Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI

TENTANG FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI

PUSKESMAS KECAMATAN BESITANG

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

Hesron Ariamito Ginting 101101025

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat”.

Ucapan terimah kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. I

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Cholina Trisa Siregar M.Kep, Sp.KMB,sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

6. Terima kasih kepada dr. Beby Yanti sebagaiKepalaPuskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data penelitian dan terima kasih kepada Ibu Martalena Sembiring, SKM sebagai Kepala Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data untuk uji reliabilitas penelitian.

7. Terima kasih kepada Ayahanda Amir Ginting dan Ibunda Arihta br Sinulingga, SH yang selalu mendoakan, menyayangiku dan memberikan dukungan baik moril maupun material serta senantiasa mamberikan yang terbaik untukku.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada semua pihak yang membantu dan mendukung penulis.Penulis menerima saran dan kritik yang barsifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 7 Juli 2014


(4)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Kata pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar skema ... v

DaftarTabel ... vi

Abstrak ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.LatarBelakang 1 1.2.Tujuan Penelitian ... 5

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4.ManfaatPenelitian ... 5

BAB IITinjauanPustaka ... 7

2.1.Pengetahuan ... 7

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 7

2.1.2. Ciri-ciri Pengetahuan ... 8

2.1.3. Sifat Pengetahuan ... 8

2.1.4. Jenis Pengetahuan ... 9

2.1.5. Tingkat Pengetahuan ... 14

2.1.6. Sumber Pengetahuan ... 16

2.1.7. Hakikat Pengetahuan ... 20

2.1.8. Metode Memperoleh Pengetahuan ... 26

2.1.9. Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi ... 28

2.2.Faktor Risiko ... 30

2.2.1. Defenisi Faktor Risiko ... 30

2.2.2. Jenis-Jenis Faktor Risiko ... 30

2.2.3. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko ... 31

2.2.4. Kriteria Faktor Risiko ... 32

2.3.Hipertensi ... 32

2.3.1. Defenisi Hipertensi ... 32

2.3.2. Etiologi Hipertensi ... 32

2.3.3. Klasifikasi Hipertensi ... 35

2.3.4. Patofisiologi Hipertensi ... 37

2.4.Faktor Risiko Hipertensi ... 41

2.4.1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi ... 41

2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi ... 41

BAB III Kerangka Konseptual ... 55

3.1.KerangkaKonseptual ... 55

3.2.DefinisiOperasional ... 56

BAB IVMetodologiPenelitian ... 57

4.1.DesainPenelitian ... 57

4.2.Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling ... 57


(5)

4.4.Pertimbangan Etik ... 59

4.5.Instrumen Penelitian ... 60

4.6.Validitas Penelitian ... 60

4.7.Reliabilitas Penelitian ... 61

4.8.Pengumpulan Data ... 61

4.9.Analisa Data ... 63

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 64

5.1.Hasil Penelitian ... 64

5.1.1. Karakteristik Responden ... 64

5.1.2. Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat ... 65

5.2.Pembahasan ... 66

BAB VI Kesimpulan ... 72

8.1.Kesimpulan ... 72

8.2.Rekomendasi ... 72

8.2.1. PraktikKeperawatan ... 72

8.2.2. Pendidikan Keperawatan ... 73

8.2.3. Penelitian Selanjutnya ... 73

DaftarPustaka ... 74 Lampiran

1. Lembar PersetujuanResponden 2. Kuesioner Penelitian

3. JadwalPenelitian 4. Taksasi Dana

5. Daftar RiwayatHidup 6. Lembar Bukti Bimbingan

7. Tabel Kerja Uji Reliabilitas dengan Rumus KR 20 8. Tabulasi Data Penelitian

9. Data SPSS

10.Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU

11.Surat Survei awal dari FKEP USU

12.Surat Balasan Survei awal dari Puskesmas Kecamatan Besitang 13.Surat Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari FKEP USU

14.Surat Balasan Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

15.Surat Pengambilan Data Penelitian dari FKEP USU

16.Surat Balasan Rekomendasi Pengambilan Data Penelitian dari Puskesmas Kecamatan Kecamatan Besitang

17.Surat telah Melaksanakan Penelitian dari Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat


(6)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Patofisiologi hipertensi ... …………40 Skema 2 Kerangka konseptual gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh Joint National Commmite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure ... 37 Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 56 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pasien Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (n=48Orang)...65 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Pasien Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (n=48Orang)………..66


(8)

Judul : Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Penulis : Hesron Ariamito Ginting Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Abstrak

Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak. Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan. Rata-rata jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam) bulan terakhir pada tahun 2013 sejumlah 55 orang dan penyakit hipertensi merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan populasi seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samplingmelalui wawancara dengan kuesioner pada tanggal 25 Januari sampai dengan 16 Februari 2014 dan didapat 48 orang yang mengalami hipertensi menjadi responden penelitian. Dari 48 orang responden pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sebanyak 31 orang (64,6%) dalam kategori cukup, kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%), dan kategori kurang sebanyak 6 orang (12,5%).Tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang cukup tentang faktor risiko hipertensi menunjukkan masih diperlukannya penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat sehingga pasien dapat sadar mengenai bahaya hipertensi dan dapat menanggulanginya dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.


(9)

Tittle : The Description of Hypertension Patients’ Familiarity based on characteristics on Hypertension Risk Factor in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Researcher : Hesron Ariamito Ginting Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014

Abstract

Hypertension translates into conditions marked by an escalation of either the systolic blood pressure (SBP) or diastolic blood pressure (DBP) ≥140/90 mmHg. Hypertension or high blood pressure causes plenty of impacts. Improper control can bring about problems to other body organs such as heart, kidney and brain that will eventually cause heart attack complication, stroke, kidney disorder and blindness. The everage number of patients in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Local Health Center Besitang District Langkat Regency) in the last six months in 2013 are 55 patients and hypertension is ranked the third out of 10 of the desease’s distribution in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted to find out the familiarityof patients suffering hypertension in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted with descriptive design involving all patients in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat as the population. Sample collection was carried out by using purposive sampling through interviews and questionnaires on January 25th up to February 16th 2014 and 48 of the respondents were confirmed to suffer from hypertension. Of the 48 respondents with hypertension, in terms of awareness of hypertension risk factors 31 respondents (64.6%) are in the category Fair, 11 respondents (22,9 %) in the category Good and six respondents (12.5 %) in the category Poor. Poor awareness level shown by patients with hypertension points out that counceling concerning hypertension risk factors in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat is still needed so patients are aware of the danger of hypertension and are able to cope with the desease by avoiding the hypertension risk factors.


(10)

Judul : Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Penulis : Hesron Ariamito Ginting Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Abstrak

Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak. Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan. Rata-rata jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam) bulan terakhir pada tahun 2013 sejumlah 55 orang dan penyakit hipertensi merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan populasi seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samplingmelalui wawancara dengan kuesioner pada tanggal 25 Januari sampai dengan 16 Februari 2014 dan didapat 48 orang yang mengalami hipertensi menjadi responden penelitian. Dari 48 orang responden pasien hipertensi yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sebanyak 31 orang (64,6%) dalam kategori cukup, kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%), dan kategori kurang sebanyak 6 orang (12,5%).Tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang cukup tentang faktor risiko hipertensi menunjukkan masih diperlukannya penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat sehingga pasien dapat sadar mengenai bahaya hipertensi dan dapat menanggulanginya dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.


(11)

Tittle : The Description of Hypertension Patients’ Familiarity based on characteristics on Hypertension Risk Factor in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Researcher : Hesron Ariamito Ginting Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014

Abstract

Hypertension translates into conditions marked by an escalation of either the systolic blood pressure (SBP) or diastolic blood pressure (DBP) ≥140/90 mmHg. Hypertension or high blood pressure causes plenty of impacts. Improper control can bring about problems to other body organs such as heart, kidney and brain that will eventually cause heart attack complication, stroke, kidney disorder and blindness. The everage number of patients in Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Local Health Center Besitang District Langkat Regency) in the last six months in 2013 are 55 patients and hypertension is ranked the third out of 10 of the desease’s distribution in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted to find out the familiarityof patients suffering hypertension in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. This research was conducted with descriptive design involving all patients in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat as the population. Sample collection was carried out by using purposive sampling through interviews and questionnaires on January 25th up to February 16th 2014 and 48 of the respondents were confirmed to suffer from hypertension. Of the 48 respondents with hypertension, in terms of awareness of hypertension risk factors 31 respondents (64.6%) are in the category Fair, 11 respondents (22,9 %) in the category Good and six respondents (12.5 %) in the category Poor. Poor awareness level shown by patients with hypertension points out that counceling concerning hypertension risk factors in the Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat is still needed so patients are aware of the danger of hypertension and are able to cope with the desease by avoiding the hypertension risk factors.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 140/90 mmHg (JNC 7, 2007).Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah yang berlangsung kronik akan menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan renovaskuler (Tedjasukmana, 2012).

Data dari WHO tahun 2004 prevalensi penyakit hipertensi 26,4 % dari populasi dewasa di dunia dengan jumlah pada laki-laki sebesar 26,6 % dan perempuan sebesar 26,1%(Ruhyanudin, 2007). Di dunia proporsional mortality rate hipertensi adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian (Ruhyanudin, 2007). WHO tahun 2004 menegaskan pada tahun 2005 prevalensi hipertensi negara maju mencapai37%, sedangkan di negara-negara berkembang 29,9%(Hart & Fahey,2009).Tahun 2025 jika tidak dilakukan upaya yang tepat penderita hipertensi akan meningkat menjadi 29% dari 1,6 miliar penduduk dunia (Tedjasukmana, 2012).

Data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) tahun 2005-2008 di Amerika Serikat risiko hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia dan data tersebut jugamemperlihatkan bahwa kurang lebih 76,4 juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi (Tedjasukmana, 2012).


(13)

Data survei kesehatan rumah tangga tahun 2012, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%(Ruhyanudin, 2007). Data nasional lainnya juga memperlihatkan prevalensi terjadinya hipertensi, seperti MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban sebesar 31,7% (Rahajeng & Tuminah, 2009).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi banyak menimbulkan dampak. Pengontrolan yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah pada sistem tubuh yang lain, seperti jantung, ginjal, dan otak yang pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan (Rahajeng & Tuminah, 2009). Prospective Studies Collaboration oleh Lewingston dkk pada tahun 2012 juga menegaskan bahwa semakin tinggi tekanan darah, baik sistolik (TDS) maupun diastolik (TDD) maka semakin tinggi juga risiko kejadian kardovaskuler (Tedjasukmana,2012).

Data MRFIT (Multiple Risk Factor Intervention Triial) tahun 2005juga memperlihatkan bahwa dampak peningkatan tekanan darah yang juga berhubungan dengan peningkatan kejadian ESDR (End Stage Renal Disease) atau disebut juga penyakit ginjal stadium akhir (Tedjasukmana,2012). Hipertensi juga mengakibatkan dampak komplikasi kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan renovaskuler (Ruhyanudin, 2007).

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada pasien hipertensi akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital, yaitu adanya penebalan arteriole-arteriole sehingga perfusi jaringan menurun yang pada


(14)

akhirnya akan menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal (Udjianti, 2011).

Hipertensi hampirtidak memperlihatkan gejala klinissehingga pasien sering terdeteksi pada pemeriksaan rutin saat pasien berkunjung ke puskesmas atau setelah berbagai penyakit kardiovaskuler muncul seperti stroke, penyakit jantung koroner, penyakit jantung hipertensi maupun penyakit jantung bendungan (congestive heart failler) (Muttaqin, 2009).Hasil SKRT 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari penyakit kardiovaskuler tersebut disebabkan oleh hipertensi kronik (Rahajeng & Tuminah, 2009).

Pengendalian tekanan darah merupakan cara untuk menekan tingginya penyakit kardiovaskuler melalui pengenalan berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi, seperti peningkatan usia (diatas 30 tahun), ras (lebih sering pada orang kulit hitam), jenis kelamin (tersering pada laki-laki), diet (meningkat pada diet tinggi sodium), genetik, hiperkolesterolemia (peningkatan LDL dan penurunan HDL), diabetes mellitus, perokok, obese central, penyakit ginjal dan lain-lain (Asih, 2000).

Pengenalan terhadap berbagai faktor risiko hipertensi seharusnya dapat menurunkan angka kejadian hipertensi di masyarakat terutama pada masyarakat di negara berkembang maupun maju. Beberapa negara maju yang mayoritas masyarakatnya memiliki latarbelakang pendidikan ternyata masih ditemukan angka kasus hipertensi yang cukup tinggi. Kasus ini kemungkinan disebabkan


(15)

oleh kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang masih sangat rendah (Bustan, 1997).

Hasil penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) tentang pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan faktor risiko hipertensi di Kabupaten Karanganyar Semarang Indonesia menyimpulkan bahwa responden tidak menyadari kalau stres juga dapat berisiko terjadinya hipertensi, masih terdapat kepercayaan masyarakat bahwa penyakit hipertensi hanya disebabkan oleh faktor risiko riwayat keluarga atau keturunan, dan terdapat pandangan yang salah tentang kebiasaan merokok, yaitu kebiasaan merokok tidak akan menyebabkan penyakit.

Penelitian yang sama terkait hubungan tingkat pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi dengan kejadian hipertensi di Dinoyo RW II Malang juga dilakukan oleh Agoes, Susmarini, dan Saputro (2013) dan menyimpulkan bahwa pasien yang memiliki pengetahuan baik dengan mengalami hipertensi sebesar 4% (5 orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 20 % (29 orang), pasien yang memiliki pengetahuan sedang dengan mengalami hipertensi sebesar 8 % (11 orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 21 % (31 orang), sedangkan pasien yang memiliki pengetahuan rendah dengan mengalami hipertensi sebesar 46 % (67 orang) dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 1 % (10 orang).

Melalui studi pendahuluan didapatkan data bahwa jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat selama 6(enam) bulan terakhir pada pasien hipertensi yang berbeda bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan November tahun 2013 sejumlah 332 orang sehingga diperoleh rata-rata pasien hipertensi sejumlah 55 orang dan penyakit hipertensi


(16)

merupakan penyakit peringkat ke tiga dari sepuluh distribusi penyakit di Puskesmas kecamatan Besitang Kabupaten Langkat (Medical Record Puskesmas Kecamatan Besitang, 2013).

Berdasarkan paparan diatas maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

1.3.Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalahbagaimana gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada bidang keperawatan, masyarakat, dan penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut.

1.1.Pasien

Memberikan informasi kepada masyarakat terutama pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi.


(17)

1.2.Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan perawat puskesmas.

1.3.Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasiuntuk puskesmas sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan motalitas pasien hipertensi di puskesmas.

1.4.Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan informasi kepada peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada penelitian dengan judul yang sama.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2004) secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu knowledge. Encyclopedia of Phisolophy menjelaskan bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua isi pikiran. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Kamus filsafat menjelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Peristiwa yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek, sedangkan dalam arti sempit berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran dan kepastian). Subjek sadar akan hubungan objek dengan eksistensi. Pengetahuan hanya merupakan pengalaman sadar karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu di dalam dirinya.


(19)

Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.

2.1.2. Ciri-ciri Pengetahuan

Menurut Surip& Mursini (2010) ciri-ciri pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Kepastian mutlak tentang kebenaran segala pengetahuan manusia tidak mungkin karena manusia adalah makhluk contingen dan failible, tetapi ini tidak berarti bahwa semua pengetahuan manusia pantas dan perlu dipergunakan kebenarannya. Oleh karena itu, skeptisisme mutlak perlu ditolak.

b. Subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya, tetapi ini tidak berarti bahwa pengetahuan manusia harus subjektif. Subjektivisme radikal juga pantas disangkal.

c. Pengetahuan manusia bersifat relasional dan kontekstual, tetapi ini tidak berarti bahwa objektivisme dan universalitas pengetahuan menjadi tidak mungkin.

2.1.3. Sifat Pengetahuan

Menurut Suhartono (2004) sifat pengetahuan ada dua yakni bersifat subjektif dan ada yang objektif.


(20)

a. Pengetahuan yang bersifat Subjektif

Pengetahuan yang bersifat subjektif menyatakan bahwa kualitas objek yang diketahui secara dominan tidak terlepas dari kesadaran subjek.Aliran-aliran yang relevan adalah idealisme dan rasionalisme.

b. Pengetahuan yang bersifat Objektif

Pengetahuan yang bersifat objektif menyatakan bahwa kualitas objek yang diketahui terlepas sama sekali oleh kesadaran. Aliran-aliran yang relevan seperti realisme dan empirisme.

2.1.4. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. MenurutBakhtiar (2004) pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:

a. Pengetahuan Biasa

Pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense dan sering diartikan dengan good sense karena seseorang memiliki sesuatu yang seseorang itu terima secara baik. Semua orang menyebut sesuatu itu merah karena memang itu merah atau benda itu panas karena benda itu dirasakan panas.

Melalui common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu karena mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah, dan sebagainya.


(21)

b. Pengetahuan Ilmu

Ilmu sebagai terjemahan dari science.Pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif.Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense.Pengetahuan berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.

Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objektif thinking) yang tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu dapat diperolehnya melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi.Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dan dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif) karena dimulai dengan fakta.Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif.Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajari dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindra manusia.

c. Pengetahuan Filsafat

Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.Ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, sedangkan filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam.Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang


(22)

reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi leluasa kembali.

d. Pengetahuan Agama

Pengetahuan agama merupakan pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia yang sering disebut dengan hubungan horizontal. Iman kepada hari akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati sehingga masih dibutuhkan.

Menurut Surajiyo (2010) Pengetahuan juga dapat diklasifikasikan menjadi pengetahuan nonilmiah dan ilmiah.Pengetahuan nonilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan nonilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia mengenai sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.Pengetahuan nonilmiah seperti penglihatan dengan mata, hasil pendengaran telinga, hasil pembauan hidung, hasil pengecapan lidah, dan hasil perabaan kulit.

Pengetahuan nonilmiah dapat juga dikatakan dengan hasil-hasil pemahaman yang merupakan campuran dari hasil penyerapan secara inderawi


(23)

dengan hasil pemikiran secara akal.Pengetahuan nonilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang berupa tanggapan-tanggapan terhadap hal-hal yang biasanya gaib.Semuanya itu biasanya diperoleh dengan menggunakan intuisi atau disebut juga pengetahuan intuitif. Pengetahuan yang demikian diperoleh dengan menggunakan indra atau pengetahuan akal.

Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai syarat-syarat tertentu dengan cara berfikir yang luas, yaitu metodologi ilmiah. Pengetahuan ini pada umumnya disebut dengan ilmu pengetahuan.

Menurut Suhartono (2004)pengetahuan juga dapat diklasifikasikan menjadi pengetahuan Eikasia (Khayalan) dan pengetahuan Pistis (Substansial).Pengetahuan Eikasia (Khayalan) merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.Pengetahuan Eikasia merupakan pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran.Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan, kesukaan, serta kenikmatan manusia yang yang berpengetahuan.Seseorang yang dalam keadaan sadar dan menganggap bahwa khayal dan mimpinya adalah fakta ada dalam dunia nyata.

Pengetahuan Pistis adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung. Objek pengetahuan Pistis biasa disebut zooya karena isi pengetahuannya mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat pribadi atau kepastian subjektif) dan pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran jika mempunyai syarat-syarat


(24)

yang cukup terhadap suatu tindakan yang mengetahui, misalnya mempunyai pendengaran yang baik, penglihatan normal, serta indera yang normal.

Menurut Surip (2010) pengetahuan terdiri dari pengetahuan langsung (immediate) dan pengetahuan tidak langsung (mediated), pengetahuan inderawi (perceptual), pengetahuan konseptual (conceptual), pengetahuan partikular (particular), dan pengetahuan universal (universal).

a. Pengetahuan Langsung (Immediate)

Pengetahuan langsung adalah pengetahuan yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis (penganut paham realisme) mendefenisikan pengetahuan seperti itu.Umumnya dibayangkan bahwa manusia mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya perasaan manusia yang berkaitan dengan realita-realita yang telah dikenal sebelumnya.

b. Pengetahuan Tidak Langsung (Mediated)

Pengetahuan tidak langsung merupakan hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berfikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang manusia ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan penyerapan pikiran manusia.

c. Pengetahuan Indrawi (Perceptual)

Pengetahuan indrawi adalah sesutau yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Pengetahuan indra-indrawi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya anggota-anggota indra badan (seperti mata dan telinga), pikiran yang mengubah


(25)

benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adat istiadat).

d. Pengetahuan Konseptual (Conceptual)

Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi.Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal.Alam luar dan konsepsi saling bepengaruh satu dengan yang lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.

e. Pengetahuan Partikular (Particular)

Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu atau realitas-realitas khusus, misalnya ketika manusia membicarakan individu tertentu maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular.

f. Pengetahuan Universal (Univesal)

Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda.Sebagai contoh, ketika membahas tentang manusia yang meliputi seluruh manusia.

2.1.5. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).


(26)

Menurut Notoatmodjo (2007) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Yaitu mengingat suatu materi yang telah diajarkan sebelumnya.Tingkat tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Kata kerja yang biasa dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek dan sebagainya.

c. Aplikasi (Application)

Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah.

d. Analisis (Analysis)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.


(27)

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasaran suatu kriteria yang telah ada.

2.1.6. Sumber Pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2004) semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya darimana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Kemudian timbul pertanyaan bagaimana caranya manusia memperoleh pengetahuan atau darimana sumber pengetahuan manusia. Pengetahuan yang ada pada manusia diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan. Menurut Surajiyo (2010) masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang sangat penting dalam epistemologi karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan memberikan pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan adalah apakah a priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin. Adapun pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan


(28)

yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian, pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif.

Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan ada enam hal, yaitu sebagai berikut:

a. Pengalaman Indera (Sense Experience)

Orang sering merasa penginderaan merupakan alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan.Penginderaan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala sesuatu objek yang ada di luar diri manusia.Paham demikian dalam filsafat disebut realisme karena terlalu menekankan pada kenyataan.Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan.Jadi, pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah Aristoteles yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek artinya bentuk-bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas-bekas dalam kehidupan batin. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi). Hal ini ditegaskan pula pula oleh Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal yang tidak ditangkap oleh indra.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi jika ada ketidaknormalan di antara alat-alat itu.


(29)

b. Nalar (Reason)

Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah tentang asas-asas pemikiran berikut.

Principium identitas adalah sesuatu yang harus sama dengan dirinya sendiri. Asas ini biasa juga disebut asas kesamaan.Principum contradictionis maksudnya bila terdapat dua pendapat yang bertentangan tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan atau dengan kata lain pada subjek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. Asas ini biasa disebut sebagai asas pertentangan.

Principium tertii exclusi, yaitu pada dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah.Kebenaran hanya terdapat satu di antara kedua itu dan tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini biasa disebut sebagai asas tidak adanya kemungkinan ketiga.

c. Otoritas (Authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompknya.Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya.Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibawaan tertentu. Jadi sebagai kesimpulan bahwa pengetahuan yang terjadi


(30)

karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.

d. Intuisi (Intuition)

Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu.Intuisi sebagai sumber pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan pernyataan-pernyataan yang berupa pengetauan.

e. Wahyu (Revelation)

Wahyu adalah berita yang disampaikan Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya.Manusia mempunyai pengetahuan melalui wahyu karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaan.

f. Keyakinan (Faith)

Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang berupa wahyu dan keyakinan sangat sukar untuk dibedakan dengan jelas karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakan adalah kepercayaan.


(31)

Perbedaannya adalah jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama.Adapun ke’yakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan.Kepercayaan itu bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis, kecuali ada bukti-bukti yang akurat dan sesuai untuk kepercayaannya.

2.1.7. Hakikat Pengetahuan

Menurut Bakhtiar (2004) pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival).

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Manusia memikirkan hal-hal baru karena manusia bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia memanusiakan diri dalam hidupnya, dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini. Semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini.


(32)

Pengetahuan mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat adalah kemampuan berfikir menurut alur kerangka berfikir tertentu.

Hakikat pengetahuan meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek atau menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak. Bakhtiar (2004) juga mengungkapkan dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu:

a. Realisme

Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah cetakan dari yang asli yang ada di luar akal.Hal ini tidak berbeda seperti gambaran yang terdapat dalam foto.Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.

Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau cara lain, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam, tentang dirinya sendiri, dan yang hakikatnya tidak


(33)

terpengaruh oleh seseorang. Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah melihat benda-benda atau seseorang melihat terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya.Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri dan ada benda yang tetap kendati diamati.Realisme sangat diperlukan dengan alasan bahwa dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran.Kesulitan pikiran tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya dari segi subjektif.Pernyataan itu tidak benar sebab adanya faktor subjektif bukan berarti menolak faktor objektif.

Realisme dianggap penting dengan alasan bahwa dengan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif.Umumnya, orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang menyebabkan seseorang sakit. Biasanya orang puas ketika orang menjawab karena kuman.Sebenarnya sebab sakit itu banyak karena ada orang yang bersarang kuman dalam tubuhnya, tetapi orang itu tidak sakit.Dengan demikian, penyakit seseorang itu mungkin disebabkan keadaan badannya, iklim, dan sebagainya.Prinsip semacam ini digunakan untuk mempelajari agama karena adanya perasaan yang subjektif dan tidak berarti tidak adanya keadaan yang objektif.

b. Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif


(34)

dan bukan gambaran objektif tentang realistis.Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut.Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran.Pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).

Realisme mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui, sedangkan idealisme adalah sebaliknya.Pendapat mengenai idealisme menegaskan dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti organ tubuh dengan bagian-bagiannya.Dunia merupakan suatu kebulatan dan bukan kesatuan mekanik, tetapi kebulatan organik yang sesungguhnya sedemikian rupa sehingga suatu bagian darinya dipandang sebagai kebulatan logis dengan makna inti yang terdalam.

Premis pokok yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta. Idealisme tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat karena seseorang yang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, orang tersebut harus memikirkan roh dan akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, orang itu harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.

Realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu.Realisme ekstrim bisa sampai pada monisme materialistik atau dualisme. Seorang pengikut materialisme mengatakan jika demikian halnya, sudah tentu dapat juga dikatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Realisme tidak mementingkan subjek


(35)

sebagai penilai, tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai.Padahal, subjek yang menilai memiliki peranan penting dalam menghubungkan antar objek dengan ungkapan tentang objek tersebut.

Idealisme subjektif juga akan menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap individu berhak untuk menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya yang akibatnya kebenaran yang bersifat universal tidak diketahui. Aturan-aturan agama dan kemasyarakatan hanya bisa benar untuk kelompok tertentu dan tidak berlaku terhadap kelompok lain. Idealisme terlalu mengutamakan subjek sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai karena subjek yang yang menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah dan gembira.

Menurut Surajiyo (2010) hakikat pengetahuan ada empat, yaitu rasionalisme, empirisme, kritisme, dan positivisme.

a. Rasionalisme

Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal.Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah.Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapatkan oleh akal.Akal dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas pertama yang pasti.Metode yang diterapkan adalah deduktif.Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti.


(36)

b. Empirisme

Aliran ini berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menentukan terbentuknya pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang lahiriah.Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.Metode yang diterapkan adalah induksi.Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan. Pernyataan tentang fakta adalah hubungan di antara benda dan sama banyaknya dengan pengalaman khusus yang diperoleh secara langsung dengan indra.

c. Kritisme

Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme dan empirisme hendak diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan kritismenya.Menurut Immanuel Kant peranan budi sangat besar sekali dalam hakikat kritisme.

d. Positivisme

Positivisme bermula dari apa yang telah diketahui, yang faktual, dan yang positif. Segala uraian dan persoalan yang di luar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu, metafisika ditolak.Apa yang orang ketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Arti segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi, kita hanya dapat menyatakan fakta-faktanya dan menyelidiki hubungan satu dengan yang lain. Tidak berguna untuk menyatakan kepada hakikatnya atau kepada penyebab sebenarnya dari gejala-gejala itu.Orang harus menentukan syarat-syarat dengan fakta-fakta tertentu dan menghubungkan fakta-fakta itu menurut persamaan dan urutannya.


(37)

2.1.8. Metode Memperoleh Pengetahuan

Menurut Suhartono (2004) metode memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Metode Empirik (Empirisme)

Metode ini mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman indrawi, sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala apa yang dialami. Cara ini mengandung beberapa unsur, yaitu subjek yang mengetahui, objek yang diketahui, dan proses bagaimana subjek berhubungan dengan objek. Cara ini bisa menjadi ekstrem jika hanya mengakui bahwa sesuatu hal dapat disebut pengetahuan atau bukan jika tergantung pada apakah dapat dilacak kembali secara empirik atau tidak.

b. Metode Rasional (Rasionalism)

Metode ini membahas mengenai pengetahuan yang bersumber dari akal pikiran.Pengalaman dipandang sebagai perangsang terhadap akal pikiran.Kebenaran tidak terletak pada diri sesuatu, melainkan pada ide.Akal pikiran secara deduktif bekerja untuk mendapatkan pengetahuan yang pasti.Jadi, akal pikiran berperan sebagai perantara dan sekaligus sebagai suatu teknik deduktif (penalaran) dalam menentukan kebenaran.Selanjutnya keyakinan terhadap makna yang terkandung di dalam pernyataan menjadi tolak ukur.


(38)

c. Metode fenomenologik

Metode ini menyatakan bahwa apa yang diketahui tentang sesuatu hal itu hanyalah gejala-gejalanya saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada hubungan yang pasti antara sebab dan akibat.Mengenai bagaimana memperoleh pengetahuan yang benar tergantung pada jenis dan macam pengetahuan.

d. Metode Ilmiah

Metode ini dilakukan dengan memperoleh pengetahuan yang benar dan objektif melalui pendekatan (approach) untuk menentukan lingkupan studi (scope) yang sering disebut objek forma. Penentuan metode (method) yang sesuai, apakah analisis atau sintesis dan peralatan yang sesuai, apakah induktif atau deduktif, serta menentukan sistem kerja yang tepat, apakah terbuka atau tertutup, semuanya akan menjadi penting. Hasilnya adalah pengetahuan yang sah dan benar dengan menggunakan objektif ilmiah.Ada delapan prinsip penting dalam metode ilmiah, yaitu prinsip kausalitas, prinsip prediktif uniformatif, prinsip objektivitas, prinsip empirisme, prinsip kehematan, prinsip isolasi, prinsip kontrol, dan prinsip pengukuran yang pasti.Pengetahuan yang benar dapat diperoleh dengan metode ilmiah karena juga memfungsikan metode empirik dan rasional secara dialektik verifikatif.


(39)

2.1.9. Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi

Manusia adalah makhluk berpikir yang selalu ingin tahu tentang sesuatu.Rasa ingin tahu mendorong manusia mengemukakan pertanyaan.Bertanya tentang dirinya, lingkungan disekelilingnya, ataupun berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya.Dengan bertanya itu manusia mengumpulkan segala sesuatu yang diketahuinya. Begutulah cara manusia mengumpulkan pengetahuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah produk dari tahu, yakni mengerti sesudah melihat, menyaksikan, dan mengalami (Jalaluddin, 2013).

Manusia memperoleh pengetahuan melalui berbagai cara. Jika hanya sekedar ingin tahu tentang sesuatu cukup dengan menggunakan pertanyaan secara sederhana.Pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman yang berulang-ulang terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Proses memperoleh pengetahuan ini terkesan sangat sederhana, dimulai dari pengamatan terhadap gejala alam ataupun peristiwa yang terjadi di sekitar. Kemudian dicari hubungan sebab akibat, lalu diambil kesimpulan.Tanpa dilakukan analisis dan pengujian lebih lanjut berdasarkan prosedur keilmuan.Oleh karena itu, kesimpulan yang diambil dapat bersifat kebetulan atau kebenaran yang berlaku sesaat. Fenomena dan peristiwa yang sama suatu saat bisa benar, tetapi di tempat lain hasilnya berbeda. Hasil kesimpulan sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya secara empiris (Jalaluddin, 2013).

Perubahan perilaku subjek dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui tentang bahaya faktor risiko hipertensi terhadap kasehatan terlebih dahulu


(40)

(Awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik dengan gaya hidup yang tidak sehat yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi (Interest), setelah itu subjek mulai menimbang keuntungan dan kerugian dari gaya hidup tidak sehat yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi terhadap dirinya (Evaluation), kemudian subjek mulai mencoba berperilaku yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi (Trial), dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa gaya hidup tidak sehat yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi dan telah disesuaikan dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya (Adoption) (Notoatmodjo 2007).

Pasien hipertensi adalah orang-orang yang mengalami hipertensi atau orang-orang yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dengan konsistensi di atas 140/90 mmHg (Bareadero,Dayrit,&Siswandi, 2008).Pengetahuan pasien hipertensi tentang faktor risiko hipertensi umumnya rendah.Hal ini ini dibuktikan sebagian besar pasien hipertensi tidak dapat mengingat secara rinci bahaya faktor risiko hipertensi terhadap tubuh (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Pasien hipertensi yang mengerti akan bahaya faktor risiko hipertensi meremehkan dampak buruknya terhadap kesehatan dan cenderung kurang menyadari akan bahayanya tersebut. Pemahaman menyeluruh akan bahaya faktor risiko hipertensi merupakan faktor penting yang memotivasi pasien hipertensi untuk melaksanakan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit hipertensi atau penyakit darah tinggi (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).


(41)

Orang yang menderita hipertensi cenderung berhubungan dengan faktor risiko hipertensi, seperti berusia 30-40 tahun ke atas, jenis kelamin pria, faktor keturunan (faktor genetik), obesitas, alkohol, serum lipid, diet, kegiatan fisik minimal, faktor lingkungan, faktor psikososial, merokok, minum obat anti hamil, dan mengalami diabetes mellitus (Irawan &Mulyadi, 1998).

2.2.Faktor Risiko

2.2.1. Defenisi Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997) faktor risiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat).

2.2.2. Jenis-Jenis Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997) jenis-jenis faktor risiko ada dua yaitu:

a. Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah

Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah ada dua, yaitu faktor risiko tidak dapat berubah, misalnya faktor umur atau genetik dan faktor risiko yang dapat berubah, misalnya kebiasaan merokok.

b. Menurut kestabilan peranan faktor risiko

Menurut kestabilan peranan faktor risiko ada dua, yaitu faktor risiko yang dicurigai atau dengan kata lain faktor-faktor yang belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil penelitian sebagai faktor risiko, misalnya rokok sebagai penyebab kanker leher rahim dan faktor risiko yang telah ditegakkan atau dengan


(42)

kata lain faktor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah atau penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit, misalnya rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.

c. Faktor risiko yang didokumentasikan dan yang jarang didokumentasikan. d. Faktor risiko yang kuat dan yang lemah.

2.2.3. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997) perlunya faktor risiko diketahui dalam terjadinya penyakit dapat berguna dalam hal-hal berikut:

a. Prediksi

Untuk meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan sepuluh kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.

b. Penyebab

Kejelasan atau beratnya faktor risiko dapat mengangkatnya menjadi faktor penyebab setelah menghapus pengaruh dan faktor penggangu.

c. Diagnosis

Faktor risiko dapat membantu proses diagnosis.

d. Prevensi

Jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab, pengulangan dapat digunakan untuk pencegahan penyakit meskipun mekanisme penyakit sudah diketahui atau tidak.


(43)

2.2.4. Kriteria Faktor Risiko

Menurut Bustan (1997), penegakan suatu faktor sebagai faktor risiko dapat dilakukan dengan memakai konsep kausalitas Austin Bradford Hill, ahli statistik Inggris tahun 1995 mengajukan delapan kriteria untuk membuktikan adanya sebab akibat (hubungan kausal), yaitukekuatan hubungan atau adanya risiko relatif yang tinggi, temporal atau kausal mendahului akibat, respon terhadap dosis, reversibilitasatau tidak berubah, konsistensi atau taat azas, kelayakan biologi, dananalogi.

2.3. Hipertensi

2.3.1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode (Udjianti, 2011). Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sisitolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah (Udjianti, 2011).


(44)

2.3.2. EtiologiHipertensi

Menurut Udjianti (2011) etiologi yang pasti dari hipertensi esensial atau primer belum diketahui. Namun sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Penyebab awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting apabila ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontraksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer.Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder.

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion.Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.Sekitar 90 % lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous displasia


(45)

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, dan fungsi ginjal.

c. Gangguan endokrin

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia.Aldosteronisme primer biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.Pheochromocytomas pada medula adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom Cushing, kelebihanglukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasia adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

d. Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.

e. Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik. f. Kehamilan.


(46)

Menurut Haroen &Sutomo (1992) penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Hipertensi esensial (primer): 75% dari seluruh penderita hipertensi.

Etiologinya adalah tanpa kelainan anatomik, biasanya herediter, tergantung dari umur (lebih dari empat puluh tahun), dan terdapat faktor psikis

b. Hipertensi sekunder: merupakan 20% penderita

Etiologinya adalah penyakit ginjal (glomerulonefritis akuta/kronika, kista, hipertrofi prostat, tumor, batu), dan stenosis isthmus aortae.

2.3.3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Udjianti (2011) hipertensi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Berdasarkan Penyebab

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini.

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.


(47)

c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d. Berat badan: obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah jika gaya hidup tersebut menetap.

2. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stres (Udjianti, 2011).


(48)

b. Klasifikasi Hipertensi pada Klien Berusia ≥ 18 Tahun oleh Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

Batasan Tekanan Darah Kategori Diastolik

<85 Tekanan darah normal

85-89 Tekanan darah normal-tinggi

90-104 Hipertensi ringan

105-114 Hipertensi sedang

≥115 Hipertensi berat

Sistolik, saat diastolik <90 mmHg

<140 Tekanan darah normal

140-159 Batas Hipertensi sistolik terisolasi

≥160 Hipertensi sistolik terisolasi

Tabel 2.1Klasifikasi Hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (Udjianti, 2011).

2.3.4.Patofisiologi Hipertensi

Menurut Udjianti (2011) tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sitem saraf otonom dan


(49)

sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler.

Baroreseptor arteri tidak hanya ditemukan di sinus carotid, tetapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sitemik bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sitemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I yang kemudian diubah oleh


(50)

converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II, dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak dapat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole. Jika pembuluh darah menebal maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh sehingga menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah maka proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai


(51)

akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi yang berkaitan dengan overload garam dan air.

Skema 1 Patofisiologi Hipertensi (Udjianti, 2011) Hipertensi Sclerosis Koroner Aterosklerosis Peningkatan Tekanan Dinding Ventrikel Peningkatan Afterload Hipo Sistole Penurunan Stroke Volume Iskemia Miokard Calsium Influx Berlebihan Penyakit Jantung Iskemia Hipertrofi Ventrikel Peningkatan Kerja Jantung Peningkatan Kebutuhan Oksigen Miokard Dekompensasi Kordis Kardiomegali Congestive Heart Failure Penurunan Suplai O2 Miokard


(52)

2.4. Faktor Risiko Hipertensi

2.4.1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Mansoor (2001) faktor risiko hipertensi merupakan karakteristik, tanda atau kumpulan gejala penyakit hipertensi yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus hipertensi.

2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Mansoor (2001) faktor-faktor risiko hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Usia

Kejadian tertinggi pada usia 30-40 tahun. Kejadian tiga kali lebih besar pada orang kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam.

b. Jenis Kelamin

Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.

c. Keturunan

Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang tinggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa yang datang. Tekanan darah pada dewasa tingkat pertama, yaitu orang tua dan saudara kandung yang dikorelasikan terhadap umur dan jenis kelamin tampak pada semua tingkat tekanan darah.

Pembahasan lebih lanjut menunjukkan bahwa fenomena ini dapat ditelusuri sejak masa kanak-kanak. Misalnya dalam kajian Tecumseh, kelompok


(53)

orang yang berumur empat puluh tahun yang tekanan darahnya meningkat mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi daripada keadaan normal pada saat mereka berusia tujuh tahun. Walaupun pembahasan itu efektif dalam memperkirakan pengalaman kelompok, kemampuan untuk memperkirakan tekanan darah orang dewasa pada masa kanak-kanak masih terbatas.

d. Faktor Genetika

Dasar genetika terhadap tekanan darah tinggi telah didukung oleh penelitian eksperimental dan beberapa penyakit monogen pada manusia telah dipaparkan.Hipertensi secara umum masih dianggap sebagai poligen. Sejumlah besar gen calon pembawa hipertensi sedang diselidiki terutama enzim pengubah angiotensin II (ACE II) dan polimorfisme gen angiotensinogen. Penggunaan genetika molekuler mungkin dalam waktu dekat dapat meningkatkan kemampuan kita untuk secara lebih spesifik memperhatikan beberapa orang yang rentan tekanan darah tinggi.

Beberapa ciri fenotipe telah diselidiki terhadap sejumlah orang yang normotensi dan yang hipertensi, baik dalam riwayat keluarganya terdapat peningkatan tekanan darah atau pun tidak. Ciri-cirinya adalah adanya beberapa sistem transport-membran kation (seperti transpor natrium-kalium dan ko-transpor litium-kalium

e. Obesitas

Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Obesitas yang ditunjukkan oleh kenaikan lingkar pinggang terhadap panggul secara positif telah dikorelasikan dengan


(54)

hipertensi pada beberapa populasi.

Beberapa kajian menyatakan adanya hubungan peningkatan insulin dengan tekanan darah, baik pada populasi obesitas maupun populasi non obesitas. Resistensi insulin telah ditemukan pada keturunan yang sehat dari pasien penderita hipertensi dan pada orang yang kurus pengidap normotensi peka garam. Hal ini menunjukkan bahwa resistensi insulin sudah ada sebelum berkembangnya hipertensi pada orang yang mempunyai kecenderungan secara genetik.

Gemuk yang normal dengan gemuk yang tidak normal sangatlah berlainan. Gemuk yang normal biasanya hanya merupakan kelebihan berat badan antara 3-5 kg dari berat badan ideal seseorang dan hal ini belum dapat dijadikan sebagai pedoman bahwa kelebihan berat badan itu dapat memicu timbulnya penyakit hipertensi. Banyak orang-orang yang merasa gemuk tidak normal, yaitu memiliki berat badan di atas normal, misalnya kelebihan berat badan sampai mencapai 30-40% dari berat idealnya. Hal ini cenderung terserang hipertensi. Selain itu, keadaan gemuk yang berlebihan akan menyulitkan upaya pengembalian kesehatan.

Orang yang gemuk sudah pasti berat badannya melebihi batas normal dan akan menyulitkan pada saat pertolongan, misalnya terlalu berat untuk diangkat atau dipindahkan jika sewaktu-waktu pingsan. Berbeda dengan mereka yang hanya kelebihan berat badan beberapa kilogram saja, meskipun kakinya lemas, tetapi kemungkinan untuk bangkit dan berjalan pelan-pelan masih bisa jika dibandingkan dengan pasien yang kegemukan dengan kondisi yang sama sekali hanya mampu duduk di kursi roda (Irawan& Mulyadi, 1998).


(55)

f. Alkohol (Minuman Keras)

Minuman keras, khusunya yang berkadar alkohol tinggi sangat membahayakan terhadap sirkulasi darah. Hal ini disebabkan karena alkohol mengandung suatu unsur yang bersifat membakar sehingga jika masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan panas dan ini menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Selain itu, alkohol juga mengganggu dan merusak karbohidrat dan dapat menyebabkan paru-paru terbakar, ginjal rusak, jantung bocor, dan lain sebagainya akibat dari minuman berkadar alkohol tinggi. Jadi, peminum berat atau pecandu alkohol sudah pasti organ tubuhnya tidak akan sempurna.

Alkohol juga merupakan salah satu faktor risiko tinggi yang mampu menimbulkan hipertensi dan memperbasar kemungkinan timbulnya trombosis, khususnya terhadap peminum yang berat.Selain itu, seringnya meminum minuman berkadar alkohol tinggi juga menyebabkan terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) yang seringkali diikuti oleh muntah-muntah dan menyebabkan terjadinya viskositas darah (Irawan& Mulyadi, 1998).

Beberapa orang yang mengkonsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh kajian penelitian maupun kajian observasi.Efek akut dan kronis telah dilaporkan dan tidak tergantung pada obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis kelamin, maupun umur. Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg (0,13 kPa) dan TDD kira-kira 0,5 mmHg (0,07 kPa) per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut


(56)

6,6 mmHg (0,89 kPa) dan 4,7 mmHg (0,63 kPa) dibandingkan dengan peminum yang hanya sekali seminggu.

g. Serum lipid

Meningkatnya triglycerida atau kolesterol (peningkatan LDL dan penurunan HDL ) meningkat pada risiko dari hipertensi. Kolesterol berkadar tinggi dalam darah merupakan penyebab pembentukan lemak dalam tubuh, termasuk juga dalam pembuluh darah. Lemak dalam darah dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan bagian lemak yang kurang berperan. Di antara empat jenis lemak itu, kolesterol yang dapat dikatakan paling berbahaya karena sering menjadi penyebab utama hipertensi dan penyakit jantung.

Ada dua macam kolesterol utama dalam tubuh, yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) yang sering disebut sebagai kolesterol jahat dan High Density Lipoprotein (HDL) atau yang disebut sebagai kolesterol baik. LDL mengangkut hampir 70 % total kolesterol darah yang dibawa dari hati menuju sel-sel di seluruh tubuh yang membutuhkannya dan jenis kolesterol ini dibawa oleh Apo-8. Kemudian untuk HDL mengangkut hampir 20 % total kolesterol darah dan berasal dari sel-sel tubuh yang sudah tidak terpakai dibawa kembali menuju ke hati sehingga mencegah terjadinya penumpukan lemak jenuh. HDL diangkut oleh Apo-A1. Peningkatan kolesterol total (antara jumlah LDL dan HDL) biasanya disebabkan karena meningkatnya jumlah kolesterol LDL.

Kolesterol di dalam darah sangat dipengaruhi oleh pola makan dan metabolisme tubuh. Produk-produk makanan yang berasal dari hewan seperti susu, keju, kuning telur, daging berlemak serta yang lainnya merupakan sumber


(57)

utama kolesterol, sedangkan makanan yang bersifat nabati seperti sayur-sayuran dan buah-buahan sama sekali tidak mengandung kolesterol, kecuali beberapa jenis buah-buahan seperti kelapa, alpukat, durian, dan lain-lain.

Kolesterol menimbulkan akumulasi (penambahan) lemak dalam darah. Bila dibiarkan terus-menerus tanpa terkendali dan tanpa upaya menanggulangi akibatnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah dan sudah pasti hal itu akan memperberat kerja jantung dalam memompa darah untuk bersirkulasi ke seluruh organ tubuh. Kalau sudah demikian dapat dipastikan akan terjangkit penyakit hipertensi. Hal seperti ini akan lebih buruk lagi bila ditambah dengan kebiasaan yang merugikan, seperti merokok, kurang aktivitas gerak (kurang berolahraga) dan cenderung lebih suka makan enak.

Jika hal seperti di atas berlangsung secara terus-menerus, maka penimbunan lemak akan berlangsung terus dan ini menyebabkan penebalan pembuluh darah berlangsung cepat karena tidak pernah diubah menjadi energi kinetik yang disebabkan kurang gerak, sedangkan nikotin rokok mempercepat korosi atau pengeroposan pembuluh darah.

Hasil riset para medis yang telah dilakukan membuktikan bahwa kadar lemak darah atau kolesterol berlebihan cenderung mengacu pada penyakit hipertensi dan akhirnya akan berakibat stroke. Oleh karena itu, untuk mengetahui berapa besar kadar kolesterol yang dimiliki setiap orang maka dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan dan sebaiknya dilakukan setelah berpuasa. Jika ternyata kolesterol memang telah meninggi segeralah diantisipasi (Irawan Mulyadi, 1998).


(58)

h. Diet ( Faktor Nutrisi ) a. Natrium klorida

Kajian eksperimental dan pengamatan menunjukkan bahwa asupan natrium klorida yang melebihi kebutuhan fisiologi bisa menimbulkan hipertensi. Hubungan antara pengeluaran natrium melalui urin dan tekanan darah akan semakin nyata dengan bertambahnya umur. Intisari 14 kajian berdasarkan populasi menghasilkan kemiringan-regresi gabungan untuk TDS dan TDD berturut-turut sebesar 3,7 mmHg (0,49 kPa) dan 2,0 m24 kajian mHg (0,27 kPa) per 100 mmol natrium melalui urin per hari. Analisis lain yang mencakup 24 kajian pengamatan, kemiringan yang dihitung untuk regresi TDS dan TDD berdasarkan perkiraan asupan natrium harian berturut-turut adalah 4,9 mmHg (0,65 k Pa) dan 1,8 mmHg (0,24 kPa) per 100 mmol natrium pada orang berusia 20-29 tahun,sedangkan pada usia 60-69 tahun adalah 10,3 mmHg (0,4 kPa) dan 2,9 mmHg (0,39 kPa) per 100 mmol natrium.

b. Kalium

Berbagai kajian telah mengidentifikasi adanya hubungan terbalik antara tekanan darah dan asupan kalium melalui makanan. Kajian intersalt menyatakan bahwa jika pengeluaran kalium meningkat 60 mmol/hari melalui urin maka terjadi pengurangan TDS sebesar 2,7 mmHg (0,36 kPa). Tekanan darah lebih erat kaitannya antara natrium dan kalium dalam urin dibandingkan dengan salah satu elektrolit. Analisis intersalt menunjukkan bahwa pengurangan kalium-natrium urin selama 24 jam dari 3:1 (170 mmol natrium/55 mmol kalium) menjadi 1:1 (70


(59)

mmol natrium/70 mmol kalium) berkaitan dengan pengurangan TDS sebesar 3,4 mmHg (0,45 kPa).

c. Mikronutrisi Lain

Peranan mikronutrisi lain seperti kalsium, magnesium, dan seng dalam menentukan tekanan telah diteliti pada beberapa populasi dan kajian intervensi, tetapi peranan bebas yang utama dari mikronutrisi yang menentukan risiko hipertensi di masa depan belum diketahui.

d. Makronutrisi

Meskipun kajian pengamatan menunjukkan adanya hubungan beberapa makronutrisi (lemak, asam lemak, karbohidrat, serat, dan protein) dengan tekanan darah belum terdapat bukti hubungan sebab akibat dengan hipertensi.Selain itu terdapat sedikit bukti bahwa keragaman jangka pendek yang relatif dalam asupan makronutrisi dapat mempengaruhi tekanan darah pada penderita normotensi atau hipertensi ringan.

i. Kegiatan fisik yang Minimal

Orang normotensi serta kurang gerak dan tidak bugar mempunyai risiko 20-50% lebih besar untuk terkena hipertensi selama masa hidupnya jika dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar.Olahraga aerobik secara teratur yang cukup untuk mencapai kebugaran fisik ternyata bermanfaat, baik untuk mencegah hipertensi maupun untuk menangani masalah hipertensi.Hubungan antara tekanan darah dan kegiatan aerobik tetap ada, sekalipun telah disesuaikan dengan faktor umur, jenis kelamin, indeks massa-badan, dan kegiatan di tempat kerja.


(60)

j. Faktor Lingkungan

Adanya polusi udara, polusi suara, dan air yang tercemar ternyata telah diindikasikan sebagai faktor penyebab tekanan darah tinggi.Meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Melindungi masyarakat dari polusi merupakan skala prioritas dengan alasan bahwa selain mempengaruhi kesehatan dengan banyak cara, polusi juga memiliki pengaruh besar terjadinya hipertensi.

k. Faktor Psikososial

Terdapat bukti bahwa berbagai bentuk stres yang akut dapat meningkatkan tekanan darah, tetapi hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa stres jangka panjang mempunyai efek jangka panjang juga.Tekanan darah yang tinggi ternyata dapat terjadi pada orang yang tenang, tidak mudah marah, dan pada orang yang tidak mempunyai kekhawatiran.Selain itu, hipertensi juga terjadi pada orang yang gelisah atau pada orang yang memiliki emosi yang meledak.Meskipun demikian, tekanan di tempat kerja atau di rumah juga dapat menjadi penyebab hipertensi yang penting bagi beberapa orang, meskipun tidak untuk setiap orang.

Istilah hipertensi digunakan di kalangan medis yang sama artinya dengan tekanan darah tinggi. Namun, hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang merasa tegang sudah pasti akan memiliki tekanan darah tinggi dan tidak berarti juga bahwa sebagian besar orang yang mempunyai tekanan darah tinggi merasa tegang. Tekanan darah akan turun selama tidur yang normal, baik pada orang dengan tekanan darah yang normal atau pada orang dengan tekanan darah yang tinggi. Latihan relaksasi juga menurunkan tekanan darah untuk sementara waktu dan dapat memberi efek jangka panjang yang bermanfaat untuk orang yang


(61)

mempunyai tekanan darah tinggi yang belajar bagaimana menenangkan diri, tetapi tidak ada bukti bahwa perawatan dengan relaksasi saja merupakan alternatif yang efektif atau aman dibanding perawatan dengan obat untuk orang dengan tekanan darah yang sangat tinggi.

Faktor penyebab stres berbagai jenis, mulai dari memikirkan diri sendiri, tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimiliki, tidak puas dengan apa yang dicapai, dan selalu berusaha untuk mendapat yang lebih banyak lagi merupakan penyebab tumbuhnya gangguan emosi dan stres. Jika hal tersebut terjadi maka kecenderungan untuk terkena hipertensi, infark jantung, dan jenis penyakit degeneratif yang lain sangatlah mudah. Bahkan orang-orang yang awalnya telah terkena penyakit degeneratif akan lebih terpicu bila mengalami stres yang berkesinambungan.

Beban pekerjaan yang terlalu berat yang sekiranya tidak sesuai dengan kemampuannya, sering pindah kerja atau mutasi, masalah yang selalu bertumpuk yang tidak kunjung dapat diselesaikan sering meyebabkan orang terkena stres. Orang yang mengalami stres karena satu dan lain penyebab dapat terkena hipertensi lebih besar daripada orang yang suka santai dan menganggap segala persoalan mudah diselesaikan.

Hasil riset yang dilakukan oleh The farmingham Study membuktikan bahwa seseorang yang bekerja dalam lingkungan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak terlalu kaku memiliki risiko terkena serangan jantung lebih sedikit dibandingkan jika bekerja pada perusahaan dengan beban kerja yang lebih banyak pengawasan dan terlalu ketat kedisiplinannya.


(62)

Tubuh manusia telah dilengkapi dengan mekanisme yang mampu menanggulangi stres.Persoalannya adalah mampukah manusia memanfaatkan kemampuannya untuk menanggulangi stresnya. Stres seharusnya ditanggulangi dengan cara menelusuri permasalahannya, tidak dengan keluh kesa, tidak minum alkohol sampai mabuk, dan tidak menghabiskan rokok sampai beberapa bungkus sehari. Jika manusia bisa menelusuri berbagai pokok permasalahan yang menyebabkan diri manusia stres maka faktor terjadinya serangan hipertensi dapat dihindari sedini mungkin.

l. Merokok

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang tidak baik.Selain tidak bermanfaat dan merugikan kesehatan juga hanya membakar uang secara percuma.Di samping itu kebiasaan merokok bisa secara mendadak meningkatkan tekanan darah.Racun nikotin, karbon monoksid, dan ribuan zat-zat lain yang terdapat di dalam rokok yang sudah pasti sangat merugikan.Gangguan akibat kebiasaan merokok itu biasanya dimulai dari batuk-batuk, nyeri di dada, dan bila sudah menjurus ke hal yang gawat adalah kanker paru-paru.

Merokok bukan penyebab tekanan darah tinggi tetapi dapat meningkatkan risiko yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi.Jika seseorang mempunyai tekanan darah yang tinggi dan memiliki kebiasaan merokok, kemungkinan terkena serangan jantung tiga kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan perokok.Merokok adalah faktor risiko yang besar sehingga menimbulkan penyakit jantung koroner dan stroke.Selain itu, merokok juga faktor risiko terjadinya kanker mulut, hidung, tenggorokan, paru, kandung kemih, pankreas, asma, dan


(63)

penyakit paru lainnya.Berbeda dengan semua faktor risiko lainnya, merokok juga mempengaruhi teman dan keluarga karena mereka dapat menjadi perokok yang pasif.

Merokok juga menyebabkan zat adrenalin meningkat yang mengakibatkan detak jantung dan tekanan darah menjadi semakin tinggi. Ditambah lagi jumlah pembuluh darah yang mengeras pun ikut meningkat dan itu sama sekali sangat tidak menguntungkan terhadap penderita hipertensi.

Pengapuran atau pengerasan pembuluh darah yang lebih sering disebut aterosklerosis juga merupakan akibat dari merokok.Racun nikotin yang dihisap (tar) juga mengakibatkan berkurangnya volume plasma darah sehingga viskositas darah menjadi naik (darah menjadi lebih pekat) yang akibatnya bisa mengacu pada hipertensi.

Menghentikan kebiasaan merokok tidak mudah.Perokok sering mengatakan lebih baimemusatkan pikiran (konsentrasiuk tidak makan daripada tidak merokok. Selain itu, perokok berat akan menjadi mudah tersinggung, frustasi, dan sulit memusatkan pikiran (konsentrasi) jika kebiasaan merokok dihentikan sama sekali secara tiba-tiba.

Perokok berat pasti bisa menghilangkan kebiasaan merokonya jika ada kemauan keras.Caranya kurangi posinya secara bertahap. Dari dua belas batang sehari menjadi sepuluh batang, kemudian delapan batang sampai seminimal mungkin yang pada akhirnya berhenti sama sekali. Jika sangat sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok dapat dicari alternatif lain, misalnya dengan mengunyah permen karet (Irawan& Mulyadi, 1998).


(64)

m. Minum Obat Antihamil

Pencegahan kehamilan dengan program KB dengan menggunakan obat-obat anti hamil, khusunya yang berbentuk tablet juga merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi pada sebagian wanita yang meminumnya.Obat pencegah kehamilan generasi pemula umumnya mengandung hormon estrogen yang cukup tinggi dan sangat tidak baik terhadap sirkulasi darah, tetapi tidak semua tablet kontrasepsi berbahaya. Salah satu misalnya adalah pil kontrasepsi generasi sekarang yang proses pembuatannya telah diawasi dengan baik dan memiliki kandungan hormon estrogen yang tidak terlalu tinggi sehingga masih memungkinkan keamanan untuk digunakan terhadap wanita-wanita muda di bawah usia tiga puluh lima tahun.

Walaupun demikian harus perlu tetap diwaspadai.Kaum ibu yang menggunakan pil kontrasepsi untuk mencegah kehamilan seyogyanya jangan merokok.Jika tergolong peecandu rokok juga usahakan untuk berhenti merokok.Jika pada waktu menggunakan pil KB merasa ada tanda-tanda tidak beres, seperti migrain dengan gejala disfasia atau gangguan fungsi sensorik otak serta lemas maka penggunaan pil KB harus segera dihentikan.

n. Diabetes Mellitus.

Diabetes mellitus atau kencing manis juga merupakan salah satu penyebab terjadinya serangan hipertensi, terutama bila kadar gula darah dalam tubuh tidak terkendali dengan baik. Bila kadar gula darah tidak normal, maka akan mengakibatkan penurunan volume plasma darah sehingga konsentrasi hemoglobin atau sel darah merah meningkat dan cairan darah menjadi lebih pekat.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Faktor Risiko pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2014

5 27 103

Pengaruh Blog Edukatif Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi dan Perilaku Diet Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta

0 4 10

PENGARUH BLOG EDUKATIF TENTANG HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DAN PERILAKU DIET HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 3 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

0 3 7

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO KABUPATEN PACITAN Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Donorojo Kabupaten Pacitan.

0 3 16

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARTASURA Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARTASURA Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP PERAWATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN TINGKAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BANYU URIP SURABAYA TAHUN 2017 SKRIPSI

0 0 27

GAMBARAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA PASIEN PEREMPUAN DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA

0 3 28