BAB II BATAS-BATAS PERGAULAN ANTARA LAKI-LAKI DAN WANITA
DALAM MASYARAKAT SEKARANG: SATU URAIAN HUKUM ISLAM
A. Pengertian Pergaulan Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi tugas taklif dan
tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki, yang kelak akan mendapatkan pahala atau siksa sebagai balasannya. Tugas yang mula-mula diberikan Allah
kepada manusia bukan khusus untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan, yakni
Adam dan istrinya
+
,- .0 1 234
5 689,: ;
=? AB4 C AD =
E9FG H
8 I ,-
JK,LM :NG OPQR
Artinya: “Dan Kami berfirman: Wahai Adam Tinggalah Engkau dan isterimu dalam syurga, dan makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja
kamu berdua sukai, dan janganlah kamu hampiri pokok ini, jika kamu menghampirinya maka akan menjadilah kamu dari golongan orang-orang
yang zalim. Q.S. al-Baqarah 2:35
Banyak orang berlebihan dalam menggunakan istilah an-nizham al- ijitima’i
untuk menyebut seluruh peraturan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Istilah yang lebih tepat untuk menyebut peraturan kehidupan
bermasyarakat adalah anzhimah al-mujtama’ sistem sosial. Sebab sistem ini hakikatnya mengatur seluruh interaksi yang terjadi dalam suatu masyarakat
8
tertentu tanpa memperhatikan ada tidaknya aspek ijtima pergaulanpertemuan laki-laki wanita. Dalam sistem sosial, tidaklah diperhatikan adanya ijitima
karena yang dilihat hanyalah interaksi-interaksi yang ada. Dari sinilah muncul berbagai macam peraturan sistem yang bermacam-macam sesuai jenis dan
perbedaan interaksinya, yang mencakup aspek ekonomi,pemerintahan, politik, pendidikan, pidana, muamalah dan sebagainya. Dengan demikian, penggunaan
istilah an-nizam al-ijtima’i untuk menyebut sistem sosial tidaklah beralasan dan tidak sesuai dengan fakta. Lebih dari itu, kata ijtima’i adalah kata sifat bagi
sistem nizham. Pengertiannya, sistem tersebut dibuat hendaknya untuk mengatur berbagai problem yang muncul dari ijtima pergaulan pertemuan laki-laki dan
wanita, atau berbagai interaksi alaqah yang timbul dari ijitima’i tersebut.
1
Pergaulan ijtima seorang laki-laki dengan seorang laki-laki atau seorang wanita dengan dengan sesama wanita tidak memerlukan peraturan. Sebab,
pergaulan sesama jenis tidak memerlukan peraturan. Sebab, pergaulan sesama jenis tidak akan menimbulkan problem ataupun melahirkan berbagai interaksi
yang mengharuskan adanya seperangkat peraturan. Pengaturan kepentingan di antara keduanya hanyalah memerlukan sebuah peraturan nizham karena
faktanya mereka hidup bersama dalam satu negeri, sekalipun mereka tidak saling bergaul. Adapun pergaulan antara laki-laki dan wanita atau sebaliknya, maka
itulah yang menimbulkan berbagai problem yang memerlukan pengaturan dengan suatu peraturan nizham tertentu. Pergaulan laki-laki dan wanita itu
pulalah yang melahirkan berbagai interaksi yang memerlukan pengaturan dengan
1
Taqiyudin an-Nabhani Sistem Pergaulan Dalam Islam, Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia 2007 Cet Ke-3 h 9
suatu peraturan tertentu. Maka peraturan pergaulan laki-laki dan wanita seperti inilah sesungguhnya yang lebih tepat disebut sebagai an-nizham al-ijtima’i.
Alasannya, sistem inilah yang pada hakikatnya mengatur pergaulan antara dua lawan jenis laki-laki dan wanita serta mengatur berbagai interaksi yang timbul
dari pergaulan tersebut.
ST U V
G Q
DA I
,W- G=+X
YZ[ \ ]
D [H
: _`a
b cH
1 d,G
Y OePR
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”Q.S. 49: al- Hujurat:13
Allah telah menciptakan manusia, baik laki-laki maupun wanita, dengan satu fitrah tertentu yang berbeda dengan hewan. Wanita adalah manusia,
sebagaimana halnya laki-laki. Masing-masing tidak berbeda dari yang lainnya dari aspek kemanusiaannya. Yang satu tidak melebihi yang lainnya pada aspek ini.
Allah telah mempersiapkan keduanya untuk mengarungi kancah kehidupan dengan sifat kemanusiaanya. Allah telah menjadikan laki-laki dan wanita untuk
hidup bersama dalam satu masyarakat. Allah juga telah menetapkan bahwa kelestarian jenis manusia bergantung pada interaksi kedua jenis tersebut dan pada
keberadaan keduanya pada setiap masyarakat. Karena itu tidak boleh memandang salah satunya kecuali dengan pandangan yang sama atas yang lain, bahwa ia
adalah manusia yang mempunyai berbagai ciri khas manusia dan segala potensi yang mendukung kehidupannya.
Allah telah menciptakan pada masing-masingnya potensi kehidupan tahaqah hayawiyyah, yaitu potensi yang juga diciptakan Allah pada yang
lainnya. Allah telah menjadikan pada masing-masingnya kebutuhan jasmani hajat udhwiyyah seperti rasa lapar, dahaga atau buang hajat serta berbagai
naluri ghara’iz, yaitu naluri yang mempertahankan diri, naluri melestarikan keturunan dan naluri beragama.
Pergaulan dalam bahasa Arab disebutkan ikhtilat barakar dari kalimat “khalata yakhlutu khaltan”
. Yang berarti bercampur.
2
Beberapa kata mempunyai makna baru dan bahkan ada yang meluas penggunaannya. Salah satunya adalah kata “percampuran atau pergaulan”.
3
Dari perkataan berkenaan dengan percampuran antara laki-laki dan wanita dalam satu
tempat, atau berbagai tempat. Menurut kamus Malaysia Indonesia kalimat gaul, bergaul berarti
bercampur, teraduk, menggaulkan dan mengaduk seperti pasir dengan semen.
4
Sebenarnya pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz boleh. Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertujuan
untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kebajikan, perjuangan, atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga, baik dari
laki-laki maupun perempuan.
2
Ibnu Manzur, Lisa al-Arab,jilid 9 h 120
3
Dr Yusuf Qradhawi Fiqih Wanita Segala Hal Mengenai Wanita, Bandung: Jabal 2006 Cet Ke-1 h 99
4
Abdul Chaer, Kamus Malaysia Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta 2004 Cet Ke-1 h 59
Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas diantara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar`iyah yang baku dilupakan. Kita tidak perlu
menganggap diri kita sebagai malaikat yang suci yang dikhawatirkan melakukan pelanggaran, dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya Barat kepada kita.
Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong- menolong dalam kebajikan dan takwa, dalam batas-batas hukum yang telah
ditetapkan oleh Islam. Islam telah menggariskan batas-batas pergaulan antara wanita dan laki-laki.
Islam memandang pergaulan antara laki-laki dan wanita sebagai satu hal yang amat penting. Tetapi bagaimanapun juga, Islam telah menetapkan hukum
secara umum mengenai masalah ini. Islam justru memperhatikannya dengan melihat tujuan atau kebaikkan yang hendak diwujudkan, atau bahaya yang
dimungkinkan, gambarannya, dan syarat-syarat yang harus dipenuhinya atau lainnya. Sebaik-sebaik petunjuk dalam masalah ini ialah petunjuk Rasulullah,
petunjuk para sahabat yang menjadi pedoman. Orang yang ingin memperhatikan petunjuk ini, niscaya akan tahu bahawa Islam tidaklah memenjarakan kaum
wanita atau mengisolasi mereka seperti yang terjadi pada zaman kemunduran Islam.
5
B. Pandangan Hukum Islam Mengenai Pergaulan Yang Bukan Mahram