Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu aspek yang paling menjadi tantangan dan manfaat bagi dokter adalah mendiagnosa dan merawat rasa nyeri. Diperkirakan 22 populasi umum mengalami rasa nyeri orofasial pada periode 6 bulan sekali. Selain itu, rasa nyeri yang menetap dan kronik lebih banyak terjadi di regio kepala dan leher daripada di bagian tubuh yang lain. Dalam mendiagnosa rasa nyeri orofasial sering terjadi kesalahan. 1 Menurut Asosiasi Internasional untuk penelitian rasa nyeri International Association for Study of Pain = IASP, rasa nyeri fasial kronik menyebabkan terjadinya gejala paling sedikit 6 bulan sekali. Diagnosa atypical merupakan diagnosa akhir setelah diagnose lain dipertimbangkan. Atypical facial pain mempunyai tanda khas yaitu kronik, rasa sakit yang konstan tanpa adanya penyebab yang terlihat pada wajah dan otak. Banyak sumber informasi menyatakan bahwa semua rasa sakit wajah yang tidak jelas sumbernya disebut Atypical facial pain. 1 Atypical odontalgia, atau phantom tooth pain, adalah variasi dari atypical facial pain yang mana rasa sakit yang intensif berpusat di sekitar satu atau beberapa gigi tanpa adanya penyakit gigi atau mulut yang terlibat. Selain atypical odontalgia, terdapat berbagai nyeri yang terjadi pada regio orofasial, diantaranya sekitar 10-50 dapat terjadi pada populasi. 1-9 Penyakit yang kurang sering terjadi yang dapat dikacaukan dengan atypical odontalgia adalah trigeminal neuralgia. Trigeminal neuralgia memiliki nyeri yang tajam dengan beberapa tanda patologi dan nyeri terlokasi pada gigi. 3 Meskipun kasus atypical odontalgia sering terjadi, tetapi kesalahan dalam mendiagnosa kasus tersebut sering terjadi. Contohnya, seorang wanita 64 tahun mengalami nyeri yang tajam pada gigi kiri bawah. Dia mengalami serangan nyeri setelah melakukan pemeriksaan rutin 4 minggu sebelumnya. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dia menggantikan tambalan amalgam dengan tambalan komposit pada gigi 34 dan 36. Namun, rasa nyeri pasien tidak juga hilang. 1 Pemeriksaan klinik pada gigi 34 dan 36 adalah bahwa tambalan direstorasi dengan baik serta kontak oklusal dan proksimalnya bagus. Tidak ada tanda-tanda inflamasi gingiva atau keadaan patologi. Pasien melaporkan bahwa gigi 35 dirawat saluran akar sekitar 20 tahun yang lalu dan gigi tersebut telah direstorasi dengan mahkota sekitar 3 tahun yang lalu. Perkusi, palpasi, dan tes oklusi pada kuadran 2 dan 3 negatif. Semua gigi memberi respon normal terhadap tes dingin. Tidak ada gambaran patologi pada pemeriksaan radiografi. 1 Pasien tidak pernah mengalami nyeri spontan. Dilakukan pemeriksaan dengan rangsangan mekanis pada permukaan akar bukal gigi 36 dan menghasilkan serangan nyeri elektrik yang tajam pada daerah gigi tersebut. Permukaan akar gigi 36 disensitisasi dengan sistem etsa bonding. Pasien juga diberi pasta Sensodyne untuk digunakan sendiri. 1 Namun nyeri masih menetap walaupun telah dilakukan perawatan. Oleh karena itu, dokter gigi mengkonsulkan pasien tersebut pada dokter bedah mulut. Dokter bedah mulut melakukan pemeriksaan dan menyimpulkan tidak adanya gejala patologi dan rasa nyeri yang terjadi adalah suatu keadaan neuropatik. Para dokter mendiagnosa dua kemungkinan penyakit yaitu trigeminal neuralgia dan atypical odontalgia . 1 Dokter bedah mulut memberikan carbamazepine 200 mg sebanyak 3 kali sehari. Nyeri berkurang setelah 2 minggu. Berlawanan dengan anjuran ahli bedah, pasien tidak mau melanjutkan pengobatan setelah 5 minggu karena dia percaya bahwa nyerinya telah hilang. Untungnya, nyeri tidak kembali lagi. 1 Kasus tersebut menunjukkan kesulitan dalam mendiagnosa dan melakukan perawatan terhadap nyeri orofasial tersebut karena gejala dan reaksi pasien terhadap pemeriksaan klinik dipengaruhi oleh emosi dan komponen fisik. 1 Interpretasi pasien terhadap ketidaknyamanan tidak dapat menunjukkan tempat terjadinya keadaan patologi. Perawatan pengobatan yang dilakukan hanya untuk memperkuat diagnosa nyeri neuropatik. 1 Kebanyakan dalam menangani kasus tersebut dokter gigi memberikan perawatan yang tidak tepat dan berharap nyeri pasien akan berkurang, namun hasilnya tidak adanya perbaikan yang dialami pasien. 1,2 Hal ini menjadi tantangan bagi dokter gigi dalam mendiagnosa dan merawat kasus-kasus tersebut karena kasus-kasus tersebut sangat kompleks dan sulit untuk didiagnosa. 2 Keberhasilan dalam mendiagnosa nyeri orofasial sangat tergantung pada perjalanan nyeri yang lengkap dan jelas, pemeriksaan klinik yang lengkap pada wajah dan organ lain yang berhubungan, serta pengetahuan mengenai kondisi-kondisi yang menghasilkan nyeri orofasial. Hal-hal tersebut penting untuk membedakan nyeri atypical odontalgia dengan rasa nyeri orofasial. 2

1.2 Rumusan Masalah