PENDAHULUAN Praktik pemungutan pajak pertambahan nilai dalam perspektif hukum islam

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Telaah ilmiah terhadap ajaran agama Islam adalah untuk kepentingan umum dalam kehidupan duniawi sebagai persiapan menghadapi kehidupan ukhrawi. Karena itu ajaran Islam tidak hanya mempelajari ataupun mendalami masalah teologi dan ritual semata, tetapi juga mencakup persoalan politik, ekonomi dan sosial budaya. Islam memandang bahwa harta kekayaan dan penghasilan yang diperoleh oleh manusia dari berbagai kegiatan ekonomi merupakan harta yang dimiliki oleh Allah Swt. dan diamanatkan kepada manusia. Oleh karena itulah, di dalam harta tersebut terdapat hak orang lain dan salah satu cara untuk membelanjakan harta tersebut yaitu dengan membayar zakat untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya berdasarkan al-Qur’an dan hadits, serta membayar pajak kepada negara untuk digunakan dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini sesuai dengan perkataan yang dilontarkan oleh Ali bin Abi Thalib, seperti yang dikutip oleh B. Wiwoho yang mengatakan bahwa negara itu ibarat sebuah taman. “Pagar yang menjaga keselamatan taman itu adalah undang-undang, yaitu kekuasaan yang wajib ditaati. Taat dan kepatuhan rakyat kepada undang-undang itulah yang menjadi sebab teguhnya pemerintahan. Pemerintah itu adalah ibarat pengembala dan pengawal keselamatan negara yang didukung oleh tentara yang kuat. Tentara itu adalah alat negara yang harus ditanggung semua keperluannya oleh kas negara dan kas negara itu dikumpulkan dari rakyat…” 1 Pada zaman Rasulullah saw., sisi penerimaan APBN terdiri atas kharaj sejenis pajak tanah, zakat, khumsghanimah pajak 5 1 dari harta rampasan perang, jizyah sejenis pajak atas badan orang non muslim, dan penerimaan lain-lain diantaranya kaffarah denda. 2 Lain halnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab RA yang menerapkan ‘usyr pajak 10 1 dari hasil perdagangan. Oleh karena itulah ‘usyr bukan bersumber dari al-Qur’an dan bukan pula dari Sunnah nabi SAW, akan tetapi bersumber dari ijtihad para sahabat. 3 Negara Indonesia merupakan negara yang besar dan tentunya dengan permasalahan yang besar pula, terutama dalam permasalahan di bidang perekonomian. Oleh karena itulah, pemerintah mempunyai tiga fungsi utama, yang oleh Musgrave dan Musgrave disebut sebagai Fiscal Function seperti yang dikutip oleh Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, yaitu: 1. Mengatasi masalah inefisiensi dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, 1 B. Wiwoho., et., al., Zakat dan Pajak, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 1992, Cet.ke 3, h.35. 2 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, cet.ke 1, h. 25. 3 Quthb Ibrahim Muhammad, Kebijakan Ekonomi Umar bin Khaththab, Jakarta, Pustaka Azzam, 2002, cet.ke 1, h. 100. 2. Mendistribusikan penghasilan dan kekayaan kepada masyarakat sehingga tercapai masyarakat yang adil dan makmur, serta 3. Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari fluktuasi perekonomian dan menjaga menjamin tersedianya lapangan kerja memperkecil tingkat pengangguran serta penjaga stabilitas harga. 4 Pada umumnya negara mempunyai sumber-sumber penghasilan yang terdiri dari: 1. Bumi, air dan kekayaan alam. 2. Pajak-pajak, bea dan cukai. 3. Penerimaan Negara, Bukan Pajak non tax. 4. Hasil Perusahaan Negara. 5. Sumber-sumber lain. 5 Saat ini, pajak merupakan kontributor terbesar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN kita yang berarti perannya sangat besar bagi kelangsungan pembangunan bangsa ini. 6 Pemerintah tidak dapat semena-mena untuk dapat menarik pendapatan yang berasal dari pajak. Oleh karena itulah, penarikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah harus berdasarkan pada azas keadilan serta hukum pajak yang diletakkan dalam pasal 23 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 Republik 4 Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan Teori dan Aplikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, ed.ke 1, h. 3. 5 H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, ed.Revisi, cet.ke 4, h. 11. 6 Achmad Tjahjono dan Muhammad Fakhri Husein, Perpajakan, Yogyakarta, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005, ed. 3, cet.ke 1, h. 2. Indonesia yang berbunyi: “segala pajak untuk kegunaan kas negara berdasarkan undang-undang”. Jadi setiap pajak yang dipungut oleh pemerintah harus berdasarkan Undang- undang, sehingga tidak mungkin ada pajak yang hanya dipungut berdasarkan Keputusan Presiden atau berdasarkan Peraturan Pemerintah atau berdasarkan peraturan-peraturan lain yang lebih rendah daripada Undang-undang. 7 Lain halnya dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak serta Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-undang pajak. Selain itu pula berbagai peraturan daerah, baik Peraturan Daerah Propinsi maupun Peraturan Daerah KabupatenKota, yang mengatur tentang pemberlakuan suatu jenis pajak daerah di suatu propinsi atau kabupatenkota. Lahirnya Undang-undang Pajak Nasional, sebagai pengganti undang-undang pajak yang berlaku sebelumnya yang isinya sebagian besar berasal dari zaman Hindia Belanda, seperti Ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925, Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932 dan Ordonansi Pajak Pendapatan tahun 1944. 8 Merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan sampai sekarang, sehingga kelahirannya memiliki arti sejarah bagi bangsa dan negara. Undang-undang Pajak Nasional ini terdiri dari: 7 Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan I, Bandung, PT. Rafika Aditama, 1998, ed. Revisi, cet.ke 5, h. 7. 8 Wiwoho, Zakat dan Pajak, h. 39. 1. Undang-undang No. 6 tahun 1983 yang telah diubah untuk kedua kalinya, dan terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara Perpajakan. 2. Undang-undang No. 7 tahun 1983 yang telah diubah untuk ketiga kalinya, dan terakhir dengan Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan PPh. 3. Undang-undang No. 8 Tahun 1984 yang telah diubah untuk kedua kalinya, dan terakhir dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa PPN dan Pajak Penjualan atas barang Mewah PPnBM. 9 Selain undang-undang yang tertera pada undang-undang pajak nasional, terdapat undang-undang yang mengatur tentang pemungutan pajak, yaitu: 1. Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1994. 2. Undang-undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Materai. 3. Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2000. 4. Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 9 Bohari, Pengantar Hukum Pajak, h. 5. Undang-undang No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang lebih dikenal dengan Undang-undang pajak Pertambahan Nilai 1984 merupakan salah satu produk reformasi sistem perpajakan nasional tax reform 1983. sebagai pengganti Undang- undang No. 19 Tahun 1951 Drt. Jo Undang-undang No. 35 Tahun 1953 tetang Pajak Penjualan, Undang-undang PPN 1984 ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 1985. 10 Dalam perjalanannya, UU Nomor 8 Tahun 1983 ini telah dua kali diubah yaitu: 1. Mulai 1 januari 1995 diubah dengan UU Nomor 11 Tahun 1994 meliputi pasal 1 sampai dengan pasal 17 berurutan. 2. Mulai 1 Januari 2001 diubah untuk yang kedua kalinya dengan UU Nomor 18 tahun 2000 meliputi pasal 1 sampai denga pasal 16C namun tidak berurutan. 11 Berdasarkan atas dasar hukum tersebut, maka pemerintah mewajibkan kepada warga negaranya untuk membayar pajak yang merupakan salah satu sumber utama pendapatan pemerintah pusat maupun daerah yang berguna untuk pengeluaran- pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment, dan diambil dari sebagian kekayaan warganya tanpa mendapatkan prestasi-kembali dari negara dari pembayaran atau penyetoran pajak. 10 Untung Sukardji, Pajak Pertambahan Nilai, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, ed. Revisi, cet.ke 6, h. 15. 11 Untung Sukardji, Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet.ke 2, h. 16. Oleh karena itulah apabila terdapat kelalaian dalam membayar atau menyetor pajak maka pemerintah yang dalam hal ini fiskus dapat menagih pajak dengan memberikan surat paksa berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pemungutan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000, akan tetapi apabila terdapat suatu perselisihan maka dapat ditindak dengan hukum yang berlaku, berdasarkan UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menggantikan UU No. 17 tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak. Pajak Pertambahan Nilai PPN mulai populer di Indonesia pada 1980-an karena relatif mudah bagi pemerintah untuk memungutnya. Berbeda dengan Pajak penghasilan PPh yang dipungut setelah berlalunya kurun waktu tertentu dan kemungkinan timbulnya perselisihan atas jumlah pajak yang harus dibayar, Pajak Pertambahan Nilai PPN dipungut tunai ketika barang terjual dan jumlahnya jelas. Sepintas, Pajak Pertambahan Nilai PPN tampak memang lebih mudah, tetapi ternyata menimbulkan ekses negatif pada harga dan jumlah yang diperdagangkan. 12 Akan tetapi dari banyaknya Undang-Undang pajak yang berlaku di Indonesia, tidak terdapat Undang-Undang yang mendefinisikan pajak secara rinci. Hal ini tampaknya terkait dengan definisi pajak itu sendiri, yang apabila di definisikan maka akan terlihat jelas bahwa pajak itu merupakan salah satu alat kepentingan penguasa. 13 Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada pembahasan ini penulis tertarik untuk 12 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, h. 46. 13 Gusfahmi,Pajak menurut Syariah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, ed.ke 1, h. 24. membahas masalah perpajakan dengan judul “Praktik Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Perspektif Hukum Islam”. Pembahasan ini berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pembatasan dan Perumusan Masalah Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara harus berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh rakyat dalam negara tersebut. Dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat suatu negara harus mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak. Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka terlihat betapa seriusnya pemerintah dalam upaya untuk memungut pajak dari warga negaranya, walaupun tidak terdapat Undang-Undang yeng menjelaskan serara rinci dari definisi pajak itu sendiri. Tertarik dengan hal itu, maka pada pembahasan penelitian ini penulis berupaya mengkaji lebih jauh tentang pemungutan Pajak pertambahan Nilai PPN. Penulis ingin merumuskan beberapa hal yang terkait dalam pembahasan skripsi ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kedudukan pajak dan zakat dalam Islam? 2. Bagaimanakah teori dan aplikasi peraktik pemungutan Pajak Pertambahan Nilai PPN menurut hukum Islam? Tujuan dan Manfaat Penelitian Pembahasan dalam penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang peraktik pemungutan Pajak Pertambahan Nilai PPN. Selanjutnya, di harapkan dapat memeperoleh gambaran yang jelas mengenai hal tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dengan jelas kedudukan pajak dan zakat dalam hukum Islam. b. Untuk mengetahui dengan jelas teori dan aplikasi peraktik pemungutan Pajak Pertambahan Nilai PPN menurut hukum Islam. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu : a. Manfaat yang bersifat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang perpajakan di Indonesia, khususnya Pajak Pertambahan Nilai PPN. b. Manfaat yang bersifat praktis, sebagai upaya bagi pemerintah untuk membuat Undang-Undang yang mengatur tentang pemungutan pajak yang sesuai dengan hukum Islam. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif normatif yaitu suatu penelitian yang bersumber dari bahan bacaan yang dilakukan dengan cara penelaahan naskah. Data-data yang diperlukan dalam pembahasan skripsi ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini. Dengan metode ini penulis memperoleh data dengan mengumpulkan, mempelajari serta menelaah buku-buku bacaan yang sesuai dengan judul penelitian. Sedangkan untuk metode pengumpulan data, penulis menggunakan studi pustaka serta studi dokumentasi, yaitu metode yang didasarkan pada sumber dokumen atau bahan bacaan. Data yang telah terkumpul diseleksi dan disusun kemudian dianalisa dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu menerangkan secara sistematis dengan meneliti permasalahan yang ada pada tulisan ini untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan sehingga membentuk suatu karya tulis yang mencerminkan satu kesatuan yang utuh. Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”. Review Terhadap Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, penulis hanya menemukan dua penulis lain yang membahas tentang Pajak Pertambahan Nilai. Seperti yang dilakukan oleh Fauziah Tahun 2005 yang berjudul “Perbandingan Mekanisme Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Pada Kredit Kendaraan Bermotor dan Murabahah Studi Kasus BNI Konvensional dan BNI Syariah”. Isi dari penelitian yang ditulis Fauziah yaitu: Pembahasan tentang Pengertian PPN, Mekanisme Pemungutan PPN, Objek dan Subjek PPN, Dasar Pengenaan Pajak, serta Tarif PPN, Pengertian Kredit dan Unsur-unsurnya, Jenis-jenis Kredit, Analisis Penentuan Besarnya kredit untuk konsumtif, Definisi Murabahah, Landasan Syariah, Jenis-jenis Murabahah serta aplikasinya dalam perbankan Islam. Sedangkan kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan Fauziah yaitu: a. Komposisi angsuran yang ada pada kredit kendaraan maupun murabahah hampir sama, yaitu sama-sama dalam angsuran tersebut terdiri dari nilai pokok dan harga jual termasuk PPN dan PPnBM. Yang membedakan yaitu, pada kredit terdiri dari bunga, sedangkan murabahah terdiri dari margin atau nisbah bagi hasil. b. Komponen bungan terdiri dari cost of fund, biaya operasional, cadangan resiko kredit macet, laba yang diinginkan serta pajak. c. Komponen murabahah terdiri dari peta persaingan, target pembiayaan, target dana pihak ketiga, target pendapatan, dan target biaya operasional. d. Penghitungan kredit dengan Efektif In Area Rates Sliding Rate, sedangkan murabahah dengan Flat Rate. e. Pengenaan PPN pada kredit kendaraan dan murabahah dilakukan sekali yaitu pada saat penyerahan barang dari supplierdealer kepada nasabah. f. Penghitingan PPN berdasarkan mekanisme kredit pajak. g. Belum adanya kepastian hukum dalam pengenaan PPN pada transaksi murabahah. Sedangkan penulis lainnya yaitu Nurahdiyani HM tahun 2007 yang berjudul, Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Pajak Pertambahan Nilai Pada Produk Murabahah di Bank Muamalat Indonesia. Isi dari penelitian Nurahdiyani yaitu: Pengertian serta jenis-jenis Pajak, Gambaran Umum Pajak Pertambahan Nilai, Pengertian, Mekanisme, Karakteristik, Tipe Pemungutan, Prinsip Pemungutan, Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak, Objek dan Subjek PPN, Dasar Pengenaan serta Tarif PPN, Pengertian Murabahah, landasan Syariah, Syarat-syarat, Jenis murabahah kepada pemesan pembelian, aplikasinya dalam perbankan. Sedangkan kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan Nurahdiyani HM yaitu: a. Bank Muamalat Indonesia mengenakan PPN hanya sekali yaitu pada saat pembelian barang kepada supplier. b. Murabahah merupakan produk pembiayaan dalam rangkan perantaraan antara pemilik dana dan pengguna dana. c. SK Dirjen Pajak No. 243 dan No. 271, tanggal 04 September 2003 menetapkan bahwa murabahah menjadi produk yang dikenai pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang masih berlaku. d. Adanya ketidak pastian hukum dalam pengenaan PPN pada transaksi murabahah. Sedangkan pada pembahasan skripsi ini penulis membahas tentang PPN termasuk di dalamnya sejarah pemungutan, pengertian dasar pengenaan, penghitungan serta pengkreditannya, subjek dan objek, PPN yang ditanggung oleh pemerintah, faktur pajak, dan karakteristik. Sedangkan dalam hukum Islam, penulis membahas tentang pengertian hukum Islam itu sendiri, pajak dalam Islam, sejarah pemungutan zakat dan pajak dalam Islam, dasar hukum pemungutan pajak dalam Islam, persamaan antara zakat dan pajak, serta karakteristik pajak dalam Islam. Sedangkan kesimpulan dari tulisan ini yaitu: a. Pajak dikenal dalam hukum Islam dengan sebutan al-dharibah yang memiliki arti beban, wajib, tetap, tentu, dan lain-lain. Sedangkan zakat memiliki arti bersih, suci, berkah, maslahat, dan berkembang. Diantara keduanya terdapat persamaan dan perbedaan. b. Pajak Pertambahan Nilai tidak boleh dipungut, karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Diantaranya yaitu, tidak adanya perbedaan dalam pengenaan tarif pajak yaitu orang yang berpenghasilan rendah serta orang yang berpenghasilan tinggi, tidak adanya kejelasan objek pajak baik yang halal maupun yang haram. Serta PPN tidak dapat diqiyaskan dengan ‘ushr karena ‘ushr merupakan penyeimbangatas apa yang dilakukan oleh orang kafi terhadap orang muslim. Dari uraian tersebut diatas semua dapat ditarik kesimpulan bahwa skripsi yang ditulis oleh Fauziah tahun 2005 dan Nurahdiyani HM tahun 2007 serta penulis terdapat perbedaan dalam pemabahasannya walaupun berpusat pada pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, karena Fauziah tahun 2005 dan Nurahdiyani HM tahun 2007 membahas tentang pengenaan PPN pada produk murabahah dalam perbankan sedangkan penulis membahas tentang hukum Islam dari pemungutan PPN itu sendiri. Sistematika Penulisan Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, penulis membagi menjadi empat bab dengan perincian sebagai berikut : Bab kesatu berisi tentang latar belakang ini menguraikan alasan dan ketertarikan penulis meneliti masalah ini, gambaran secara keseluruhan skripsi, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penulisan dan tehnik penulisan, review terhadap penelitian terdahulu serta sistematika penyusunan. Bab kedua berisi tentang kerangka teori, pada bab ini penulis akan membahas secara sekilas tentang sejarah pemungutan PPN, pengertian PPN, dasar pengenaan PPN, penghitungan PPN serta pengkreditannya, pemungutan PPN, subjek dan objek PPN, PPN yang ditanggung pemerintah, faktur pajak, karakteristik PPN Bab ketiga membahas tentang praktik pemungutan Pajak Pertambahan Nilai PPN dalam perspektif hukum Islam, yang terdiri dari: pengertian hukum islam, pajak dalam Islam, sejarah pemungutan zakat dan pajak dalam hukum Islam, persamaan antara zakat dan pajak karakteristik pajak dalam hukum Islam, serta analisa praktik pemungutan pajak pertambahan nilai PPN dalam perspektif hukum Islam. Bab keempat adalah penutup, pada bab ini penulis memberikan kesimpulan- kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.

BAB II KERANGKA TEORI