Tinjauan Pustaka Gangguan Jiwa Schizophrenia Hebeprenik Tokoh Utama Protagonis Novel Nora Karya Putu Wijaya

21 teori kepribadian Freud ini akan ditemukan pokok persoalan yang sesungguhnya yakni, gangguan kejiwaan Schizophrenia Hebeprenik. Schizophrenia Hebeprenik tersebut akan berkaitan dengan emosionalitas yang dungu, yang diperinci atas kebebalan, kecemburuan, dan kekanak-kanakan regresikemunduran. Menurut Sudarsono 1997:28, cemburu didefenisikan sebagai “Bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh adanya keyakinan terhadap diri sendiri, ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang”. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cemburu merupakan akumulasi dari rasa cemas dan takut. Bebal menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga 2005:118 didefenisikan, “sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu; tidak tajam pikiran” sedangkan kekanak-kanakan atau dalam psikologi lazim disebut dengan istilah kemunduran regresi, didefenisikan sebagai “1.Usaha menghindarkan kelemahan dan kegagalan dengan cara kembali ke taraf yang lebih rendah; 2.Suatu proses kembalinya ke tingkat lebih muda, pada taraf kekanak- kanakan dari pertumbuhan kepribadian sebagai alat untuk beradaptasi pada masalah- masalah personal” Sudarsono, 1997:198. Ketiga unsur emosionalitas yang dungu tersebut akan dibahas lebih seksama pada bab pembahasan berikutnya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Novel Nora karya Putu Wijaya ini sebenarnya adalah novel yang sangat menarik untuk dikaji, diteliti, dan diulas karena sarat dengan masalah-masalah kehidupan yang tidak asing lagi bagi pembaca. Novel Nora ini sebenarnya sudah pernah dibahas sebelumnya. Namun pembahasan mengenai novel ini masih hanya seputar kritik para pembaca yang dituangkan dalam bentuk Universitas Sumatera Utara 22 forum diskusi maupun resensi mengenai pemikiran dan gaya bercerita Putu Wijaya dalam karya-karyanya yang terbilang unik. Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada yang meneliti novel ini secara khusus dalam rupa skripsi. Selain itu, pembahasan yang sudah ada mengenai novel ini juga cenderung membahas masalah kehidupan seks tokoh utama Nora, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis kali ini lebih cenderung kepada unsur psikologis gangguan kejiwaan yang dialami tokoh utama protagonis Nora yang terkandung dalam novel Nora tersebut. Pembahasan yang telah membicarakan novel Nora ini masih hanya sebatas komentar atau forum diskusi di dunia maya di antaranya, 1. Nora : Abstraksisme Seks atau Konflik Pikiran Ala Putu Wijaya Blog tersebut www.bookoopedia.com ditulis pada tanggal 25 januari 2008 oleh Emshi, salah satu pembaca novel Nora. Mengawali komentar, disebutkan bahwa novel Nora terbitan Kompas yang diberi label Bacaan Khusus Dewasa ini memiliki penyajian cerita yang sangat abstrak, sehingga membuat novel tersebut sangat berat. Dikomentari lebih lanjut, “Sulit untuk memahami latar cerita yang tidak sesuai kelaziman umum, seperti gambaran cerita di awal soal perkawinan tak terduga, tidak jelas motif keluarga si gadis, atau motif si pria yang sebenarnya, yang malahan dipersepsikan sebagai kegilaan eksperimental dari masing-masing pihak. Sebagian besar isi cerita berupa pertarungan pikiran baik dalam diri sendiri sang tokoh ataupun perang dengan pikiran tokoh lain. Terkait dengan label Bacaan Khusus Dewasa, boleh dibilang novel ini sebagai abstraksisme seks”. Disimpulkan oleh Emshi adanya kelemahan mendasar yang agak mengganggu, apakah itu kesengajaan Putu Wijaya atau proses edit yang kurang sempurna bahwa setidaknya ada dua bagian script cerita berulang kembali, namun bukan merupakan flashback. Universitas Sumatera Utara 23 2. Review of Nora by Endah’s Blog tersebut www.goodreads.com dituliskan pada tanggal 6 Oktober 2008 oleh Endah, salah satu pembaca setia karya-karya Putu Wijaya. Pada halaman tersebut disebutkan oleh Endah komentar akan sikap cipta seorang Putu Wijaya terhadap karyanya yang dianggap absurd. Dikatakan bahwa setelah membaca novel tersebut, ditemukan sejumlah ganjalan yang tidak dapat ditemukan pembenarannya. Dikomentari lebih lanjut, “Maksud saya, ketika di dalam Nora saya mendapati hal-hal yang saya tidak sepakat karena kelewat dramatis, saya berusaha melihatnya dengan kacamata yang lain kendati tidak selalu berhasil”. Bagian yang paling mengejutkan, secara gamblang dikatakan bahwa novel Nora tersebut terkesan dilebih-lebihkan pada beberapa bagian meskipun diakui bahwa novel tersebut berpijak pada realisme. 3. Jurnal Asep Setiawan : Putu Wijaya tentang Novel Terbarunya Blog tersebut www.asepsetiawan.comarchives333 memuat berbagai komentar akan alur cerita novel Nora karya Putu Wijaya yang dituliskan pada tanggal 6 Maret 2008. Salah satu komentator novel tersebut adalah Kennedy Nurhan seorang wartawan Kompas. Disebutkan bahwa Putu Wijaya mengungkapkan kenakalan-kenakalan pikirannya untuk menuangkan Nora dalam novel Tetraloginya tersebut. Disimpulkan bahwa novel Nora adalah campuran antara keunikan dan khayalan Putu Wijaya. Lebih lanjut dikatakan oleh Kennedy Nurhan, bahwa novel Nora ini lebih condong dapat dimengerti daripada novel Putu sebelumnya yang banyak bereksperimen. Penelitian dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra telah banyak dilakukan oleh para penikmat sastra sebelumnya, khususnya para mahasiswa sastra yang ingin meraih Universitas Sumatera Utara 24 gelar sarjananya. Namun sepanjang pengetahuan penulis, penelitian dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra terhadap novel Nora ini belum pernah ada. Penelitian yang menggunakan teori psikologi sastra adalah berupa skripsi mahasiswa, antara lain: 1. Kursi Pemilu Karya S.Sinansari Ecip : Analisis Psikologi Skripsi ini disusun oleh mahasiswa Fakultas Sastra USU angkatan tahun 1999 bernama Rahmat Efendi Siregar. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah aspek-aspek atau nilai-nilai psikologis yang terdapat dalam novel Kursi Pemilu karya S.Sinansari Ecip. Penelitian diawali pada pembahasan aspek intrinsik sastra yang dianggap perlu seperti plot, perwatakan, alur, dan tema, kemudian dilanjutkan pada pembahasan ekstrinsik sastra yang berkaitan dengan berbagai teori psikologis. Penelitian difokuskan pada pembahasan gambaran ambisi pribadi dan kecemasan tokoh utama yang mendukung cerita. Aspek kejiwaan tersebut dibedah dengan meminjam teori kepribadian Carl Gustav Jung. Analisis psikologi sastra yang dilakukan terhadap novel Kursi Pemilu hanya terbatas pada tipe-tipe manusia, ambisi pribadi, dan kecemasan. Dari pengumpulan data dan penjelasan, disimpulkan bahwa ambisi pribadi mengarah pada perlakuan negatif, sedangkan kecemasan sebenarnya sesuatu yang dapat diarahkan jika kondisi kepribadian seseorang dapat menghadapi impul-impuls yang aktif menurut kehendaknya masing-masing. Disimpulkan secara subjektif oleh peneliti bahwa tokoh-tokoh yang dihadirkan kurang dapat disejajarkan dengan teori-teori kepribadian Jung dan Freud. 2. Kepribadian dan Trauma Tokoh dalam Novel Simfoni Bulan Karya Feby Indriani : Analisis Psikosastra Skripsi ini disusun oleh mahasiswi Fakultas Sastra USU angkatan tahun 2005 bernama Juli Artaty Hutabarat. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana Universitas Sumatera Utara 25 kondisi kepribadian tokoh-tokoh serta bagaimana dampak trauma terhadap tokoh anak dalam novel Simfoni Bulan. 3. Novelet Rembulan Perak Karya Lila Fitri Ali : Konflik Kejiwaan Wanita Karir Skripsi ini disusun oleh mahasiswi Fakultas Sastra USU angkatan tahun 1999 bernama Sri Wahyuni. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana konflik kejiwaan tokoh utama dalam novelet Rembulan Perak. Masalah dibatasi hanya pada konflik batin yaitu cemburu, kecemasan, dan rasa sesak yang sangat mempengaruhi kejiwaan tokoh utama novelet Rembulan Perak. Penelitian terhadap konflik kejiwaan tokoh utama dilakukan dengan meminjam teori kecemasan Freud yang membagi kecemasan menjadi tiga macam yaitu, kecemasan tentang kenyataan atau kecemasan objektif, kecemasan neurotis, dan kecemasan moril. Pembahasan terhadap novelet Rembulan Perak diakhiri dengan ditariknya kesimpulan bahwa kecemburuan yang dirasakan tokoh utama didasarkan pada rasa kebutuhannya akan kasih sayang dan kebahagiaan yang tidak dimilikinya, sementara teman-temannya memiliki semua itu. Kecemasan tersebut disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang pahit sehingga tokoh utama merasa tidak percaya diri. Disimpulkan lebih lanjut bahwa rasa sesak dalam novelet tersebut diakibatkan oleh pengaruh pekerjaan, kota besar yang padat, dan beban pikiran yang menekan batin. Berdasarkan tinjauan tersebut maka diputuskan untuk membedah dan menemukan akar permasalahan novel Nora dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra sebagai pisau bedahnya. Universitas Sumatera Utara 26 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data