Keterbatasan Penelitian Analisis Univariat

53

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya, adapun keterbatasan-keterbatsan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemungkinan ada kesalahan dalam pengukuran tekanan darah atau penggunaan sphygnomanometer. Apalagi sphygnomanometer yang digunakan sphygnomanometer air raksa, dimana titik nol alat sphygnomanometer tidak tepat atau tidak pas letaknya, pemompaan tekanan alat yang tiba-tiba menyebabkan spasme arteri brakhialis sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat, letak posisi cuff yang tidak tepat, serta ukuran cuff yang tidak tepat. 2. Kemungkinan ada kesalahan dalam pembacaan hasil timbangan yang kurang teliti atau posisi tubuh responden yang kurang berdiri tegak dalam pengukuran berat badan. 3. Kemungkinan ada kesalahan dalam pengukuran tinggi badan dengan menggunakan meteran pada saat pengukuran posisi tubuh responden yang tidak terlalu tegak dan kurangnya ketelitian dalam pembacaan anggkanya. 4. Kemungkinan dalam pengambilan data tentang faktor resiko, ada keterbatasan seperti kurangnya pemahaman, kejujuran dan daya ingat responden. 5. Kemungkinan dalam penggalian pertanyaan stress kurang lebih dalam, selain itu ada keterbatasan seperti kurangnya motivasi, kejujuran dari responden dalam menjawab pertanyaan variabel stres karena ada faktor malu untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya.

B. Analisis Univariat

Berdasarkan data yang diperoleh secara presentasi bahwa hipertensi cukup tinggi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur yaitu sebesar 41,9 . 1. Gambaran Jenis Kelamin responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014 . Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian berjenis kelamin perempuan 67,2 sedangkan yang berjenis laki-laki 32,8. Hasil Analisis diketahui bahwa presentasi kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki- laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Kaplan 2002 yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, pada kelompok 65 tahun ke atas prevalensi hipertensi akan lebih tinggi terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Serta sejalan juga dengan pernyataan, Depkes RI, 2006c yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi lebih tinggi terdapat pada wanita. Hal ini di buktikan dari hasil penelitian Sugiri 2004 di Jawa Tengah yang mendapatkan prevalensi hipertensi pada wanita lebih besar dengan jumlah 11,6 dibandingkan laki-laki 6,0, serta laporan dari hasil penelitian Setiawan 2006 di di pulau Jawa menunjukkan hasil prevalensi hipertensi pada wanita sebesar 47,1 sedangkan pada laki-laki 36,7. Dibuktikan juga oleh hasil penelitian Hesti Rahayu 2012 yang memperoleh hasil bahwa kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pada perempuan sebesar 68,3 dibandingkan laki-laki sebesar 31,7. Kejadian hipertensi lebih besar terjadi pada jenis kelamin perempuan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dikarenakan perempuan lebih peduli untuk mengontrol penyakit hipertensinya dibandingkan laki-laki. 2. Gambaran Umur responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014 . Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa lebih dominan pada rentang umur 57-66 dengan jumlah 56 45,9 bidandingkan rentang umur 67-76 dengan jumlah 34 27,9, rentang umur 47-56 dengan jumlah 29 23,8, dan rentang umur 77-87 dengan jumlah 3 2,5. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Depkes RI, 2006c yang menyatakan bahwa tingginya kejadian hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia, karena disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sehingga akibat tersebut tekanan darah sistolik meningkat. Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, Sugiharto 2007 menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi dan merupakan salah satu faktor resiko hipertensi dimana semakin tua umur, semakin beresiko terserang hipertensi didapatkan hasil penelitian bahwa umur 36-45 tahun mempunyai resik menderita hipertensi 1,23 kali, umur 45-55 tahun beresiko 2,22 kali, dan Umur 56-65 tahun beresiko 4,76 kali dibandingkan umur yang lebih muda. Penelitian yang dilakukan oleh Indrawati, Wedhasari, dan Yudi 2009 juga menyatakan bahwa umur adalah faktor resiko paling tinggi pengaruhnya terhadap kejadian hipertensi. 3. Gambaran Riwayat Keluarga responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. Berdasarkan hasil Analisis data responden, riwayat keluarga dengan hipertensi sejumlah 71 58,2 sedangkan riwayat keluarga dengan tidak hipertensi sejumlah 51 41,8. Hasil ini sejalan dengan peryataan Black Hawks, 2005 yang menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi akan beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi. Dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dkk 2008 menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi sekitar 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseoarang yang tidak memiliki riwayat keluarga yang tidak hipertensi. Menurut hasil penelitian Hasurungan 2002 menyatakan bahwa seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi beresiko sebesar 2,035 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi. 4. Gambaran Obesitas responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. Berdasarkan hasil Analisis data obesitas didapatkan bahwa penderita hipertensi dengan obesitas sejumlah 18 14,8, sedangkan penderita hipertensi lebih besar terdapat pada penderita yang tidak obesitas sejumlah 104 85,2. Penelitian ini ada kesenjangan antara teori dengan hasil uji statistik. Dimana menurut teori sesuai hasil penelitian sebelumnya, penelitian Sihombing 2009 menyatakan bahwa obesitas berkaitan erat dengan peningkatan tekanan darah baik pada laiki-laki maupun perempuan. Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosalina 2008 menyatakan bahwa seseorang yang obesitas akan lebih beresiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang tidak obesitas. Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan bahwa hasil uji statistiknya penderita hipertensi dengan IMT yang tidak obesitas, hal ini dimungkinkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Proporsi obesitas yang rendah dimungkinkan karena responden lebih banyak pada rentang umur 57-66 tahun yang tergolong lansia, Dimana pola makan lansia pada rentang umur tersebut sudah mulai berkurang. 5. Gambaran M erokok pada responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. Berdasarkan hasil Analisis data merokok didapatkan bahwa penderita hipertensi dengan merokok sejumlah 27 22,1 dan penderita hipertensi yang tidak merokok sejumlah 92 77,9. Menurut teori Black Hawks 2005 yang menyatakan bahwa kandungan dalam rokok terdapat nikotin yang dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan meningkatkan tekanan darah perifer pada jangka waktu yang pendek, selama dan setelah merokok. Hasil penelitian Roslina 2007 yang menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian Suryati 2005 menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara merokok dengan hipertensi. Dari hasil penelitian ini ada sedikit perbedaan yaitu penderita hipertensi pada penelitian ini sebagian besar tidak merokok, tetapi untuk faktor Merokok beresiko terhadap kejadian hipertensi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar subjek penelitian yang saat ini adalah perempuan 67,2 yang bukan perokok sedangkan responden laki-laki yang merokok hanya sedikit yaitu sebesar 22,1. 6. Gambaran Konsumsi Makanan Asin pada responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. Berdasarkan hasil Analisis data konsumsi makanan asin didapatkan bahwa penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi makanan asin sejumlah 85 69,7 sedangkan penderita hipertensi yang tidak mengkonsumsi makanan asin sejumlah 37 30,3. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Dirsken dik, 2000 menyatakan bahwa konsumsi sodium akan mengaktifkan mekanisme vasopresor dalam sistem saraf pusat dan mesntimulasi terjadinya retensi air yang berakibat pada peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi yaitu hasil penelitian Sugiharto 2007 yang menyatakan bahwa seseorang yang terbiasa konsumsi makanan asin akan beresiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin. 7. Gambaran Olahraga pada responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014 . Berdasarkan hasil Analisis data olahraga didapatkan bahwa penderita hipertensi yang biasa olahraga berjumlah 26 21,3 sedangkan penderita hipertensi yang tidak pernah olahraga berjumlah 96 78,7. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dalimartha, dkk 2005 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, dan individu yang kurang aktif mempunyai resik menderita hipertensi sebesar 30-50. Hasil penelitian juga dibuktikan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh hasurungan 2002 yang menyatakan bahwa tidak melakukan aktivitas fisik mempunyai resik sebesar 2,899 kali lebih tinggi dibandingkan yang melakukan aktivitas fisik. 8. Gambaran stress pada responden di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. Berdasarkan hasil Analisis data stres didapatkan bahwa penderita hipertensi yang mengalami stres yaitu sejumlah 68 55,7 sedangkan penderita hipertensi yang tidak mengalami stres yaitu sejumlah 54 44,3. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Framinghan dalam Yusida 2001 yang menyatakan bahwa ada beberapa orang yang mengalami stress mereka beralih pada merokok, alkohol atau makan terlalu banyak, hal ini yang menyebabkan hipertensi terjadi karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang meningkatkan resiko hipertensi. Hasil penelitian sebelumnya yang sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hesti Rahayu 2012 menyatakan bahwa stress mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh suheni 2007 didapatkan bahwa responden yang mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki stres. 61

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN