2.3.2. Ekstasi dan penurunan fungsi kognitif Definisi fungsi kognitif adalah proses mental yang mengandung persepsi,
memori, mengingat sesuatu dan berfikir The Free Dictionary. Efek ekstasi terhadap penurunan fungsi kognitif dapat terjadi secara direk dan
indirek. Terjadinya secara direk adalah akibat dari sifat neurotoksin ekstasi yang mengakibatkan kerusakan pada akson terminal neuron serotonin. Terjadinya secara
indirek adalah ekstasi menyebabkan penurunan sirkulasi serebral. Ini karena innervasi dari otak depan adalah dari neuron serotonin yang berasal dari mesensefalon Kelly,
2000. Efek vasokonstriktor dari ekstasi menyebabkan peningkatan effluks serotonin.
Namun, fenomena ini dapat menyebabkan multi-infak dementia yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif Ferrington et al, 2005.
Ekstasi juga menyebabkan penurunan memori di mana ia menyebabkan defek pada hipokampus, bagian otak yang berfungsi untuk konsolidasi memori jangka
pendek kepada memori jangka panjang. Kerusakan pada bagian ini juga menyebabkan berkurangnya kemampuan daya ingat jangka pendek mengulang
sesuatu peristiwa setelah beberapa menit dan daya ingat segera segera mengulang hal yang dikatakan oleh pemeriksa Kevin
, 2008.
2.3.3. Ekstasi dan gangguan psikologi
Salah satu fungsi dari serotonin adalah untuk memberikan mood yang menyenangkan. Maka, penggunaan ekstasi dapat meningkatkan konsentrasi serotonin
di sinaps. Namun, akibat penggunaan yang lama atau penggunaan akut dengan dosis yang tinggi, menyebabkan kerusakan pada akson terminal neuron serotonin
menyebabkan penurunan level serotonin di sinaps. Hal inilah yang memicu terjadinya masalah psikologi seperti ansietas, depresi ringan dan paranoia.
Masalah depresi pada pengguna ekstasi dibuktikan dengan pemberian obat antidepresan yang bekerja
meningkatkan level serotonin ternyata memberikan efek yang baik Curran, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Ekstasi dan gangguan tidur
Salah satu fungsi dari serotonin adalah mengontrol jam biologi badan circadian rhytms seperti rangsangan untuk tidur. Oleh karena itu, berkurangnya
serotonin menyebabkan defek pada pola tidur seseorang Curran, 2000. Hormon yang merangsang tidur adalah melatonin dalam proses circadian
rhythm. Bahan baku untuk sintesa melatonin ini adalah serotonin. Maka, apabila serotonin berkurang, penghasilan melatonin turut berkurang lalu menyebabkan
gangguan tidur Sherwood, 2007.
2.3.5. Ekstasi dan hipertermia
Hiperaktivitas autonomik merupakan gejala utama toksisitas ekstasi dan hal ini berkait langsung dengan dosis yang digunakan. Mekanisme terjadinya hipertermia ini
dimulai apabila amfetamin merangsang pelepasan katekolamin dan serotonin Hahn, 2009
Pelepasan katekolamin akan mengaktifkan jaras simpatik. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi pada kutan cutaneous menyebabkan kurangnya panas
yang dibebaskan dari tubuh lalu terjadilah hipertermia. Hal ini dibukt ikan apabila dengan pemberian obat yang mengembalikan pembuluh darah kutan ke diameter asal
menurunkan risiko kematian pada kejadian hipertermia akibat ekstasi .
Pedersen Blessing, 2001.
Potensiasi kematian sel neuron di korteks meningkat dalam keadaan hipertermik. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hipertermik turut memicu kepada
terjadinya efek neurotoksisitas pada pengguna ekstasi Capela et al, 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Tingkat Pengetahuan Bahaya ekstasi terhadap otak
1Tujuan penggunaan ekstasi: •
Memberikan efek high peningkatan nafsu seksual. •
Membuat seseorang rasa ingin disentuh efek sosial. •
Membuat seseorang lebih ramah efek sosial. 2Efek buruk ekstasi terhadap otak:
• Gangguan fungsi kognitif memori dan konsentrasi.
• Gangguan emosi.
• Gangguan pola tidur.
• Hipertermia .
3.2. Definisi operasional
Definisi operasional: Tingkat pengetahuan didefinisikan sebagai pengetahuan mahasiswa mengenai ekstasi yang mencakup efek buruk ekstasi terhadap otak seperti
gangguan fungsi kognitif memori dan konsentrasi, emosi, pola tidur dan hipertermia.
Universitas Sumatera Utara