Berkurangnya afek dan emosi terhadap sesuatu atau semua hal disertai dengan perasaan terpencil dan tidak peduli.
n. Amarah
Suatu bentuk kemurkaan atau permusuhan yang sering dinyatakan dalam bentuk agresif.
o. Depresi
Yaitu perasaan sedih tertekan. Gejala psikis: seduh, susah, tidak berguna, gagal, putus asa, tak ada harapan. Gejala somatic: anorexsia,
kulit lembab, tekanan darah dan nadi turun, tidak semangat, sulit tidur. Ada depresi yang disertai dengan penarikan diri dan ada pula
yang dengan kegelisahan dan agitasi. p.
Kecemasan Ansietas Yaitu jawaban emosi yang sifatnnya antisipatif, jawaban awal
sebelum ada pertanyaan. Gejala psikis: perasaan gundah, khawatir, gugup, tegang, cemas, taka man, lekas terkejut, emosi labil, mudah
tersinggung, apatis, perasaan salah tidak pada tempatnya. Gejala somatic: keluar keringat dingin, sulit bernafas, gangguan lambung,
berdebar-debar, tekanan darah meninggi, dan sebagainya.
23
3. Faktor penyebab gangguan emosi
Dalam kehidupan manusia, emosi memegang peranan yang amat penting. Tanpa emosi, fungsi mental seseorang tidak dapat dipertahankan
dengan memuaskan. Jadi emosi sama dengan jantunganya jiwa. Kalau jantungnya berhenti, jasmaninya akan mati. Kalau emosinya berhenti
23
Baihaqi, dkk, Psikiatri, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, h. 111-114.
berfungsi maka matilah jiwanya. Dengan demikian emosi, manusia memiliki kekuatan yang maha hebat. Ia mampu mengaktifkan dan memberi
energi pada seluruh aktifitas manusia. Ia merupakan pemberi kekuatan, kegairahan, semangat, kenikmatan, dan tenaga hidup. Namun demikian,
emosi juga dapat berfungsi sebaliknya, melemahkan dan menurunkan. Dalam kaitanya dengan belajar, emosi juga mampu berperanmeningkatkan
dan mendorong aktivitas berfikir, kontrol diri, pemahaman moral, dan bertindak bagi seseorang.
Kapan emosi mampu berperan sebagai pendorong atau penghambat aktivitas manusia, sangat tergantung pada batas penerimaan masing-masing
individu. Jadi dalam batas-batas tertentu, emosi sangat bermanfaat bagi aktifitas manusia, sedangkan batas-batas tertentu tersebut sifatnya subyektif
dan individual. Bilamana emosi tersebut sudah begitu keras malampaui batas penerimaan atau nilai kritik individu sehingga fungsi individu itu
tergganggu, maka dinyatakan emosinya terganggu. Mungkin sebagai pendorong ataupun penghambat, tetapi sudah diluar kewajaran karena
sifatnya berlebihan.
24
Emosi juga dapat dikatakan menjadi sebuah gangguan apabila tidak memenuhi salah satu kriteria yang menunjukan emosi yang normal, yaitu
antara lain: a.
Emosi itu dapat diramalkan dan cocok yakni emosi itu berguna, diharapkan, dan relevan dengan situasi stimulus.
24
Ibid. , h. 107.
b. Emosi semestinya tidak berlangsung lama atau berhenti dengan
mendadak, mengingat sifat dan pentingnya keadaan yang menimbulkan reaksi emosional.
c. Emosi yang diungkapkan tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu
kuat dalam hubungannya dengan situasi.
25
Dapat disimpulkan bahwa gangguan emosi merupakan suatu ungkapan rasa yang tidak tepat, dimana ada ketidak cocokan antara sifat dari
emosi yang diungkapkan dan situasi yang menyebabkannya.
25
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 262.
BAB III GAMBARAN UMUM BENGKEL ROHANI
A. Sejarah dan perkembangan
Sejarah pendirian Bengkel Rohani tidak bisa dipisahkan dari pendirinya yaitu Ustadz Abu Aqila, yang bernama asli Sunarsi Sokiman.
Diawali dengan kepergian istri pertama beliau yang wafat pada tahun 1998 diakibatkan sihir setan dari golongan jin sihir al-Hasadi setelah
sebelumnya diperiksakan penyakit aneh tersebut ke RSCM dan para dokter di sana tidak mampu mendeteksi penyakit itu hasilnya negatif.
Sebelumnya meninggal mendiang istri tercinta, beliau sempat bertemu atas petunjuk Allah Swt dengan KH. Kasman Sudja’i alm., tabib yang khusus
menangani secara islami orang yang terkena gangguan jin. Setelah ditangani oleh kiai tersebut, gangguan jin di tubuh istri beliau dapat sembuh. Namun
karena fisiknya sudah terlanjur lemah, akhirnya ia wafat. Dari peristiwa tersebut, Abu Aqila bertekad mendalami masalah
terapi gangguan jin. Motivasinya, agar kejadian yang menimpa istrinya tidak terulang pada orang lain. Minimal dapat memberikan pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang Islami. Antara 1998 hingga 1999 kurang lebih selama 4 bulan, sebelum KH. Sudja’i
wafat, beliau mempelajari terapi gangguan jin dari kiai tersebut. Hasil belajarnya tersebut, kini beliau abadikan ke dalam buku “Kesaksian Raja Jin
– Meluruskan Pemahaman Alam Gaib dengan Syariat”. Saat ini buku tersebut telah masuk kategori Best Seller.
34