Penokohan Analisis Intrinsik Novel Nora Karya Putu Wijaya .1 Alur

39 5. Denouement Dalam novel Nora, Putu Wijaya sebagai pengarang tidak memberikan pemecahan secara tuntas dan jelas terhadap masalah yang ditampilkan, bahkan terkesan menggantung dan tidak memiliki pemecahan samasekali. Sebagaimana jalinan cerita yang ditata oleh pengarang, mulai dari situation hingga denouement, pemecahan masalah yang dipilih oleh Putu Wijaya hanyalah sebuah pernyataan atau kebenaran bahwa Mala benar adanya merupakan pelaku tindak kriminal atas kematian tokoh Midori seorang bintang panas. Kebenaran akan kasus tersebut disampaikan oleh Putu Wijaya pada akhir cerita yang dalam cerita novel tersebut, dimuat dalam pemberitaan koran. “M tersangka pembunuhan Midori, telah memberikan pengakuan bahwa dia yang sudah melakukan pembunuhan keji itu karena cintanya ditolak.” hlm 301 Kutipan di atas mengakhiri cerita sebuah novel yang berjudul Nora yang disuguhkan oleh Putu Wijaya. Dalam hal ini Putu Wijaya membiarkan pembaca untuk membentuk opini sebebas-bebasnya terhadap penyelesaian cerita. Ending cerita diserahkan kepada pembaca.

4.1.2 Penokohan

Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Tokoh dan penokohan memiliki makna yang berbeda. “Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan” Aminuddin, 2000:79. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Dipaparkan oleh Aminuddin 2000:79-80 lebih lanjut, “Seorang tokoh yang memiliki Universitas Sumatera Utara 40 peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu”. Artinya, tokoh utama dan tokoh tambahan dibedakan atas intensitas kemunculannya pada bagian-bagian cerita. Jalan cerita suatu karya sastra khususnya novel disampaikan kepada pembaca lewat peranan penting tokoh khususnya tokoh utama. Pengarang memiliki kebiasaan yang lazim dalam memperkenalkan tokoh utama cerita. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar, dan dibicarakan oleh pengarangnya, serta intensitas kemunculannya lebih banyak dibandingkan tokoh lainnya. Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu. Sehubungan dengan watak tersebut, maka dikenal adanya tokoh protagonis dan tokoh antagonis. “Tokoh protagonis adalah pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca, dan tokoh antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca” Aminuddin, 2000:80. Selain terdapat tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis, juga terdapat tokoh dinamis dan tokoh statis dalam karya sastra khususnya novel. “Tokoh dinamis adalah pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan penampilannya. Sedangkan tokoh statis adalah pelaku yang tidak menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai cerita akhir” Aminuddin, 2000:82. Universitas Sumatera Utara 41 Setiap tokoh yang digambarkan dalam suatu cerita mempunyai ciri-ciri lahir, sifat, serta sikap batin sehingga wataknya dapat diketahui pembaca. Pengarang melalui cerita dapat memaparkan secara langsung watak tokohnya, yakni mengisahkan sifat-sifat tokoh, hasrat, ciri-ciri fisik, perasaan, dan pikirannya. Tetapi sebagian pengarang lebih suka memaparkan watak tokoh secara implisit, baik dari pikiran, cakapan, maupun lakuan tokoh. Dengan kata lain, pembacalah yang menafsirkan watak tokoh tersebut. Dalam novel Nora terdapat beberapa tokoh yang mendukung kelangsungan jalan cerita. Tetapi dalam pembahasan mengenai perwatakan ini, hanya tokoh-tokoh yang memegang peranan penting saja yang akan dianalisis. 1. Nora Nora sebagai tokoh protagonis memiliki sifat polos, ketus, penurut, dungu, tidak mempunyai pendirian, serta bersifat kekanak-kanakan. Tokoh Nora penuh dengan kejutan, tidak tertebak, segala pemikiran dan perbuatannya tidak masuk akal dan tampak seperti sebuah pemberontakan yang ngawur. Tokoh Nora menjadi pusat perhatian seluruh tokoh yang berperan dalam cerita. Watak mengenai tokoh Nora dapat diperjelas dengan kutipan berikut ini, “Pak Mala tidak suka Nora kawin dengan Ron?” hlm 64 “Nora tadi masak sebelum datang kemari. Sayur lodeh kesukaan Pak Mala. Nora tidak bisa masak lagi untuk Pak Mala. Biar inget sama Nora.”hlm 66 “Habis, Bapak ngomong jorok begitu. Masak Nora dituduh berzinah sama orang. Nora istrinya siapa coba” hlm 68 “Bener kok. Dia tidak bisa mengongkosi Nora. Jadi, Nora lari saja. Tapi, dia sendiri yang nyuruh. Dia juga mau kawin dengan orang lain. anak orang kaya. Padahal, orangnya tidak cantik. Janda lagi.” hlm 108 Universitas Sumatera Utara 42 Nora sebagai anak yang memiliki keterbelakangan mental sering sekali dilecehkan dan tidak dianggap. Pada masa kecil, Nora selalu diejek, bahkan tak jarang disiksa. Tak ada yang memperhitungkan. Nora dianggap orang sakit, manusia yang belum jadi atau benda cacat. Nora hanya seorang penumpang gelap dalam keluarga. Segala kemauan Nora tidak penting. Tidak ada yang peduli dengan perasaan Nora. Nora akhirnya merasa terlahir kembali setelah menikah dengan Mala. Berkat Mala, Nora mulai memiliki hak. Watak yang dimiliki oleh tokoh Nora seakan jauh dari tingkat kenormalan yang dimiliki oleh gadis berusia 22 tahun pada umumnya. Emosionalitas dungu yang dimiliki oleh Nora menyebabkan pola tingkah laku yang kurang wajar, seperti cemburu yang berlebihan, kemarahan yang berlebihan, serta berbagai tindakan yang tidak tepat penyampaiannya dalam setiap situasi. Terlihat pada penggalan percakapan berikut, “Ada apa Nora, kenapa menangis?” “Habis Bapak punya pacar” “Siapa bilang?” “Itu apa?” “Itu kan Dori” “Pacar Bapak kan” “Bukan. Itu kan bintang film. Kamu juga suka nonton dia di televisi. Dia yang memberikan kamu hadiah sepatu merah itu kan” “Nora benci sama dia” “Kenapa? Dia kan baik” “Ih Merebut suami orang kok baik Nora mau pulang sekarang”hlm 113 2. Mala Mala dapat digolongkan sebagai tokoh pendamping. Mala adalah tokoh yang mendampingi tokoh utama Nora. Kemunculan tokoh Mala selalu mendukung eksistensi tokoh Nora baik dari aspek fisik, psikis, maupun sosial. Watak Mala yang jenius, bertanggungjawab, pekerja keras, setia, penyayang, sabar, liberalis, dan menjunjung tinggi Universitas Sumatera Utara 43 kebebasan hidup turut berperan penting dalam cerita. Beberapa kutipan di bawah ini menggambarkan watak tokoh Mala seperti yang sudah disebutkan di atas, “Nora, kamu tahu, kamu tahu kan, aku sayang sama kamu?” hlm 69 “....Aku tidak akan pernah menyakiti kamu, sumpah. Aku akan terus berusaha untuk melindungi kamu. Aku bukan laki-laki macho, bukan laki-laki egois, aku mengerti woman’s lib, aku menyokong emansipasi dan gerakan-gerakan wanita....Aku bukan musuh kamu, Nora. Aku teman kamu. Teman hidup kamu Aku kongsi kamu. Gang, komplotan kamu. Aku yakin kamu sebenarnya juga mencintaiku, hanya kamu tidak tahu bagaimana mengatakannya....” hlm 70-71 “Adukan saja perkara ini kepada polisi. Kalau pengadilan menetapkan saya salah, jangankan sepuluh juta, semua anak-anak ibu akan saya tanggung hidupnya” hlm 153 Mala sebagai tokoh utama kedua turut memiliki peranan yang sangat penting dalam berjalannya cerita. Karakter Mala begitu kompleks karena dibebani begitu banyak masalah, baik masalah seputar rumah tangga dengan Nora, maupun berbagai masalah seputar pekerjaan dan politik. Tokoh Mala hadir dalam setiap peristiwa dan menjadi sorotan utama terhadap munculnya masalah atau konflik dalam cerita. 3. Adam Adam dalam novel Nora digolongkan sebagai tokoh dinamis. Tokoh Adam pada dasarnya merupakan tokoh introvert yang memiliki sifat religius, spiritual, bijak, ceria, lihai, suka berkelakar, mencintai kebersihan dan suka menolong. Tokoh Adam kemudian mengalami perubahan watak karena adanya rangsangan atau faktor yang mempengaruhi watak dasar tokoh Adam berupa godaan untuk merebut dan memiliki dana konspirasi politik senilai 400M. Faktor tersebut memberikan perubahan dari watak introvert menjadi ekstrovert yakni tokoh Adam menjadi bersifat keras, ambisius, misterius, kejam, dan kasar. Universitas Sumatera Utara 44 Dalam hal ini tokoh Adam mengalami perkembangan sehingga digolongkan menjadi tokoh dinamis. Watak Adam dapat dibuktikan dari beberapa kutipan di bawah ini, “Kau kan pernah bilang, perkawinanmu itu eksperimen. Seorang ekspert harus berani menanggung akibat-akibat eksperimennya, bukan hanya menyuruh orang lain menonton ia menontonkan eksperimentasinya. Kau mesti nikmati yang tidak nikmat, jangan mau enaknya saja. Ini bukan sinisme, tapi benar-benar semacam dukungan, untuk menyelesaikan prosesmu supaya jelas hasilnya, jangan putus di tengah sebelum berakibat apa-apa, hanya karena kamu belum siap. Itu namanya tidak dewasa, tak bertanggung jawab. Tancap saja terus, nanti kan ada penyelesaian.” hlm 52-53 Namun pada akhirnya, Adam menjadi musuh dalam selimut bagi sahabat-sahabatnya Midori dan Mala. Ternyata uang dapat menjadikan Adam serakah dan lupa diri. Adam menginginkan uang 400M yang menjadi masalah besar dalam suatu konspirasi politik yang terjadi. Dapat dilihat dari kutipan di bawah ini, “Anjing Lhu jangan belagak pilon. Gua karungin elhu baru tahu rasa? Mana?” hlm 175 “Sekarang juga gua bisa matiin elhu. Elhu bawa ke mana duit itu, bangsat” hlm 175 “Gua cincang elhu Udah lama gua kagak minum darah orang. Elhu jangan sembarangan sama gua, lonte” hlm 175 4. Midori Midori digolongkan sebagai tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Midori berperan sebagai bintang film panas sekaligus perempuan panggilan dalam cerita novel tersebut. Midori berwatak cerdas, ambisius, spontan, berjiwa bebas, tidak suka basa-basi, suka berpetualang, suka memanfaatkan orang lain, dan serakah. Tokoh Midori menjadi sumber permasalahan dalam suatu konspirasi politik yang disuguhkan oleh pengarang. Lebih jelas, watak tokoh Midori dapat dilihat dari beberapa kutipan berikut, Universitas Sumatera Utara 45 “Bagus Kalau udah enak elu nikmati aja, kenapa mesti diomongin seperti orang frustrasi? Kalau nyesel, elu tanggung sendiri sakitnya, kan elu udah dapat perawannya. Kalau kurang kenyang cari yang lain. Masih kurang dan mau bebas elu ceraikan dia cepat-cepat, atau kabur saja. Udah ah, elu ngabis-ngabisin waktu gua aja” hlm 34 5. Pak Amin Pak Amin digolongkan sebagai tokoh tambahan atau tokoh pembantu karena pemunculan tokoh Pak Amin hanya melengkapi, melayani, mendukung tokoh utama. Pak Amin memiliki watak penurut, setia pada majikan, suka menolong, berani, tegas tetapi juga lembut khususnya pada wanita. Pak Amin sangat menghargai wanita. Karakter Pak Amin dapat dilihat dari beberapa kutipan di bawah ini, “Jangan diganggu dulu, Pak. Biar saya yang merawatnya. Ibu tadi minta dibelikan mi tektek.” hlm 145 “Betul Pak. Coba deh lihat, orang ngidam itu kelakuannya memang aneh-aneh kok. Istri saya dulu waktu ngidam malah mau bunuh saya” hlm 112 6. Bapak Nora Bapak Nora digolongkan pada tokoh tambahan atau tokoh pembantu karena pemunculan tokoh bapak Nora hanya di awal cerita untuk melengkapi, melayani, dan mendukung tokoh utama. Bapak Nora memiliki watak primitif, keras kepala, penipu, bebal, matrealistis, bermental budak, suka memaksakan kehendak, suka memeras, suka memanfaatkan orang lain, tidak memiliki perhitungan, dan tidak memiliki rasa malu. Watak bapak Nora dapat dilihat dari beberapa kutipan berikut, “Mengapatiba-tiba sekarang kamu menjadi aneh, Nora? Dari kecil kamu memang aneh. Tapi, sekarang lebih aneh lagi. Kami semua tidak bisa mengerti lagi ada apa kamu sekarang? Tahu?” hlm 7 Universitas Sumatera Utara 46 7. Ibu Nora Ibu Nora digolongkan sebagai tokoh tambahan atau tokoh pendamping. Kemunculan tokoh ibu Nora hanya di awal cerita saja. Sama seperti tokoh bapak Nora. Tokoh ini muncul hanya untuk mempertajam masalah atau konflik yang disuguhkan oleh pengarang dalam cerita. Tokoh ibu Nora memiliki watak ramah, primitif, matrealistis, penjilat, penipu, memaksakan kehendak, tetapi juga penyayang khususnya terhadap anaknya. Watak tokoh ibu Nora dapat dilihat pada beberapa kutipan di bawah ini, “Nora, jangan. Jangan, Nak, jangan. Ingat ibu kamu ini, maafin kami” hlm 8 “Dokter sekarang lebih banyak menipu dan dagang daripada menolong orang. Nanti pasti dijadikan bola, dioper ke sana kemari sampai habis uang kita, tapi pengobatannya tak pernah selesai. Kita dibuatnya sakit terus supaya jadi langganan seumur hidup. Ibu lebih percaya pada dukun.” hlm 49 8. Profesor Kunt Profesor Kunt dalam novel Nora berperan sebagai tokoh yang mencari penerbit untuk menerbitkan buku mengenai politik yang ingin memecah-belah negara Indonesia yang sudah dipastikan akan dilarang oleh negara. Profesor Kunt merupakan tokoh tambahan atau tokoh pendamping dalam novel Nora, namun turut berperan penting dalam konflik cerita. Profesor Kunt digambarkan pengarang dengan karakter yang cerdas namun santai. Profesor Kunt juga memiliki sifat ambisius, idealis, dan kokoh. Beberapa kutipan berikut dapat melukiskan tokoh Profesor Kunt. “Ada satu penelitian di Kalimantan yang baru saja saya ketahui, tentang betapa semakin tajamnya kesadaran pada kelompok etnis di situ sekarang,” kata profesor itu dengan datar, khas seorang ilmuwan. “Karena mereka banyak membantu tulisan- tulisan orang asing yang menjelaskan tentang kelompok-kelompok etnis itu secara mendalam.” hlm 86 “Karena itu, sebenarnya saya setuju dengan apa yang dikatakan Hatta dulu. Kita lebih cocok dengan negara federasi.” hlm 87 Universitas Sumatera Utara 47

4.1.3 Latar