xviii
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Lampiran 1 : Surat Pemberian Izin Studi Pendahuluan
2. Lampiran 2
: Surat Pemberian Izin Penelitian 3.
Lampiran 3 : Surat Pemeberian Izin Pengambilan Data
4. Lampiran 4
: Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian 5.
Lampiran 5 : Lembar Inform Consent 6.
Lampiran 6 : Lembar Kuisoner 7.
Lampiran 7 : Hasil Uji Statistik
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang besar dan serius bagi dunia. Di samping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung
meningkat dimasa yang akan datang, hipertensi juga merupakan penyebab kematian Kodim, 2001. Menurut World Health Organization WHO
2005, hipertensi merupakan faktor risiko dari tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di seluruh dunia akibat meningkatnya prevalensi
dari faktor-faktor yang berkotribusi. Secara global, tingginya tekanan darah diperkirakan menjadi
penyebab 7,1 juta kematian atau sekitar 13 total kematian. Sekitar 62 penyakit serebrovaskular dan 49 penyakit jantung iskhemik disebabkan
oleh tingginya tekanan darah 115 Tasfaye et al., 2007. Bahkan di dunia, hipertensi menjadi beban finansial yang cukup besar, baik bagi
masyarakat maupun sistem sistem kesehatan dan menghabiskan banyak sumber daya Adediran et al., 2009
Saat ini, secara umum prevalensi hipertensi di dunia cukup tinggi dan semakin dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000, sekitar 26,4
masyarakat dunia menderita hipertensi. Pada tahun 2003 tingkat prevalensi menjadi 28 crude dan 27,3 age-standarized Amoah AG, 2003.
Menurut catatan WHO 2011 ada satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di Negara
berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Prevalensi hipertensi
diperkirakan akan terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 orang dewasa diseluruh dunia menderita hipertensi,
sedangkan di Indonesia angkanya mencapai 31,7. Laporan statistik kesehatan Dunia 2012 menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di
seluruh dunia menderita tekanan darah tinggi. Suatu kondisi yang merupakan penyebab sekitar setengah dari semua kematian akibat stroke
dan serangan jantung. Di Dunia prevalensi hipertensi tertinggi berada dibeberapa Negara yang berpendapatan rendah di Afrika. Diperkirakan
lebih dari 40 orang dewasa di Negara tersebut terkena hipertensi Kemenkes, 2013.
Di Indonesia pada tahun 1995 satu dari sepuluh orang berusia 18 tahun keatas menderita hipertensi, kemudian kondisi ini meningkat
menjadi satu dari tiga orang menderita hipertensi pada tahun 2007. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 atau satu dari tiga orang
dewasa mengalami hipertensi, dan 76,1 diantaranya tidak menyadari sudah terkena hipertensi Kemenkes, 2013.
Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3 InfoKes Depkes RI, 2007. Sedangkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga SKR7T
2001, prevalensi hipertensi di indonesia pada daerah urban dan rural berkisar 17-21 Puskom Depkes RI, 2008 dengan proporsi hipertensi
pada pria 27 dan wanita 29, sedangkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang
yang berusia diatas 35 tahun ≥ 15,6 dengan proporsi pria 12,2 dan wanita 15,5 konas InaSH, 2007. Menurut Data Riskesdas 2007 juga
disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30 dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak perempuan 52
dibandingkan laki-laki 48 Depkes RI, 2008. Kejadian penyakit hipertensi ini, pemerintah Indonesia sudah
banyak melakukan upaya untuk mengatasi kejadian hipertensi diantaranya adalah mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi
secara aktif skrining, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan posbindu Penyakit tidak Menular
PTM, meningkatkan akses pasien terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi puskesmas untuk pengendalian PTM Kemenkes,
2012 Upaya menurunkan konsekuensi timbulnya penyakit hipertensi di
butuhkan deteksi awal dan manajemen kesehatan yang efektif. Kegiatan identifikasi faktor risiko diharapkan mampu mendeteksi kasus hipertensi
secara efektif. Identifikasi faktor risiko dapat dilakukan melalui analisis gambaran berdasarkan karakteristik tertentu seperti karakteristik individu
Anggraini, dkk., 2008. Black dan Hawks 2005 menyatakan bahwa ada beberapa faktor
risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat diubah dan faktor risiko
yang dapat diuba. Faktor risiko yang dapat diubah yaitu riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan etnis. Sedangkan faktor risiko yang
dapat diubah yaitu olahraga, obesitas, stress, kebiasaan merokok, pola
makan makanan asingaram, konsumsi alcohol, konsumsi kalium, konsumsi lemak dan konsumsi kafein.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah sebagai berikut, Seseorang dengan riwayat kelurga hipertensi, beberapa gennya akan
berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan yang akan meningkatkan tekanan darah. Sesorang yang orang tuanya menderita hipertensi akan
mempunyai risiko lebih besar mengalami hipertensi diusia muda. Jenis kelamin dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Tingkat kejadian
hipertensi lebih tinggi pada pria daripada wanita pada usia dibawah 55 tahun, akan menjadi sebanding pada usia 55-75 tahun akan tetapi pada
usia diatas 74 tahun wanita akan lebih rentan mengalami hipertensi disbanding pria. Etnis yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi.
Alasan tingginya kejadian hipertensi pada ras kulit hitam belum diketahui secara jelas, tetapi peingkatan ini dipengaruhi oleh kadar renin yang
rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin yang lebih tinggi, masukan garam yang lebih banyak dan stress lingkungan yang lebih tinggi Black
Hawks, 2005. Kejadian hipertensi akan muncul sejak seseorang berumur 20 tahun
pada laki-laki dan perempuan, dan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur Black Hawks, 2005. Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Tretment of High Blood Pressure JNC tahun 2003 menyatakan bahwa seorang yang mempunyai tekanan
darah normal pun mempunyai risiko hipertensi sejak berusia 55 tahun Lueckenotte Meiner, 2006.
Faktor yang dapat diubah adalah orang yang obesitas, dimana orang yang mempunyai berat badan lebih akan terjadi hiperinsulinemia
dan peningkatan resistensi insulin yang pada gilirannya kan terjadi hipertrofi tunika media pembuluh darah perifer dan hasil akhirnya kan
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi Kaplan, 2002. kebiasaan merokok, rokok mengandung nikotin yang dapat meningkatkan hormone
epinefrinadrenaline yang bersifat memacu jantung untuk berkontraksi yang dapat merusak lapisan dinding pembuluh darah yaitu berupah
plakpenebalan sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan lairan darah keotak akan terhambat yang akan lambat laun merusak jaringan otak
karena kurangnya suplai oksigen, hasil pembakaran rokok berupa karbonmonoksida CO yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen keorgan tubuh sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen jantung bekerja lebih cepat untuk
menggantikan oksigen yang akan disuplai ke jaringan tubuh sehingga dapat menigkatkan tekanan darah Lili dan Tantan, 2007.
Pola konsumsi makanan asingaram, kebiasaan olahraga, komsumsi alkohol, konsumsi lemak, konsumsi kafein dan strees juga
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. American Heart Association 2004 menyatakan bahwa hipertensi dapat dikontrol dengan gaya hidup
sehat dan pengendalian faktor risiko. Menteri kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih dalam acara The 4
th
Scientific Meeting on Hypertension pada bulan Februari 2010 mengatakan bahwa hipertensi dan komplikasinya
dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko seperti yang telah dinyatakan oleh American Heart Association.
Berbagai penelitian telah membuktikan berbagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Hasil studi sebelumnya
menyebutkan faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi yang tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia, serta
faktor yang dapat dikontrol seperti pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium, lemak, perilaku merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik Anggraini, dkk., 2008. Dalam penelitian sebelumnya telah
banyak membuktikan bahwa hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor- faktor. Dalam penelitian Agnesia tahun 2012 melaporkan bahwa faktor
yang menyebabkan hipetensi adalah umur karena semakin lanjut usia semakin berisiko terkena hipertensi, faktor genetik memiliki risiko lebih
besar daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga, seorang perokok dan orang yang obesitas. Sedangkan dalam penelitian Ade dkk
2009 melaporkan hasil penelitiannya bahwa hipertensi terjadi karena oleh berbagai faktor antara lain dapat disebabkan oleh usia 45 tahun
89,1, berjenis kelamin wanita 56,5, genetik 65,2, merokok 56,5 dan pola asupan garam 65,2. Kenyataan yang didapatkan
angka kejadian hipertensi masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan
tahun 2013, di Wilayah Kota Tangerang Selatan pasien hipertensi sebanyak 20.891 orang dan didapatkan hasil distribusi kejadian hipertensi
berdasarkan kelurahan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2013
sebagai berikut : 1 Kelurahan kampung Sawah sebesar 29, 2 Kelurahan Sawah Baru sebesar 32,4, 3 Wilayah kerja Puskesmas
Ciputat Timur sebesar 41,9, 4 Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang sebesar 32,5 Rinawang, 2011.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fahad, dkk. 2011 serta didukung oleh hasil distribusi kejadian hipertensi kelurahan di Kota
Tangerang Selatan tahun 2012-2013 didapatkan bahwa salah satu wilayah di kota Tangerang Selatan yaitu wilayah Puskesmas Ciputat Timur
memiliki masalah hipertensi yang cukup serius, kejadiannya masih tinggi yaitu sebesar 41,9 dan diperlukannya manajemen program untuk
intervensi lebih lanjut. Berdasarkan studi pendahuluan pada pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur, peneliti melakukan wawancara kepada sepuluh pasien hipertensi dengan memperoleh hasil 7 pasien hipertensi
dari 10 pasien hipertensi, terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor risiko diantaranya adalah berat badan yang lebih yaitu memiliki
IMT 27,0 obesitas, kebiasaan pasien hipertensi yang suka dan sangat sulit meninggalkan kebiasaan konsumsi makanan asin seperti ikan asin,
makanan daging kaleng, dan gorengan serta didukung oleh riwayat keluarga yang memiliki hipertensi dan kurangnya berolahraga dengan
alasan tidak mempunyai waktu untuk melakukan olahraga. Dua orang dari sepuluh pasien hipertensi mengatakan sulit tidur karena banyak pikiran
dan merasa ada banyak beban stress.
Berdasarkan fenomena uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Faktor Risiko pada Pasien
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan tahun 2013 di Wilayah Kota Tangerang Selatan pasien hipertensi sebanyak
20.891 orang dan didapatkan hasil distribusi kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan lebih
dominan dengan jumlah sebesar 41,9 dibandingkan dengan distribusi kejadian hipertensi dari kelurahan puskesmas lainnya Kelurahan
kampung Sawah sebesar 29, Kelurahan Sawah Baru sebesar 32,4, Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang sebesar 32,5 Rinawang, 2011.
Dengan pertimbangan tersebut maka rumusan masalah ini adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran faktor risiko pada pasien hipertensi
diwilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran usia pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014?
2. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran riwayat keluarga pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014?
4. Bagaimana gambaran obesitas pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014?
5. Bagaimana gambaran pola konsumsi makanan asingaram pada penederita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun
2014? 6. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pada penerita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014? 7. Bagaimana gambaran Olahraga pada pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014? 8. Bagaimana gambaran stress pada pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor risiko pada pasien hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran usia pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014.
b. Mengetahui gambaran jenis kelamin pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014.
c. Mengetahui gambaran riwayat keluarga pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014.
d. Mengetahui gambaran obesitas pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014.
e. Mengetahui gambaran makan makanan asingaram pada penederita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur
tahun 2014. f. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada penerita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. g. Mengetahui gambaran olahraga pada pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. h. Mengetahui gambaran stress pada pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk Instansi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau masukan mengenai gambaran hasil faktor risiko hipertensi yang
nantinya dapat diterapkan sebagai cara untuk pencegahan primer dan meminimalkan risiko komplikasi dari kejadian hipertensi. Dapat
menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam upaya preventif untuk mengendalikan faktor risiko
demi menurukan angka kejadian hipertensi melalui edukasi dan promosi kesehatan.
2. Manfaat untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunanakan sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terutama
responden dalam mengetahui angka kejadian hipertensi dan faktor risiko yang mempengaruhinya. Selanjutnya masyarakat serta
responden sadar dan termotivasi untuk melakukan tindakan pengendalian faktor risiko demi menghindari komplikasi yang akan
terjadi .
3. Manfaat untuk Peneliti
Diharapkan dari penelitian ini, peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi danatau motivasi masyarakat terhadap pengendalian faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik sesorang 140 mmHg atau lebih dan tekan diastoliknya 90 mmHg atau
lebih dan tidak menggunakan pengobatan antihipertensi Lewis et al., 2007. Hipertensi menurut diagnosis WHO di Amerika Serikat ialah
tekan sistolik 140 mmHg dan tekan diastoliknya 90 mmHg Wu El et al, 2012. Hipertensi bukan penyakit kronis, tetapi secara independen
terkait dengan penyakit kardiovaskular pada orang tua. Meskipun merupakan salah satu penyakit serebrovaskular, hal itu bisa berkembang
menjadi faktor modifikasi Ellekjaer et al., 2001; Menotti et al., 2004. Hipetensi mempengaruhi lebih dari 70 juta orang di Amerika
Serikat dan merupakan faktor risiko terbesar untuk perkembangan penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal. Carter et al., 2008;
Chobanian, 2009. Menurut Elmer dkk, 2006 menjelaskan kira-kira 20 kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tidak beraktivitas pisik,
kurang optimalnya diet, dan gaya hidup lainya yang dapat menyebabkan ketidaksehetan.Hipertensi adalah suatu pertimbangan faktor risiko utama
untuk penyakit kardiovakular CVD Whitworth, 2005 Ezzati, et al., 2008.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang mahal dan dapat melemahkan masalah kesehatan di seluruh dunia, prevalensi saat ini kian
naik. Populasi prevalensi angka kejadiannya 20 telah dilaporkan di
Negara Amerika Serikat, Venezuela, Afrika Selatan dan telah mendekati 50 yang dilaporkan di Negara Germani dan Spanyol Arnaout et al.,
2011; Hernandez-Hernandez et al., 2000. Meningkatnya prevalensi hipertensi umumnya menunjukkan suatu perubahan pada diketahuinya
pencegahan faktor risiko dan perubahan demografi disuatu populasi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan penting diseluruh dunia karena prevalensinya yang masih tinggi dan terus meningkat serta hubungannya dengan
penyakit kardiovaskular, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi risiko ketiga terbesar penyebab kematian dini.
The third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan risiko penyakit
jantung coroner sebesar 12 dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24 Tjotonegoro et a.l, 2001.
Hipertensi merupakan penyakit dengan berbagai kausa. Berbagai penelitian telah membuktikan berbagai faktor risiko yang berpengaruh
terhadap timbulnya hipertensi. Hasil studi sebelumnya menyebutkan faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, dan etnis. serta faktor yang dapat dikontrol seperti pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium, lemak, perilaku merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik Anggraini et al., 2009.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Menurut Kriteria JNC-VI 1997
Sumber: Kaplan, 2002 JNC-VI, 1997 Klasifikasi di atas berlaku untuk dewasa usia diatas 18 tahun yang tidak
sedang dalam keadaan minum obat anti hipertensi dan tidak sedang dalam keadaan menderita penyakit akut. Apabila besar sistolik maupun doastolik jatuh
pada kategori yang berbeda untuk menentukan kategorinya maka yang dipakai tekanan darah yang lebih besar Kaplan, 2002: 12
B. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar yaitu :
1. Hipertensi primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini cenderung genetik yang kuat dan dipengaruhi oleh
faktor kontribusi seperti obesitas, stress, merokok, dan konsumsi garam yang berlebih Sherwood, 2001. 90 sampai 95 pasien yang
mengalami hipertensi disebabkan oleh hipertensi primer Hahn Payne, 2003.
No Klasifikasi
Tekanan Darah Sistolik
Diastolik 1
Optimal 120
80 2
Normal 130
85 3
Normal tinggi 130-139
85-89 4
Hipertensi ringan 140-159
90-99 5
Hipertensi sedang 160-179
100-109 6
Hipertensi berat ≥180
≥110
2. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai berikut : 1 Penyempitan
kongenital aorta; 2 Penyakit ginjal seperti stenosis arteri ginjal; 3 Gangguan endokrin seperti sindrom Chusing dan hiperaldesteron; 4
Gangguan neurologi seperti tumor otak atau cidera kepala; 5 Sleep apnea; 6 Pengobatan jenis stimulan simpatetik misalnya kokain, terapi
penggantian esterogen, obat kontrasepsi oral. Dan obat anti inflamasi non steroid; 7 Kehamilan yang menstimulasi hipertensi Dirksen et al.,
2000.
C. Faktor Risiko Hipertensi Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi:
1. Faktor Risiko yang tidak dapat Diubah a. Faktor Riwayat Keluarga
Penderita hipertensi didapatkan riwayat faktor hipertensi dalam keluarganya sebesar 70-80. Apabila riwayat keluarga hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka terjadi hipertensi akan lebih besar Kodim, 2001. Berbagai penelitian dan study kasus menguatkan
bahwa faktor keturunan merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi, dimana jika dlam keluargaorang tua ada yang menderita
hipertensi 25-60 akan terjadi pada anaknya Lili Tantan, 2007. Menurut Sheps 2005 menyatakan bahwa jika seorang dari
orang tua mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25 untuk berisiko mempunyai hipertensi pula. Dan jika
kedua orang kita mempunyai hipertensi risikonya meningkat menjadi tiga banding lima atau sekita 60 untuk mengalaminya.
Menurut penelitian yang dilakukan Anggraini, dkk 2008 menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara riwayat keluarga
terhadap hipertensi dengan probabilitas terjadinya hipertensi pada riwayat keluarga hipertensi sekitar 8 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Sedangkan menurut hasil penelitian Hasurungan 2002 menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki riwayat keluarga penderita hipertensi berisiko sebesar 2,035 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang tidak memiliki keluarga hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Riyadina 2002 menyatakan faktor riwayat keluarga hipertensi
mempunyai peran sebesar 1,25 kali lebih tinggi untuk terjadinya hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai
riwayat keluarga hipertensi. b. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada
kembar monozigot satu sel telur daripada heterozigot berbeda sel telur. Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer esensial apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30 - 50 tahun akan timbul tanda dan gejala Chunfang Qiu et al., 2003.
c. Umur Black dan Hawks 2005 menyatakan bahwa seseorang rentan
mengalami hipertensi primer. 50 - 60 pasien yang berumur di atas 60 tahun mempunyai tekanan darah di atas 14090 mmHg.
Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sehingga akibat tersebut adalah meningkatnya
tekanan darah darah sistolik Depkes RI, 2006. Dan disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormone
Gunawan, 2011. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia
lanjut kucup tinggi yaitu sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun Nurkhalida, 2003.
Penelitian yang dilakukan Kamso 2004 di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar
terhadap usia lanjut 55 - 85 tahun didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5. Batasan penggolongan usia menurut Badan Pusat
Statistik BPS adalah 15 tahun, 15 - 24 tahun, 25 - 34 tahun, 35 - 44 tahun, 45 - 54 tahun, 55 - 64 tahun, 60 tahun.
d. Jenis kelamin Hasil pengamatan Third National Health and Nutrition
Examination Survey NHANES III memperlihatkan bahwa prevalensi
hipertensi lebih tinggi pada populasi laki-laki dibandingkan populasi perempuan pada kelompok sebelum menopause. Pada masa setalah
menopause atau mendekati usia 60 tahun maka prevalensi hipertensi kedua kelompok hamper sama. Latar belakang ini disebabkan bahwa
pada masa perempuan mengalami siklus menstruasi maka terdapat kehilangan voleme darah secara teratur setiap bulan sehingga terjadi
pengurangan volume intravaskuler secara berkala yang akan berhenti setelah menopause. Dengan bertambahnya usia, pada kelompok 65
tahun keatas prevalensi hipertensi akan lebih tinggi terjadi pada perempun diandingkan laki-laki Kaplan, 2002.
Penelitian di Indonesia prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita Depkes RI, 2006c. Hal ini terbukti dengan
adanya penelitian yang dilakukan oleh Sugiri 2004 di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi hipertensi sebesar 6,0 pada pria dan 11, 6
pada wanita. Laporan dari Semarang, didapatkan 7,5 pada pria dan 10,9 pada wanita Suyono, dkk., 2001. Sedangkan laporan dari
Setiawan 2006 menunjukkan prevalensi hipertensi di pulau Jawa sebesar 36,7 pada pria dan 47,1 pada wanita.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliarti 2007 menyatakan ada hubungan bermakna secara statistik antara jenis
kelamin dengan hipertensi. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Hesti Rahayu 2012 menunjukkan bahwa kejadian hipertensi lebih tinggi
terjadi pada perempuan sebesar 68,3 dibandingkan laki-laki sebesar
31,7 dan menjelaskan juga ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.
e. Etnis Menurut data dari Third National Health and Nutrition
Examination Survey NHANES III, 1988-1991 dalam Sheps 2005 menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi berkulit hitam 40
akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkulit putih. Hal ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang
berkulit hitam ditemukan kadar rennin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar Amirlawaty, dkk, 2007
dalam Anggraini, dkk, 2008.
2. Faktor Risiko yang dapat Diubah