c.
Dicukupkan sampai garis tanda, kemudian dihomogenkan, lalu disaring.
d.
Dibuang 5 ml filtrat pertama, dan filtrat selanjutnya ditampung.
e. Dipipet 1 ml filtrat ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis
tanda, lalu dihomogenkan.
f.
Dimasukkan larutan ke dalam kuvet.
g. Diukur serapan larutan baku pada panjang gelombang 273 nm,
menggunakan akuades sebagai blanko.
3.4.2 Uji Disolusi Sampel
Cara pengujian disolusi dengan metode pengaduk bentuk dayung: a.
Ditimbang masing-masing 6 tablet, dicatat hasilnya. b.
Disiapkan alat, pastikan alat siap pakai. c.
Dimasukkan 900 ml akuadest ke dalam wadah media disolusi, dipasang alat dengan pengaduk bentuk dayung alat 2.
d. Dimasukkan 6 tablet gliseril guaiakolat 100 mg ke dalam masing-masing
wadah secara serentak. Segera jalankan alat pada suhu 37
o
C ± 0,5
o
e. Setelah 45 menit dipipet 10 ml larutan pada daerah pertengahan antara
permukaan media disolusi dan bagian atas dari dayung berputar, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml lalu dicukupkan sampai garis
tanda kemudian dihomogenkan. C
dengan laju kecepatan 50 rpm dan tunggu selama 45 menit.
f. Diukur serapan masing-masing larutan uji dengan panjang gelombang 273
nm.
3.4.3 Pembuatan Kurva Absorbansi
Pembuatan kurva absorbansi bertujuan untuk mendapatkan panjang gelombang absorbsi maksimum dari sampel. Berhubung protap yang digunakan di
PT. Kimia Farma telah ditentukan maka pembuatan kurva absorbansi tidak dilakukan lagi. Sesuai dengan protap yang telah ditentukan maka panjang
gelombang maksimum yang digunakan untuk sampel adalah 273 nm.
3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi bertujuan untuk: 1.
Melihat hubungan antara absorbansi A dengan konsentrasi C. 2.
Membuat persamaan garis regresi. 3.
Untuk menentukan konsentrasi pengukuran zat uji. Pembuatan kurva kalibrasi diupayakan menghasilkan harga absorbansi A
dalam rentang 0,4 – 0,6. Tetapi, biasanya harga absorbansi A yang diperoleh berkisar antara 0,2 – 0,8. Namun pembuatan kurva kalibrasi tidak dilakukan lagi
karena: 1.
Protap itu sudah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di PT. Kimia Farma sehingga cukup menggunakan kurva kalibrasi yang sudah ada.
2. Perhitungan kadar tidak menggunakan persamaan regresi melainkan
menggunakan metode pendekatan maka penbuatan kurva kalibrasi tidak diperlukan.
3.4.5 Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri UV
Tahapan kerja penetapan kadar yang dilakukan adalah sebagai berikut: a.
Hidupkan alat spektofotometer ultra violet UV. b.
Klik program spektofotometer ultra violet UV yang terdapat di komputer.
c. Klik menu Quantification, masukkan panjang gelombang maksimum 273
nm serta jarak batas atas dan batas bawah panjang gelombang 200 nm dan 400 nm.
d. Masukkan akuades blanko ke dalam kuvet.
e. Letakkan kuvet di tempat pengukuran.
f. Klik blank, lalu spektrum keluar.
g. Masukkan larutan A Larutan baku pembandingBPFI ke dalam kuvet.
h. Letakkan kuvet di tempat pengukuran.
i. Klik standard, keluar 1 absorbansi di dalam tabel, klik 3 kali sehingga
diperoleh 3 buah absorbansi. Dalam perhitungan kadar yang digunakan adalah nilai absorbansi yang terdapat di tengah.
j. Masukkan larutan B Larutan uji ke dalam kuvet.
k. Letakkan kuvet di tempat pengukuran.
l. Klik sampel, keluar 1 buah absorbansi di dalam tabel, klik 2 kali sehingga
diperoleh 2 absorbansi untuk masing-masing sampel. Dalam perhitungan kadar, yang digunakan sebagai Au Absorbansi larutan uji adalah nilai
absorbansi yang mendekati nilai absorbansi larutan baku.
3.5 Perhitungan
Perhitungan kadar zat terlarut tablet gliseril guaiakolat dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus:
Keterangan: K = Kadar zat terlarut Au = Absorbansi larutan uji
Ab = Absorbansi larutan baku Kb = Kadar baku
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan uji disolusi tablet gliseril guaiakolat 100 mg yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2 . Data Hasil Uji Disolusi
No. Berat Tablet
mg Absorbansi Larutan Uji
Au Kadar Zat Terlarut
1. 294
0,52542 97,12
2. 303
0,52711 97,43
3. 291
0,53368 98,65
4. 296
0,52348 96,76
5. 295
0,52602 97,23
6. 294
0,52312 96,70
Cara perhitungan yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 1.
4.2 Pembahasan
Dari hasil uji disolusi tablet gliseril guaiakolat yang dilakukan diperoleh kadar zat terlarut, yaitu 97,12, 97,43, 98,65, 96,76, 97,23, 96,70.
Kadar tersebut sesuai dengan batas yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia, dimana jumlah ke-6 tablet yang diuji pada tahap 1 S
1
memenuhi kriteria penerimaan hasil uji disolusi, yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang
dari Q + 5 yaitu 75 + 5= 80. Dari data diatas dinyatakan bahwa tablet gliseril guaiakolat 100 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma Persero Tbk.
Plant Medan memenuhi persyaratan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uji disolusi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tablet gliseril guaiakolat 100 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma Persero
Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan uji disolusi sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV. Dimana persyaratan uji disolusi
tiap unit sediaan tidak satupun kadar kurang dari ketentuan Q + 5 yaitu 75 + 5= 80. Berarti hasil uji disolusi memenuhi persyaratan.
5.2 Saran
Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode serta prosedur sebagai berikut penimbangan, pemipetan, pengukuran sampel agar tidak terjadi
kesalahan pada saat melakukan uji disolusi. Ukuran partikel dan formulasi sediaan juga diperhitungkan dengan teliti, karena berpengaruh dengan kecepatan uji
disolusi agar obat dapat diserap sempurna dalam tubuh.