BAB II ATYPICAL ODONTALGIA
2.1 Definisi
Atypical odontalgia adalah nyeri hebat, kronis, dan menetap pada satu atau
beberapa gigi yang normal secara klinis tanpa dijumpai adanya keadaan abnormal pada tes perkusi, tes thermal, tes elektrik atau radiografi.
4,7
Umumnya terjadi tanda- tanda neuropatik seperti allodynia dan hyperalgesia. Panas, dingin, dan tekanan tidak
mempengaruhi kondisi nyeri atypical odontalgia.
7
Karakteristik atypical odontalgia adalah adanya nyeri setelah tindakan endodontik atau pencabutan gigi dan menetap
pada daerah bekas pencabutan gigi atau meluas ke gigi yang berdekatan.
5
Nyeri atypical odontalgia
biasanya pada gigi dan tulang alveolar dan tidak mengganggu tidur pasien.
1-3
Pasien sulit menentukan lokasi nyeri. Biasanya nyeri terjadi pada daerah trauma, tetapi dapat meluas ke daerah yang berdekatan baik secara unilateral
maupun bilateral.
1
2.2 Epidemiologi
Insiden atypical odontalgia lebih sering dijumpai pada wanita, khususnya yang berusia 40 tahun.
1-3,5
Atypical odontalgia bisa mengenai semua umur, kecuali anak-anak.
1,2
Atypical odontalgia lebih sering mengenai daerah molar dan premolar
maksila.
1-3,5
Pada sebagian besar pasien atypical odontalgia tidak dijumpai adanya penyakit atau penyebab lain. Pada sebagian kecil pasien atypical odontalgia dijumpai
gejala yang serius seperti stres dan depresi.
10
Informasi epidemiologi menunjukkan bahwa 3-6 nyeri atypical odontalgia terjadi setelah perawatan endodonti.
1
2.3 Etiopatogenesis
Atypical odontalgia umumnya terjadi setelah ekstirpasi pulpa, apikoektomi,
dan pencabutan gigi, meskipun demikian atypical odontalgia dapat juga idiopatik.
1,2,5
Trauma wajah dan pemblokan saraf alveolaris inferior juga ditemukan sebagai penyebab atypical odontalgia. Atypical odontalgia juga sering diragukan dengan
komplikasi paska perawatan normal atau komplikasi dari paska trauma.
1
Patofisiologi atypical odontalgia masih belum jelas, dapat idiopatik, gangguan kejiwaan, atau gangguan saraf. Teori lain menyatakan terputusnya sistem
saraf afferen deafferentasi yaitu hilangnya atau gangguan serabut saraf sensori akibat luka traumatik yang menyebabkan perubahan pada sistem saraf tepi, saraf
pusat, dan saraf otonom.
1-3,11
Deafferentasi ini menyebabkan nyeri kronik dan gejala lain seperti paresthesia dan dysesthesia. Mekanisme lain dari patogenesis nyeri
atypical odontalgia adalah sensitisasi serabut saraf, regenerasi saraf afferent yang
berdekatan, aktivasi saraf simpatik afferent, aktivasi silang afferen, hilangnya mekanisme penghambat dan perubahan phenotypic saraf afferen.
1
Nyeri atypical odontalgia memiliki mekanisme yang bervariasi, ada yang ringan, kompleks, dan ada yang tidak jelas. Kerusakan saraf tepi mudah dideteksi.
Pada bagian saraf tulang alveolar yang rusak, hiperaktif saraf menyebabkan terjadinya nyeri yang menetap. Nyeri sering menetap dengan blok anestesi.
Hiperaktivitas CNS dapat menyebabkan nyeri yang menetap pada gigi. Kerusakan
saraf tepi dapat menyebabkan perubahan pada cabang kedua saraf trigeminal yang bersinaps dengan nosiseptor saraf nyeri. Perubahan terjadi secara memusat dimana
transmisi nyeri terjadi secara terus-menerus ke pusat cortical yang lebih tinggi.
13
2.4 Diagnosa