3. Filtrasi
7.1.1 Pengendapan
Pengendapan merupakan tahap kedua dari pengolahan air. Pada bak penampung, partikel – partikel padat akan mengendap secara gravitasi tanpa bantuan
bahan kimia sedangkan partikel – partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit pengolahan selanjutnya.
7.1.2 Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air dari bak penampungan dialirkan kedalam clarifier dan diinjeksikan larutan alum,
Al
2
SO
4 3
, dan larutan soda abu, Na
2
CO
3
. Larutan alum berfungsi sebagai koagulan utama dan larutan soda abu sebagai koagulan tambahan yang berfungsi sebagai
bahan penetral pH. Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk flok –
flok yang akan mengedap ke dasar clarifier karena gaya grafitasi, sedangkan air jernih akan keluar melimpah overflow yang selanjutnya akan masuk ke tangki
utilitas yang selanjutnya akan masuk ke penyaring pasir sand filter untuk penyaringan filtrasi.
Pemakaian larutan alum umumnya hingga 50 ppm terhadap jumlah air yang akan diolah sedangkan perbandingan pemakain alum dan abu soda = 1 : 0,54 Crities,
2004. 345 Perhitungan alum dan abu soda yang diperlukan :
Total kebutuhan air : 74.345,801 kgjam
Pemakain larutan alum : 50 ppm
Pemakaian larutan abu soda : 0,54 x 50 – 27 ppm
Larutan alum Al
2
SO
4 3
yang dibutuhkan : 50.10
-6
x 15.661,395 = 0,078 kgjam
Larutan abu soda Na
2
CO
3
yang dibutuhkan : 27.10
-6
x 15.661,395 = 0,423 kgjam
Universitas Sumatera Utara
7.1.3 Filtrasi
Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikat bersama air. Pada proses ini juga dilakukan penghilangan warna air dengan
menambahkan karbon aktif pada lapisan pertama yaitu lapisan pasir. Penyaring pasir sand filter yang digunakan terdiri dari tiga lapisan yaitu :
a. Lapisan I terdiri dari pasir hijau green sand setinggi 24 in : 60 cm
b. Lapisan II terdiri dari antrakit setinggi 12,5 in
: 31,25 cm c.
Lapisan III terdiri dari batu kerikil gravel setinggi 7 in : 17,5 cm
Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan. Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan
regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik back washing. Dari sand filter, air dipompakan ke menara air sebelum didistribusikan untuk berbagai
kebutuhan. Untuk air proses, masih diperlukan pengolahan lebih lanjut yaitu proses
demineralisasi softener dan deaerasi. Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempat ibadah, serta poliklinik, dilakukan proses klorinasi yaitu mereaksikan air
dengan klor untuk membunuh kuman - kuman di dalam air. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit, CaClO
2
. Khusus untuk air minum, setelah dilakukan proses klorinasi diteruskan ke penyaring air water treatment system sehingga air
yang keluar merupakan air sehat dan memenuhi syarat – syarat air minum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
Perhitungan kebutuhan kaporit, CaClO
2
: Total kebutuhan air yang memerlukan proses klorinasi : 500 kgjam
Tabel 7.4 Kaporit yang digunakan direncanakan mengandung klorin 70
Kebutuhan klorin : 2 ppm dari berat air
Gordon, 1968 Total kebutuhan kaporit
: 2.10
-6
x 500 0,7 = 1,428 .10
-3
7.1.4 Demineralisasi