Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai

c. Stelsel Campuran Stelsel campuran merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan. Pengenaan pajak dilakukan pada awal tahun berjalan berdasarkan anggapan yang ditentukan Undang-undang, dan kemudian jumlah pajak terutang dikoreksi pada akhir tahun. Apabila jumlah pajak yang ditentukan pada awal tahun lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pajak yang dihitung pada akhir tahun, maka koreksi dilakukan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Dan apabila sebaliknya, maka koreksi dilakukan untuk menentukan besarnya pajak yang lebih dibayar dan dimintakan restitusi pengembalian.

F. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai

Yang termasuk dalam subjek pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, yaitu: 1. Pengusaha Kena Pajak. Yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak yaitu pengusaha yang apabila melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danatau jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto danatau penerimaan bruto melebihi Rp. 600.000.000,00 selama satu tahun buku. 2. Pengusaha Yang Memilih Menjadi Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kecil yang memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak, yaitu Pengusaha Kecil yang termasuk ke dalam: a. Eksportir b. Pedagang yang menjual Barang Kena Pajak kepada pengusaha Kena Pajak. 3. Orang Pribadi atau Badan yang Melakukan Pembangunan Rumahnya Sendiri Dengan Persyaratan Tertentu, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 332KMK.032002 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-387PJ.2002 yaitu: a. Pembangunan tersebut dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi, yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain. b. Peruntukan bangunan tersebut adalah untuk tempat tinggal atau tempat usaha. c. Luas bangunan 200 m 2 atau lebih. d. Bangunan bersifat permanen. e. Tidak dibangun dalam lingkungan real estate. 4. Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan barang Kena Pajak tidak berwujud atau jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 5. Subjek Pajak Pajak Pertambahan Nilai yang diwajibkan oleh Undang-undang dalam rangka membantu pemerintah melakukan mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai. Sedangkan yang termasuk objek pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, yaitu: 1. Penyerahan Barang Kena Pajak, berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut: a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak. b. Barang yang tidak berwujud yang dikenakan merupakan barang Kena Pajak tidak berwujud. c. Penyerahan dilakukan di Daerah Pabean. d. Penyerahan dilakuakan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan pengusaha yang bersangkutan. 2. Impor Barang Kena Pajak. 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh pengusaha, berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut: a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak. b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean. c. Penyerahan dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan pengusaha yang bersangkutan. 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. 7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam lingkungan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan. 8. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan. Barang Kena Pajak sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 ayat 2 dan 3 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 adalah barang yang berwujud dan tidak berwujud yang menurut sifat dan hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak yantg dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jenis barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2000 pasal 4A ayat 2 dan Peraturan Pemerintah Nomor 144 tahun 2000 pasal 1 - 4, yaitu: 1. Barang hasil Pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil langsung dari sumbernya, yaitu: a. Minyak mentah b. Gas bumi, dalam hal ini tidak termasuk gas bumi yang siap dikonsumsi langsung olrh masyarakat seperti elpiji; c. Panas bumi; d. Pasir dan kerikil; e. Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan f. Biji besi, biji timah, biji emas, biji tembaga, biji nikel, dan biji perak serta biji bauksit. 2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu: a. Beras; b. Gabah; c. Jagung; d. Kedelai; e. Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium. 3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya. Dalam hal ini baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh jasa boga atau catering. 4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. Sedangkan Jasa Kena Pajak sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 ayat 5 dan 6 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2000 pasal 4A ayat 3 dan Peraturan Pemerintah Nomor 144 tahun 2000 pasal 5 - 16, yaitu: 1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik, meliputi: a. Jasa dokter umum, dokterspesialis, dan doktergigi; b. Jasa dokter hewan; c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi; d. Jasa kebidanan, dukun bayi; e. Jasa paramedis, parawat; f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium; dan g. Jasa pengobatan alternatif, psikolog, dan paranormal. 2. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi: a. Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo; b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial; c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan; d. Jasa Lembaga Rehibilitasi kecuali yang bersifat komersial; e. Jasa pemakaman termasuk krematorium; f. Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial. 3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko; 4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, meliputi: a. Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak perjanjian, serta anjak piutang; b. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan c. Jasa sewa guna usaha dengan hak opsi. 5. Jasa di bidang keagamaan, meliputi: a. Jasa pelayanan rumah-rumah ibadah; b. Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan c. Jasa lainnya di bidang keagamaan. 6. Jasa di bidang pendidikan, meliputi: a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional; dan b. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus. 7. Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan, termasuk Jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma; 8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial; 9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air; 10. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi: a. Jasa tenaga kerja; b. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja. 11. Jasa di bidang perhotelan, meliputi: a. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan b. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel. 12. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, termasuk didalamnya jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, serta pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

G. Pajak Pertambahan Nilai Yang Ditanggung Pemerintah