saraf tepi dapat menyebabkan perubahan pada cabang kedua saraf trigeminal yang bersinaps dengan nosiseptor saraf nyeri. Perubahan terjadi secara memusat dimana
transmisi nyeri terjadi secara terus-menerus ke pusat cortical yang lebih tinggi.
13
2.4 Diagnosa
Diagnosa berdasarkan gejala primer seperti lokasi nyeri dan sifat nyeri, dan pengeliminasian penyakit lain yang memiliki gejala yang hampir sama dengan
atypical odontalgia . Tes yang mungkin digunakan adalah diagnostic dental x-ray,
panoramix, CT scan, dan MRI. Jika anestesi blok tidak dapat mengurangi nyeri atau
memberi hasil yang meragukan, maka dapat didiagnosa sebagai atypical odontalgia
.
14
Kriteria diagnosa atypical odontalgia menurut Graff-Radfort dan Solberg pada tahun 1992 adalah nyeri pada gigi dan sekitar gigi, nyeri yang terus-
menerus dan menetap lebih dari 4 bulan, tidak diketahui lokasi nyeri, serta nyeri tidak hilang dengan anestesi blok.
1-3,6
Pada tahun 1995, Pertes dkk memperbaharui kriteria tersebut dengan menambahkan kriteria diagnosa atypical odontalgia yaitu nyeri yang
tidak berespon terhadap perawatan gigi.
1,2
2.5 Perawatan
Hal yang paling penting diketahui adalah bahwa tindakan dental harus dicegah dalam perawatan atypical odontalgia. Beberapa literatur menyatakan bahwa
perawatan farmakologi sering berhasil dalam perawatan atypical odontalgia. Berikut ini adalah beberapa nama-nama obat yang telah dicoba dan efektif untuk mengontrol
nyeri atypical odontalgia :
3
- Gabapentin
- Clonazepam
- Baklofen
- Aspirin
- Phentolamine infusion
- Kokain
- Doxepin
- Monoamine oxidase inhibitors
- Opioid
- Suntikan anestesi lokal dan kortikosteroid
- Penghambat saraf simpatik dan parasimpatik
- Topical capsaicin
- Eutectic mixture of lidocaine dan prilocaine bases.
Obat yang paling efektif adalah trisiklik antidepressan seperti Amitriptilin sendiri atau kombinasi dengan phenothiazin.
2,3
Hasilnya biasanya baik dan pada banyak pasien dapat menghilangkan rasa nyeri dengan sempurna. Marbach
melaporkan 17 dari 25 kasus atypical odontalgia berhasil dirawat dengan trisiklik antidepressan. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Brooke, yang mana 50 dari 22
pasien sembuh permanen dengan trisiklik antidepressan.
3
Perawatan di mulai dengan dosis 20-25 mg amitriptilin yang digunakan untuk mengontrol nyeri dan efek
samping. Dosis ini digunakan sampai nyeri membaik, biasanya ditingkatkan sampai 75 mg per hari, tetapi efek samping yang terjadi dapat mencegah dokterklinisi
meningkatkan dosis. Penting untuk membicarakan efek samping obat ini kepada
pasien. Efek samping amitriptilin adalah pening, ngantuk berat, sakit kepala, xerostomia, konstipasi, meningkatkan nafsu makan dan berat badan, nausea,
hipotensi, aritmia, takikardia, gelisah, sedasi, dan diare.
2,3
Antidepresan yang lain yang memiliki efek yang sama adalah imipramin, sedangkan nortriptilin
menyebabkan rasa ngantuk, hipotensi dan arritmia yang tidak seberat pada amitriptilin. Gejala tidak dapat dikontrol dengan penggunaan tunggal trisiklik
antidepressan, tetapi phenothiazin dapat digunakan untuk pengobatan.
3
Meskipun demikian, perhatian khusus seharusnya diberikan kepada respon pasien terhadap pengobatan antidepressan karena efek samping termasuk tardive
dyskinesia , yang disebut dengan penyakit extrapyramidal permanen. Kegunaan
antidepressan seharusnya dikurangi pada kasus-kasus yang tidak dapat disembuhkan dan dosisnya seharusnya dikurangi dan tidak dilanjutkan setelah nyeri terkontrol.
3
BAB III NEURALGIA TRIGEMINAL