsi dalam keadaan gelap di mana sintesanya meningkat 10x ganda. Hormon ini merangsang tidur secara semula jadi tanpa efek samping (Sherwood, 2007).


(24)

Bagian otak yang lain adalah lokus sereleus. Bagian ini merupakan bagian utama yang mensuplai noradrenalin ke sistem saraf pusat. Peransangan oleh hormon ini melalui reseptor alfa dan beta akan merangsang terjadinya arousal (Berridge,

2.3. Ekstasi dan otak

2008).

2.3.1. Ekstasi dan neurotoksisitas

Ekstasi merupakan monoaminergik agonis yang dapat menghambat reuptake dan merangsang pelepasan serotonin, dan juga menyebabkan penurunan dopamin. Namun, akibat penyalahgunaan, ekstasi menyebabkan penurunan kadar serotonin di mana penelitian yang dilakukan terhadap hewan mendapati bahwa ekstasi menyebabkan penurunan serotonin otak, penurunan 5-hidroxyindolacetic acid (5-HIAA) dan inhibisi enzim tryptophan hydroxylase, serta penurunan 5-HT reuptake sites. Pada manusia, hasil yang didapati adalah terjadinya kerusakan pada akson terminal. Namun, bagaimana proses ini terjadi masih tidak diketahui (Curran, 2000).

Penelitian dijalankan di John Hopkins University untuk mengkaji neuron spesifik yang rusak akibat penggunaan ekstasi. Hasil yang didapati membuktikan bahwa kerusakan serotonin sangat signifikan pada pengguna ekstasi dibanding dengan kelompok kontrol (2008).

Sebuah penelitian telah dilakukan untuk menilai efek toksisitas ini. Penelitian dilakukan pada mereka yang pernah menggunakan ekstasi dan hasil yang didapati adalah berkurangnya uptake site 5-HT pada terminal neuron. Positron emission tomographic (PET) yang merupakan salah satu alat untuk menilai fungsi otak menunjukkan bahwa konsekuensi toksisitas ekstasi pada manusia hakikatnya lebih parah dari hasil yang didapati dari eksperimental terhadap hewan coba (Kelly, 2000).

Penyalahgunaan ekstasi menyebabkan kerusakan pada akson terminal pada neuron serotonin tetapi badan sel pada neuron ini masih utuh (Yuan et al, 2002

).


(25)

2.3.2. Ekstasi dan penurunan fungsi kognitif

Definisi fungsi kognitif adalah proses mental yang mengandung persepsi,

memori, mengingat sesuatu dan berfikir ( The Free Dictionary).

Efek ekstasi terhadap penurunan fungsi kognitif dapat terjadi secara direk dan indirek. Terjadinya secara direk adalah akibat dari sifat neurotoksin ekstasi yang mengakibatkan kerusakan pada akson terminal neuron serotonin. Terjadinya secara indirek adalah ekstasi menyebabkan penurunan sirkulasi serebral. Ini karena innervasi dari otak depan adalah dari neuron serotonin yang berasal dari mesensefalon (Kelly, 2000).

Efek vasokonstriktor dari ekstasi menyebabkan peningkatan effluks serotonin. Namun, fenomena ini dapat menyebabkan multi-infak dementia yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif (Ferrington et al, 2005).

Ekstasi juga menyebabkan penurunan memori di mana ia menyebabkan defek pada hipokampus, bagian otak yang berfungsi untuk konsolidasi memori jangka pendek kepada memori jangka panjang. Kerusakan pada bagian ini juga menyebabkan berkurangnya kemampuan daya ingat jangka pendek (mengulang sesuatu peristiwa setelah beberapa menit) dan daya ingat segera ( segera mengulang hal yang dikatakan oleh pemeriksa)

2.3.3. Ekstasi dan gangguan psikologi

Salah satu fungsi dari serotonin adalah untuk memberikan mood yang menyenangkan. Maka, penggunaan ekstasi dapat meningkatkan konsentrasi serotonin di sinaps. Namun, akibat penggunaan yang lama atau penggunaan akut dengan dosis yang tinggi, menyebabkan kerusakan pada akson terminal neuron serotonin menyebabkan penurunan level serotonin di sinaps. Hal inilah yang memicu terjadinya masalah psikologi seperti ansietas, depresi ringan dan paranoia. Masalah depresi pada pengguna ekstasi dibuktikan dengan pemberian obat antidepresan yang bekerja meningkatkan level serotonin ternyata memberikan efek yang baik (Curran, 2000).


(26)

2.3.4. Ekstasi dan gangguan tidur

Salah satu fungsi dari serotonin adalah mengontrol jam biologi badan (circadian rhytms) seperti rangsangan untuk tidur. Oleh karena itu, berkurangnya serotonin menyebabkan defek pada pola tidur seseorang (Curran, 2000).

Hormon yang merangsang tidur adalah melatonin dalam proses circadian rhythm. Bahan baku untuk sintesa melatonin ini adalah serotonin. Maka, apabila serotonin berkurang, penghasilan melatonin turut berkurang lalu menyebabkan gangguan tidur (Sherwood, 2007).

2.3.5. Ekstasi dan hipertermia

Hiperaktivitas autonomik merupakan gejala utama toksisitas ekstasi dan hal ini berkait langsung dengan dosis yang digunakan. Mekanisme terjadinya hipertermia ini dimulai apabila amfetamin merangsang pelepasan katekolamin dan serotonin (Hahn, 2009

Pelepasan katekolamin akan mengaktifkan jaras simpatik. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi pada kutan (cutaneous) menyebabkan kurangnya panas yang dibebaskan dari tubuh lalu terjadilah hipertermia. Hal ini dibukt ikan apabila dengan pemberian obat yang mengembalikan pembuluh darah kutan ke diameter asal menurunkan risiko kematian pada kejadian hipertermia akibat ekstasi (

).

Pedersen & Blessing, 2001).

Potensiasi kematian sel neuron di korteks meningkat dalam keadaan hipertermik. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hipertermik turut memicu kepada terjadinya efek neurotoksisitas pada pengguna ekstasi


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

TingkatPengetahuan Bahaya ekstasi terhadap otak

1)Tujuan penggunaan ekstasi:

Memberikan efek high (peningkatan nafsu seksual).

• Membuat seseorang rasa ingin disentuh (efek sosial).

• Membuat seseorang lebih ramah (efek sosial). 2)Efek buruk ekstasi terhadap otak:

• Gangguan fungsi kognitif (memori dan konsentrasi).

• Gangguan emosi.

• Gangguan pola tidur.

• Hipertermia .

3.2. Definisi operasional

Definisi operasional: Tingkat pengetahuan didefinisikan sebagai pengetahuan mahasiswa mengenai ekstasi yang mencakup efek buruk ekstasi terhadap otak seperti gangguan fungsi kognitif (memori dan konsentrasi), emosi, pola tidur dan hipertermia.


(28)

Cara ukur : Angket.

Alat ukur : Kuesioner, pertanyaan diajukan sebanyak 8 soalan dengan beberapa pilihan jawaban.

Setiap jawaban yang benar diberikan skor 1. Jawaban yang salah diberikan skor 0.

Kategori : Menurut Pratomo (1986) dikategorikan atas baik, sedang dan buruk dengan definisi seperti berikut:

Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu total skor 9-12.

Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai skor tertinggi yaitu total skor 5-8.

Buruk, apabila skor jawaban <40% dari nilai skor tertinggi yaitu total skor 0-4.


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional, di mana penelitian ini mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas teknik mengenai bahaya penggunaan ekstasi terhadap otak.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan ( Februari - November) terhadap mahasiswa fakultas teknik di Universiti Teknologi Malaysia. Universitas ini dipilih karena jumlah mahasiswa teknik di sini adalah paling banyak antara universitas di Malaysia. Maka, pengambilan sampel di sini dianggap dapat mewakili mahasiswa teknik di universitas yang lainnya.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa fakultas teknik tahun 3 yang belajar di Universiti Teknologi Malaysia.

Teknik sampling yang dipilih adalah quota sampling dengan cara sampel yang diambil ditentukan dulu jumlah dan kriterianya . Apabila jumlah tersebut sudah dicapai, pengumpulan data dihentikan. Jumlah sampel ditentukan dengan rumus Notoadmojo (2005) seperti berikut:

N n =

1+ N (d2 N = Besar populasi

)

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 10% atau 0.1


(30)

862

n = = 90 orang 1 + 862(0.12

)

Kriteria inklusi bagi penelitian ini adalah mahasiswa fakultas teknik tahun 3 yang belajar di Universiti Teknologi Malaysia yang setuju untuk menjadi responden. Tiada kriteria eksklusi dalam penelitian ini.

Penelitian ini tidak membedakan pengetahuan antara jenis kelamin yaitu lelaki atau perempuan dan tidak mengkaji pengetahuan mahasiswa mengenai efek akut atau kronik penggunaan ekstasi. Yang dinilai hanya apakah mereka mengetahui efek buruk ekstasi terhadap fungsi otak.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data tentang tingkat pengetahuan mahasiswa diperoleh melalui kuesioner terstruktur.

4.4.1 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas kuesioner dijalankan dengan mengambil sampel sebanyak 20 orang yang mempunyai karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Tujuan dilakukan uji validitas ini adalah untuk menguji apakah pertanyaan yang dibuat dapat mengukur konsep yang ingin diukur. Uji validitas dan reabilitas telah pun dilakukan di Universiti Institut Teknologi Mara (UITM) Shah Alam.

Uji reabilitas terhadap kuesioner dilakukan setelah uji validitas selesai. Tujuan uji ini dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan ini dilakukan berulang-ulang.

Kedua-dua pengujian kemudian dimasukkan dan dianalisa dengan menggunakan program SPSS. Sebanyak 25 pertanyaan telah diajukan dan setelah uji validitas dan reabilitas dilakukan, hanya 8 pertanyaan yang dikatakan valid dan reliabel. Hasil yang diapatkan adalah seperti berikut:


(31)

Tabel 4.1

Uji Validitas Dan Reabilitas

Variabel Nomor pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.748 Valid 0.621 Reliabel

2 0.534 Valid Reliabel

3 0.548 Valid Reliabel

4 0.590 Valid Reliabel

5 0.466 Valid Reliabel

6 0.667 Valid Reliabel

7 0.505 Valid Reliabel

8 0.621 Valid Reliabel

4.5. Ethical Clearance

Penelitian ini tidak menyalahi etika sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Komiti Etik Kesehatan dan Kedokteran FK USU.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Kuesioner yang diedarkan diperiksa di lapangan dan seluruh informasi yang tidak lengkap, dilengkapkan sebelum meninggalkan lapangan. Kuesioner yang telah lengkap tadi diolah dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram batang.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian

5.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universiti Teknologi Malaysia yang berlokasi di Skudai, Johor Darul Takzim. Universitas ini terletak kira-kira 20km dari pusat Bandar yaitu Johor Bahru dan berhampiran dengan lapangan terbang Sultan Ismail, di Senai. Universitas ini merupakan universitas tertua di Malaysia yang dikhususkan untuk pelajaran teknik dan teknologi dan dikenali dengan singkatan UTM.

Universitas ini menampung 20,000 mahasiswa setiap tahun dan turut menempatkan mahasiswa luar negara seperti mahasiswa dari negara jiran di Asia, Afrika Tengah dan Afrika Timur. Universitas ini didirikan pada tahun 1904 untuk memenuhi kebutuhan Malaysia yang sedang dalam usaha untuk mengembangkan teknologi dalam negara.

5.1.2. Demografi Responden

Karakteristik responden untuk penelitian ini adalah mahasiswa fakultas teknik yang berusia 21tahun yaitu mereka yang menuntut dalam tahun 3. Penelitian ini tidak membedakan pengetahuan laki-laki atau perempuan. Dari 862 populasi yang dipilih, jumlah mahasiswa lelaki adalah 400 orang dan yang terpilih menjadi sampel adalah sebanyak 44 orang manakala jumlah mahasiswa perempuan adalah seramai 462 orang dan yang terpilih menjadi sampel adalah seramai 46 orang (Tabel 5.1).

Pemberian kuesioner diberi secara acak kepada mereka yang memenuhi kriteria yang diinginkan dan bersetuju menjadi responden sehingga mencapai jumlah yang diinginkan yaitu sebanyak 90 orang mahasiswa.


(33)

Tabel 5.1.

Distribusi Responden Yang Terpilih Mengikut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Terpilih Tidak terpilih

Lelaki 44 356

Perempuan 46 416

Jumlah 90 772

5.1.3. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Ekstasi

Dari hasil yang didapatkan, sebanyak 28 (31,1%) orang mahasiswa dikategorikan sebagai mempunyai pengetahuan yang baik, 55 (61,1%) orang mahasiswa dikategorikan sebagai sedang dan 7 (7,8%) orang mahasiswa dikategorikan sebagai mempunyai pengetahuan yang buruk (Tabel 5.2).

Tabel 5.2.

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Efek Buruk Ekstasi Terhadap Gangguan Fungsi Otak

Tingkat Pengetahuan Jumlah Persen (%)

Baik 28 31,1

Sedang 55 61,1

Buruk 7 7,8

Jumlah 90 100

Bagi kajian pengetahuan mahasiswa mengenai tujuan penggunaan ekstasi, untuk efek high, semua responden menjawab dengan benar. Untuk efek rasa ingin disentuh atau dibelai, sebanyak 36 orang mahasiswa yang menjawab dengan benar manakala 54 orang mahasiswa tidak tahu mengenai efek ini. Mengenai hal penggunaan ekstasi yang menyebabkan seseorang lebih ramah, hanya 16 orang mahasiswa yang menjawab dengan benar manakala 74 orang tidak tahu akan efek ini pada pengguna ekstasi (Gambar 5.1).


(34)

Gambar 5.1 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Tujuan Penggunaan Ekstasi

Pengetahuan mahasiswa mengenai masing-masing efek buruk ekstasi terhadap fungsi otak adalah; untuk efek penurunan fungsi kognitif, sebanyak 33 mahasiswa yang menjawab dengan benar manakala 57 orang yang salah menjawabnya. Bagi efek gangguan emosi, sebanyak 83 orang mahasiswa yang mejawab dengan benar manakala sebanyak 7 orang yang salah menjawabnya. Bagi efek gangguan tidur akibat ekstasi, hanya 14 orang mahasiswa yang menjawab dengan benar manakala 76 orang salah menjawabnya. Bagi efek peningkatan suhu tubuh atau hipertermia, sebanyak 29 orang mahasiswa yang menjawab dengan benar manakala 61 orang salah menjawabnya (Gambar 5.2).


(35)

Gambar 5.2 Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Masing-Masing Efek Buruk Ekstasi Terhadap Fungsi Otak

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan mahasiswa mengenai tujuan penggunaan ekstasi

Dalam penelitian ini, tiga alasan utama penggunaan ekstasi biasanya digunakan telah diteliti yaitu efek high, rasa ingin disentuh dan untuk menjadikan seseorang lebih ramah. Untuk penggunaan bagi menimbulkan efek high atau peningkatan nafsu, kesemua responden berjaya menjawab dengan benar. Ini menunjukkan bahwa penggunaan ekstasi untuk menyebabkan seseorang high sangat populer di kalangan mahasiswa.

Penggunaan ekstasi untuk tujuan dari segi sosial yaitu rasa ingin disentuh atau dibelai, perbandingan bilangan mahasiswa yang tahu dengan yang tidak tahu tidak jauh berbeda walaupun bilangan mahasiswa yang tahu kurang dari bilangan yang tidak tahu. Hal ini mungkin dikarenakan informasi mengenai kegunaan ekstasi untuk tujuan ini telah pun dipaparkan namun segelintir mahasiswa masih belum menerimanya.


(36)

Penggunaan ekstasi untuk menyebabkan seseorang lebih ramah, bilangan mahasiswa yang tahu mengenainya sangat sedikit dibanding dengan mahasiswa yang tidak tahu. Hal ini mungkin karena jarang didengar atau dilaporkan bahwa ekstasi digunakan untuk tujuan ini.

5.2.2. Pengetahuan mahasiswa mengenai efek buruk penggunaan ekstasi terhadap fungsi otak

Dalam penelitian ini, empat efek buruk ekstasi terhadap gangguan fungsi otak telah diteliti yaitu gangguan fungsi kognitif, emosi, tidur dan efek hipertermia. Hasil analisa menunjukkan bahwa mahasiswa paling banyak tahu mengenai efek ekstasi menyebabkan gangguan emosi berbanding efek-efek buruk yang lain. Untuk efek penurunan fungsi kognitif dan gangguan tidur, perbedaan bilangan mahasiswa yang tahu dibanding dengan yang tidak tahu relatif tinggi di mana mahasiswa lebih ramai yang tidak tahu mengenai efek buruk ini. Hal ini karena secara umumnya, efek buruk ekstasi yang biasanya digembar-gemborkan adalah penggunanya mengalami gangguan emosi seperti cepat marah. Maka, banyak mahasiswa yang tidak tahu bahwa ekstasi turut mengganggu fungsi kognitif dan gangguan tidur dibanding pengetahuan mereka mengenai gangguan emosi akibat penggunaan ekstasi.

Untuk efek ekstasi yang menyebabkan gangguan tidur, dari jawaban yang didapatkan dari mahasiswa, kebanyakannya menjawab ekstasi menyebabkan seseorang merasa gembira hingga sulit untuk tidur. Ini menunjukkan mereka tahu bahwa ekstasi menyebabkan kesulitan tidur namun mereka tidak tahu bagaimana sebenarnya hal ini terjadi. Hal ini mungkin disebabkan mereka merupakan mahasiswa non-medis yang tidak mempelajari bagaimana fisiologi tidur hingga menyebabkan mereka tidak tahu bagaimana terjadinya gangguan pada pola tidur seseorang.

Untuk efek hipertermia, bilangan mahasiswa yang tidak tahu lebih banyak dari mereka yang tahu. Hal ini mungkin karena mereka tidak mengerti maksud hipertermia atau mungkin mereka sememangnya tidak tahu bahwa ekstasi bisa menyebabkan suhu badan penggunanya meningkat dengan tinggi.


(37)

5.2.3. Kepentingan pengetahuan dengan ekstasi

Pengetahuan merupakan alat yang penting dalam hubungannya dengan pencegahan dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba. Ekstasi juga merupakan sejenis narkoba yang penggunaanya dapat dicegah dengan pemberian pengetahuan yang baik kepada para remaja (National Institute of Health, 2005). Pada zaman sekarang, kelihatannya para remaja sedang mencari-cari identitas baru hidup masing-masing. Ini memudahkan mereka untuk terpengaruh dengan aktivitas yang tidak sehat yang dapat disebabkan oleh pengaruh dari teman sebaya dan juga oleh sifat ingin tahu mereka (Ahmed et al, 2001).

Selain pencegahan, pengetahuan mengenai ekstasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk memfasilitasi proses rehabilitasi dalam memotivasi seseorang supaya berhenti menggunakannya (Drug Rehab Center, 2009).

Oleh itu, bagi mahasiswa yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik menggambarkan bahwa mereka mempunyai risiko yang rendah untuk terlibat dengan penyalahgunaan ekstasi dan seandainya mereka telah terjebak, mereka mempunyai motivasi yang kuat untuk berhenti.

Bagi golongan yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, mereka ini mempunyai kemungkinan 50% untuk terjebak dengan penyalahgunaan dadah dan 50% kemungkinan untuk berhenti dari pengambilan dadah ini. Namun, bagi mereka yang mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk, mereka mempunyai resiko yang tinggi untuk terjebak dengan kegiatan ini dan motivasi yang kurang untuk mereka berhenti.

5.2.4. Sumber informasi mahasiswa

Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan tidak mencakup sumber informasi untuk mengetahui sumber pengetahuan mahasiswa. Namun, dalam penelitian yang dipublikasikan oleh WHO mengenai penyalahgunaan dadah di kalangan remaja di Bangladesh, tercatat sumber informasi yang biasa digunakan oleh mereka yaitu dari televisi (74.2%), buku ajar (67,3%), koran (63,4%), teman (39,6%),


(38)

keluarga (38,8%), radio (33,7%), teater (33,3%) dan lain-lain sumber (4,1%) (Ahmed et al, 2001).


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Daripada hasil penelitian ini, didapatkan sebanyak 28 (31,1%) orang mahasiswa yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 55 (61,1%) orang mahasiswa yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, dan 7 (7,8%) orang mahasiswa yang mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk mengenai efek buruk ekstasi yang menyebabkan gangguan fungsi otak.

Untuk penilaian pengetahuan mahasiswa mengenai tujuan penggunaan ekstasi, bagi efek high, kesemua mahasiswa menjawab dengan benar. 36 mahasiswa tahu ekstasi menyebabkan seseorang rasa ingin disentuh dan 16 mahasiswa tahu ekstasi menyebabkan seseorang lebih ramah.

Untuk penilaian pengetahuan mahasiswa mengenai efek buruk ekstasi yang menyebabkn gangguan fungsi otak, 33 mahasiswa tahu ekstasi menyebabkan penurunan fungsi kognitif, 83 mahasiswa tahu ekstasi menyebabkan gangguan emosi, 14 mahasiswa tahu ekstasi menyebabkan gangguan tidur manakala 29 mahasiswa tahu ekstasi menyebabkan efek hipertermia.

6.2. Saran

Pemerintah:

• Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, lebih dari separuh mahasiswa (61,1%) yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang. Ini menunjukkan mereka mempunyai risiko 50% untuk terjebak dengan penggunaan ekstasi. Jadi, disarankan kepada pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan kepada mahasiswa.


(40)

Pihak Universitas:

• Melaksanakan program-program yang memberikan informasi mengenai bahaya ekstasi tehadap gangguan fungsi otak kepada mahasiswa sebagai langkah pencegahan dan motivasi untuk tidak meneruskan pengambilan bagi mereka yang telah pun terlibat dengan dadah ini.

Peneliti:

• Untuk penelitian akan datang, disarankan supaya peneliti meneliti tingkat pengetahuan mahasiswa medis mengenai bahaya ekstasi yang menyebabkan gangguan fungsi otak supaya dapat dibandingkan perbedaan pengetahuan mahasiswa yang terpapar dengan pelajaran mengenai ekstasi dengan mahasiswa yang tidak terpapar dengan pelajaran mengenai ekstasi.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Agensi Akta Dadah Kebangsaan, 2008. Statistik Penagihan. Available from:

Ahmed, S.M., Rana, M., Chowdry, M.S., Mills, A., Bennet, S. 2001. Substance and Drug Abuse: Knowledge, Attitude and Perception of Schoolgoing Adolescents in Bangladesh, 6 (2).

Berridge, C.W., 2008. Noradrenergic modulation of arousal,

2005. Neurotoxicity of Ecstasy Metabolites in Rat Cortical Neurons, and Influence of Hyperthermia , Journal of Pharmacology, 10: 1124.

Curran, H.V., 2000. Is MDMA (‘Ekstasi’) Neurotoxic in Humans? An Overview of Evidence and of Methodological Problems in Research, Neuropsychobiology, 42: 34-41.

Drug Rehab Center, 2009. Education about the Disease. Available from:

Ferrington , L., McBean, D.E., Olverman, H.J., Kelly, P.A.T., 2005. 'Ecstasy' as a risk factor in stroke: A laboratory investigation of 3, 4-methylenedioxymethamphetamine-induced cerebrovascular dysfunction, Journal of Cerebral Blood Flow And Metabolism, 25 (10): 177.


(42)

Gamma, A., Buck, A., Berthold, T., Hell, D., Vollenweider, F.X, 2000. 3,4-Methylenedioxymethamphetamine (MDMA) Modulates Cortical and Limbic Brain Activity as Measured by [H215O]-PET in Healthy Humans,

Neuropsychopharmacology, 23 (10): 388-395.

Goldman, H.H. ,1994. Neurotransmitter, Review of General Psychiatri. 4th ed. USA: Appleton & Lange, 76.

Hahn, I.H., 2010. Toxicity, MDMA. Available from: 2010].

Huizink, A.C., Ferdinand, R. F., Ende, J.V.R , Verhulst, F.C. , 2006. Symptoms of anxiety and depression in childhood and use of MDMA: prospective, population based study, British Medical Journal, 332 (7545): 825-828.

Johnston, L. D., O’Malley, P. M., Bachman, J. G., Schulenberg, J. E., 2009. Ecstacy Use Trends Among College Student , Monitoring the Future. Available from: 2010].

Katzung, B.G. , 2007. Ecstasy(MDMA), Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Asia: McGraw Hill, 524.

Kelly, P.A.T., 2000. Does recreational ecstasy us cause long-term cognitive problems?, Western Journal of Medicine, 173 (2): 129-130.


(43)

National Institute of Health, 2005. Drug Abuse and Addiction. Available from: http://www.nih.gov/about/researchresultsforthepublic/DrugAbuseandAddiction.p df. [ Accessed 8 Ogos 2010].

Pedersen, N.P., Blessing, W.W., 2001. Cutaneous Vasoconstriction Contributes to Hyperthermia Induced by 3,4-Methylenedioxymethamphetamine (Ecstasy) in Conscious Rabbits, The Journal of Neuroscience, 21 (21): 8648-8654 {abstrak}.

Persatuan Mencegah Dadah Malaysia, 2010. Statistik Penagihan. Available from: Maret 2010].

Sherwood, L., 2007. Overview of The Central Nervous System, Human Physiology. 6th ed. USA: Thomsin Brooks/Cole, 140-142.

Wish, E.D. , Fitzelle, D.B. ,O'Grady, K.E. , Hsu, M.H. , Arria, A.M. , 2006. Evidence for Significant Polydrug Use Among Ecstasy-Using College Students, Journal Of American College Health, 55 (2): 99-104 {abstrak}.


(44)

Lampiran 1: Informed Consent

INFORMED CONSENT.

Kepada Yth Calon Respoden Penelitian Mahasiswa UTM Skudai

Johor, Malaysia.

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Noor Azeila Binti Aziz

NIM : 070100432

Alamat : Jl. Intan No 15, Medan

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Mengenai Bahaya Ekstasi Terhadap Gangguan Fungsi Otak pada Mahasiswa Fakultas Teknik Tahun 3 di Universiti Teknologi Malaysia”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara/saudari sebagai responden, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudara/saudari serta memungkinkan untuk mengundurkan diri dari mengikuti penelitian ini.

Apabila saudara/saudari menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya telah buat. Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari menjadi responden, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2010 Peneliti,


(45)

Lampiran 2: Persetujuan Penelitian

PERSETUJUAN PENELITIAN.

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Noor Azeila Binti Aziz, NIM 070100432 dengan judul penelitian “ Tingkat Pengetahuan Mengenai Bahaya Ekstasi Terhadap Gangguan Fungsi Otak pada Mahasiswa Fakultas Teknik Tahun 3 di Universiti Teknologi Malaysia”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, Mei 2010 Responden

……… ( )


(46)

Lampiran 3: Lembar Kuesioner Nama:

Jantina: L/P No.matrik:

Sila pilih satu sahaja jawapan untuk setiap pertanyaan di bawah.

1) Ecstasy dikenali sebagai ‘club drug’ kerana a) Remaja menggunakan ecstasy di rumah.

b) Remaja menggunakan ecstasy di di parti hari jadi. c) Remaja menggunakan ecstasy di kelab malam.

2) Yang manakah antara berikut merupakan tujuan ecstasy digunakan? i) Memberikan rasa senang (high).

ii) Menyebabkan individu tersebut rasa ingin disentuh. iii) Menyebabkan seseorang lebih ramah.

a) I sahaja. b) I dan II sahaja. c) I,II dan III.

3) Pada pendapat anda, mengapakah ecstasy digunakan? a) Untuk menambahkan tenaga.

b) Mendapatkan rasa senang (high). c) Sebagai ubat untuk merangsang tidur.

d) Ubat yang diberikan oleh doktor untuk menghilangkan stress.


(47)

a) Ya b) Tidak

5) Bagaimanakah ecstasy menyebabkan gangguan pada ingatan seseorang?

i) Ecstasy merusakkan bahagian otak yang berfungsi untuk ingatan manusia. ii) Ecstasy merusakkan saraf yang berfungsi untuk menghantar

impuls(signal) ke otak.

iii) Ecstasy menyebabkan seseorang sukar untuk menghafal. iv) Ecstasy menyebabkan seseorang sulit untuk konsentrasi. a) I sahaja.

b) II sahaja.

c) II dan IV sahaja. d) II,III dan IV.

6) Apakah ecstasy dapat menyebabkan gangguan emosi(psikologi)? a) Ya b) Tidak

7) Antara berikut pernyataan manakah yang BENAR?

a) Ecstasy menyebabkan seseorang sangat gembira hingga sukar tidur. b) Ecstasy menurunkan penghasilan hormone yang meransang tidur. c) Ecstasy menyebabkan seseorang lemah dan cepat mengantuk.

d) Ecstasy tidak memberikan apa-apa efek terhadap pola tidur seseorang.

8) Salah satu bahay ecstasy adalah hipertermia yang bermaksud a) Panas yang melampau.

b) Sejuk yang melampau. c) Suam-suam kuku.


(48)

Lampiran 4: Daftar Riwayat Hidup Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noor Azeila Binti Aziz Tempat/Tanggal Lahir : Malaysia, 26 September 1988

Agama : Islam

Alamat : A-1-7 Pangsapuri Anggrik, Kuaters Polis, IPD Krian, 34300 Bagan Serai, Perak

Riwayat Pendidikan : 1. Sek. Keb. Datin Khadijah (1995-2000) 2. MRSM Lenggong (2001-2003)


(49)

Lampiran 5: Data Induk

Uji Validitas dan Reabilitas

Variabel Nomor pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.748 Valid 0.621 Reliabel

2 0.534 Valid Reliabel

3 0.548 Valid Reliabel

4 0.590 Valid Reliabel

5 0.466 Valid Reliabel

6 0.667 Valid Reliabel

7 0.505 Valid Reliabel


(50)

Data Mentah

Nama Jenkel p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 Total Kategori

A L 1 3 1 1 3 1 0 0 10 baik

B L 1 2 1 1 3 1 1 0 10 baik

C L 1 3 0 1 3 1 0 1 10 baik

D L 1 3 1 1 3 1 0 1 11 baik

E L 1 2 1 1 3 1 0 1 10 baik

F L 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik

G L 1 3 1 1 2 1 1 0 10 baik

H L 1 2 1 1 3 1 1 0 10 baik

I L 1 3 1 1 3 1 0 1 11 baik

J P 1 2 1 1 3 1 0 1 10 baik

K P 1 3 1 1 2 1 0 0 9 baik

L P 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik

M P 1 1 1 1 3 1 0 0 9 baik

N L 1 3 1 1 3 1 0 0 10 baik

O L 1 3 1 1 3 0 0 0 9 baik

P P 1 1 1 1 3 1 0 1 9 baik

Q P 1 1 1 1 3 1 0 1 9 baik

R P 1 3 1 1 2 1 0 0 9 baik

S P 1 3 1 1 3 1 0 0 10 baik

T P 1 3 0 1 3 0 0 1 9 baik

U L 1 1 1 1 3 1 1 0 9 baik

V P 1 3 1 1 2 1 0 1 10 baik


(51)

X L 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik

Y P 1 1 1 1 3 1 0 1 9 baik

Z P 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik

AA L 0 2 0 0 2 0 0 0 4 buruk

BB L 0 2 0 1 1 0 0 0 4 buruk

CC P 0 1 0 1 0 1 0 1 4 buruk

DD L 0 1 0 0 0 1 0 1 3 buruk

EE L 0 2 0 0 1 1 0 0 4 buruk

FF L 1 1 0 1 0 1 0 0 4 buruk

GG P 1 1 0 1 0 1 0 0 4 buruk

HH L 1 1 1 1 1 1 0 1 7 sedang

II L 1 1 1 1 0 1 1 0 6 sedang

JJ L 1 1 1 1 1 1 1 0 7 sedang

KK L 1 1 1 1 0 1 0 0 5 sedang

LL L 1 2 1 1 1 1 0 0 7 sedang

MM L 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

NN L 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

OO L 1 1 0 1 2 1 0 0 6 sedang

PP P 1 1 1 1 1 1 0 0 6 sedang

QQ P 1 1 1 1 1 1 0 0 6 sedang

RR P 1 1 1 1 2 0 0 0 6 sedang

SS P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

TT P 1 1 0 1 2 1 0 1 7 sedang

UU P 0 2 1 1 2 0 1 0 7 sedang


(52)

WW P 1 1 0 1 1 1 0 0 5 sedang

XX P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

YY P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

ZZ P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

AAA P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

BBB P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

CCC L 1 1 0 1 3 1 0 0 8 sedang

DDD P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

EEE P 1 2 1 1 1 1 0 0 7 sedang

FFF P 1 1 0 1 3 1 0 0 7 sedang

GGG L 1 2 1 1 1 1 0 0 7 sedang

HHH P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

III L 1 3 0 1 0 1 0 0 6 sedang

JJJ P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

KKK P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

LLL L 1 1 1 1 1 1 1 1 8 sedang

MMM L 1 1 1 1 0 1 0 0 5 sedang

NNN L 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

OOO P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

PPP L 1 1 0 1 2 1 0 0 6 sedang

RRR P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

SSS L 1 1 1 1 1 1 0 0 6 sedang

TTT L 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

UUU L 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang


(53)

WWW L 1 3 0 0 3 1 0 0 8 sedang

XXX L 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

YYY P 1 1 0 1 2 1 1 1 8 sedang

ZZZ P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

AAAA P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

BBBB P 1 1 0 1 1 1 0 0 5 sedang

CCCC P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

DDDD P 1 2 0 0 2 1 0 0 6 sedang

EEEE L 1 1 1 1 1 1 1 1 8 sedang

FFFF P 1 3 0 1 2 1 0 0 8 sedang

GGGG P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

HHHH P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

IIII P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

JJJJ P 1 3 0 1 2 1 0 0 8 sedang

KKKK L 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

LLLLL L 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik


(54)

Hasil Analisa SPSS

Statistics

jnskel kategori efek high ingin disentuh lebih ramah efek

kognitif emosi tidur hipertermia

N Valid 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jnskel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 44 48.9 48.9 48.9

P 46 51.1 51.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 28 31.1 31.1 31.1

sedang 55 61.1 61.1 92.2

buruk 7 7.8 7.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

efek high

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(55)

ingin disentuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 36 40.0 40.0 40.0

taktahu 54 60.0 60.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

lebih ramah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 16 17.8 17.8 17.8

taktahu 74 82.2 82.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

efek kognitif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 33 36.7 36.7 36.7

taktahu 57 63.3 63.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

emosi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 83 92.2 92.2 92.2

taktahu 7 7.8 7.8 100.0


(56)

tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 14 15.6 15.6 15.6

taktahu 76 84.4 84.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

hipertermia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 29 32.2 32.2 32.2

taktahu 61 67.8 67.8 100.0


(1)

X L 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik

Y P 1 1 1 1 3 1 0 1 9 baik

Z P 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik

AA L 0 2 0 0 2 0 0 0 4 buruk

BB L 0 2 0 1 1 0 0 0 4 buruk

CC P 0 1 0 1 0 1 0 1 4 buruk

DD L 0 1 0 0 0 1 0 1 3 buruk

EE L 0 2 0 0 1 1 0 0 4 buruk

FF L 1 1 0 1 0 1 0 0 4 buruk

GG P 1 1 0 1 0 1 0 0 4 buruk

HH L 1 1 1 1 1 1 0 1 7 sedang

II L 1 1 1 1 0 1 1 0 6 sedang

JJ L 1 1 1 1 1 1 1 0 7 sedang

KK L 1 1 1 1 0 1 0 0 5 sedang

LL L 1 2 1 1 1 1 0 0 7 sedang

MM L 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

NN L 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

OO L 1 1 0 1 2 1 0 0 6 sedang

PP P 1 1 1 1 1 1 0 0 6 sedang

QQ P 1 1 1 1 1 1 0 0 6 sedang

RR P 1 1 1 1 2 0 0 0 6 sedang

SS P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

TT P 1 1 0 1 2 1 0 1 7 sedang

UU P 0 2 1 1 2 0 1 0 7 sedang


(2)

WW P 1 1 0 1 1 1 0 0 5 sedang

XX P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

YY P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

ZZ P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

AAA P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

BBB P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

CCC L 1 1 0 1 3 1 0 0 8 sedang

DDD P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

EEE P 1 2 1 1 1 1 0 0 7 sedang

FFF P 1 1 0 1 3 1 0 0 7 sedang

GGG L 1 2 1 1 1 1 0 0 7 sedang

HHH P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

III L 1 3 0 1 0 1 0 0 6 sedang

JJJ P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

KKK P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

LLL L 1 1 1 1 1 1 1 1 8 sedang

MMM L 1 1 1 1 0 1 0 0 5 sedang

NNN L 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

OOO P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

PPP L 1 1 0 1 2 1 0 0 6 sedang

RRR P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

SSS L 1 1 1 1 1 1 0 0 6 sedang


(3)

WWW L 1 3 0 0 3 1 0 0 8 sedang

XXX L 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

YYY P 1 1 0 1 2 1 1 1 8 sedang

ZZZ P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

AAAA P 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

BBBB P 1 1 0 1 1 1 0 0 5 sedang

CCCC P 1 1 1 1 2 1 0 0 7 sedang

DDDD P 1 2 0 0 2 1 0 0 6 sedang

EEEE L 1 1 1 1 1 1 1 1 8 sedang

FFFF P 1 3 0 1 2 1 0 0 8 sedang

GGGG P 1 1 1 1 3 1 0 0 8 sedang

HHHH P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

IIII P 1 1 1 1 0 1 0 1 6 sedang

JJJJ P 1 3 0 1 2 1 0 0 8 sedang

KKKK L 1 1 1 1 2 1 0 1 8 sedang

LLLLL L 1 2 1 1 3 1 0 0 9 baik


(4)

Hasil Analisa SPSS

Statistics

jnskel kategori efek high

ingin disentuh

lebih ramah

efek

kognitif emosi tidur hipertermia

N Valid 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jnskel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 44 48.9 48.9 48.9

P 46 51.1 51.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 28 31.1 31.1 31.1

sedang 55 61.1 61.1 92.2

buruk 7 7.8 7.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

efek high

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

ingin disentuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 36 40.0 40.0 40.0

taktahu 54 60.0 60.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

lebih ramah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 16 17.8 17.8 17.8

taktahu 74 82.2 82.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

efek kognitif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 33 36.7 36.7 36.7

taktahu 57 63.3 63.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

emosi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 83 92.2 92.2 92.2

taktahu 7 7.8 7.8 100.0


(6)

tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 14 15.6 15.6 15.6

taktahu 76 84.4 84.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

hipertermia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tahu 29 32.2 32.2 32.2

taktahu 61 67.8 67.8 100.0